Fiona dan Permen!; "Permen macam apa kalian?!"

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Fiona

Riuh serta ramai disorakkan padaku selang beberapa saat setelah kalimat akhir terucap dari puisi yang kubacakan, aku sempatkan tersenyum serta berterima kasih dengan membungkukkan badanku. "Bagus sekali puisimu barusan Fiona! Rasanya pula kau salah masuk jurusan," ujar Bu Chelyn sembari menuntunku dan menyerahkan selebaran nilainya.

"Ah, terima kasih. Kupikir juga seperti itu," kataku sembari terkekeh dan segeranya aku kembali ke tempat dudukku lalu menikmati kelas seperti biasanya hingga orang terakhir yang akan maju dipanggil.

Dia adalah Icela, Icela Raspado. Mata tajamnya tak dapat dikedipkan sedikitpun, walau ukuran tubuhnya lebih kecil dan pendek dari teman sebayanya ia adalah salah satu dari orang-orang yang ditakuti di seluruh Canala Highschool.

Aku bahkan masih merinding ketika mengingat namanya, karena aku mengingat ketika ia memojokkan Melissa–salah seorang teman sekelasku juga hingga ia depresi bahkan hampir bunuh diri hanya karena tak sengaja menumpahkan air minum padanya.

"Ugh, sorry!" ketusnya tak minat, akan tetapi tatapan itu menunjukkan hal yang sebaliknya. Hah? Kan kamu yang tak lihat ke arah mana kamu akan berjalan hingga tersandung mejaku, kau yang salah di sini! Aku tak habis pikir akan seseorang seperti itu.

Memang keputusan baik bagiku untuk tak dekat dan berurusan dengannya, namun dengan adanya kejadian tadi mungkin hidup damai ini terancam. Kasihan diriku.

.
.
.

Jam makan siang telah tiba, membuatku dapat bernapas lega di tengah hiruk-pikuknya jam kelas. Siapa pula yang menempatkan jam pelajaran dengan begitu ketat astaga?! Geramku sambil berjalan menuju kafetaria.

Tak sabar pula aku menemui teman-temanku dan aku melihat salah satu dari mereka melambai dan yang lainnya hanya fokus pada dunianya sendiri, pemandangan yang biasa.

Dia yang melambai adalah Leah, Leah Caramell. Gadis kelas 11 yang suka bergaya gotik serta gemar sekali membaca buku. Maka dari itu tak heran ia masuk ke dalam jurusan bahasa di sini. Walau pun ia begitu hebat dengan segala keunikannya, tak sedikit orang yang dekat dengannya karena orang lain berpikir kalau Leah adalah gadis yang barbar.

Sedangkan yang satu itu, gadis berambut putih di sana ia adalah Cotton, Cotton Marshmallow. Walaupun namanya terdengar lucu dan lembut akan tetapi sifatnya tak begitu, ia adalah murid kelas 12 yang gemar bersarkas pada apapun itu serta kepribadiannya yang cukup misterius membuatnya menjadi seseorang yang paling dijauhi setelah Candy Gangs.

"Seperti biasa, kau selalu terlambat Fi!" sapa Cotton yang tak kusangka menyindirku dengan amat sangat. Aku tak ambil peduli dan bahkan aku malah duduk di sampingnya, mengabaikan tatapan tajam yang langsung ditunjukkan padaku.

"Seperti biasa pula, Cotton selalu tak suka pada Fiona. Abaikan saja dia, tadi nilainya hanya kurang 2 dan sekarang kesalnya akan ada sampai malam nanti, mungkin." Aku tertawa bersama Leah di akhir kalimatnya, yash selain sarkas Cotton itu baperan jadi ... cocok sekali dengan situasi seperti ini.

"Hentikan itu, aku tak ingin berdebat!"

"Tiada yang mendebatmu manis, bahkan Candy Gangs di sana masih aman saja," balasku menanggapi seruannya, omong-oming tentang Candy Gangs mereka adalah sekumpulan gadis yang menjadi primadona di kalangan siswa dan sekumpulan perundung di kalangan siswi.

Huh, entah mengapa mereka tetap bersekolah di sini setelah banyak perilakunya yang tak pantas sekali untuk dipuji. Bahkan kurasa mereka hanya bisa melakukan hal tercela? Entahlah, kupikir juga mereka tak mungkin sejahat itu.

"Hey, hey! Lihat di sana. Cane sedang melancarkan aksinya ...."

Yep, dia adalah The Candy. Pimpinan darinya dan seorang ratu lebah di sini. Bahkan Leah berkata lebih baik telat di kelasnya Bu Magda dibanding harus berurusan dengan si pemimpin permen yang satu ini, Cane Licorice.

"Gelangmu terlihat cantik, apa kau pikir begitu juga?" katanya yang bisa aku dengar, karena meja mereka tepat bersebelahan dengan meja makan kami bertiga! Selain queen bees dia adalah seorang wanita yang ditaburkan kekayaan, kekuasaan dan kecantikan!

"Ku-kupikir begitu." Aku dapat mendengar getaran dari suaranya, ah gadis yang malang. Apa aku bisa menolongmu? Akan tetapi aku tak tahu caranya, aku selalu payah dalam keadaan seperti ini!

"Huuu? Apa kau tidak bisa bersuara lebih keras? Padahal kemarin aku mendengarmu mendesah keras di pesta ulang tahunmu, lho." Yep, kalimat tak wajar yang diucapkan ini sedikit menggangguku. Sedikitnya aku juga tidak heran, karena yang berkata seperti itu adalah Swey, Sweygum Loprus. Tak lain tak bukan anjing setianya Cane.

Selain itu dia sering di sebut permen peniru atau imitate girl, karena gayanya hampir seluruhnya meniru Cane. Perbedaan yang kita bisa lihat pun dari pernak-pernik merah mudanya saja. "A-apa?" Gadis yang menjadi target di sana terlihat terkejut, bola matanya membesar dan terlihat berkata-kata, oh Martha yang malang!

"Yash, benar kata Cane! Mmm, kau memiliki sesuatu yang cantik ... bolehkah aku memiliknya? Atau kau bisa membawakanku membawakanku satu yang lain!" Suara cemprengnya terdengar sangat jelas dan tak bukan dia adalah Twizz, Twizzy Nougat ... The dumbass bitch yang kalian akan pernah lihat.

Faktanya, Cotton memberitahuku bahwa ia bahkan tak dapat mengeja namanya sendiri, da hell?! Orang bodoh mana yang tak bisa mengeja namanya sendiri? Walaupun dia bodoh begitu tak dapat dipungkiri bahwa ia adalah model yang diakui kecantikannya.

"Ku-kupikri tidak! Ini buatan ibuku ... kau mungkin dapat membuatnya sen-" crap! Kalimatnya terpotong dan ia telah memakan umpan dari si bodoh itu, "Ah ... begitu, ya?" Gadis bodoh itu cemberut, astaga ini tanda bahaya! Dramanya telah dimulai. Ia mungkin terlihat lugu, polos dan bahkan bodoh. Akan tetapi ia adalah si paling jahat yang akan kalian hadapi.

"Well! Apa yang kau lakukan pada Twizz? Kau sangat kasar, Darl!." Gadis itu ikut-ikutan! Cane membentangkan sayapnya dan orang-orang di sekitarnya mulai melakukan ritual mencari konten, ugh sangat menyebalkan.

"Kupikir kau tahu apa yang akan dilakukannya ...," lirih Cotton padaku sembari menyendok eskrimnya pada mulutku dan aku hanya bisa mengangguk sembari memperhatikan drama yang tak dapat kuhentikan ini, apa mungkin bisa? Entahlah!

"Yash, kalian tahu jawabannya ... si jalang satu itu akan membereskannya kalian tahu," balas Leah sembari melakukan hal yang sama dan aku hanya dapat mengangguk sebagai tanda setuju karena si permen yang keji mulai menunjukkan taringnya.

Icela, Icela Raspado. Si permen yang paling muda dan yang paling kejam dalam perundungan. "Kau harusnya mengerti ketika Twizz memohon seperti itu ...," katanya sembari memilin seragam Martha, gadis gembil itu gemetaran tanpa berani menatap lawan bicaranya.

Sedangkan tiga permen lainnya terdiam memandang sama seperti orang-orang di sekitar sana. "A-aku hanya berkata yang sejujurnya." Yash, itu usaha yang bagus Martha akan tetapi para permen tak akan membiarkanmu lolos. "Oh, Martha ... kupikir kau harus merasakannya juga, rasa sakit itu ... memang pedih." Cane turun dari mejanya setelah kalimat itu dam perlahan menyisir rambut Martha, astaga ini bagian tak kusuka.

Mereka akan melakukan kekerasan fisik padanya! "Apa yang akan kalian lakukan?!" teriak Martha panik, namun yang lain hanya pura-pura tuli. Si ratu lebah memberikan kode pada si ratu es dan si peniru mulai mengangkat kameranya tinggi-tinggi.

Icela, menarik rambut Martha dan menamparnya kecil dengan seringaian, "Apa rasanya sakit, gendut? Kau tak terlihat seperti merintih." Sedangkan si permen yang lain tertawa menikmati di tengah situasi menegangkan. "Kupikir kau harus menambah tamparannya, honey ...," tambah Cane sembari menjauh dari sana dan kembali duduk di atas meja.

"Aku tak tahan lagi!" geramku sembari bangkit dari tempat duduk, mengundang tatapan penasaran dan terkejut dari Leah serta Cotton.

Aku yakin hari ini akan terjadi dan dapat kupastikan pula hal ini akan menjadi 'sesuatu' yang dibicarakan pada S-tiks. "Hentikan itu!" seruku sambil menyerobot kumpulan manusia tak berguna dengan gawainya itu. "Well, berani sekali kau mengganggu kami!" Swey yang berbicara dan menghalangiku untuk mendekati Martha, akan tetapi Cane memberikan tatapan padanya dan membuatnya mundur.

"Apa yang harus dihentikan little girl? Kami tak melakukan apapun, kok ...." Ia berbicara begitu namun Martha tak terlihat seperti itu dan semuanya tahu kalau kalian itu perundung, aku makin kesal dengan sikapnya.

"Kalian tak mengerti? Martha hanya berkata yang sejujurnya, kalian bahkan tak memiliki hak untuk menyentuhnya seperti itu!" Aku menarik Martha dari sana dan menyuruhnya pergi, biarkan aku mengurus keempat iblis tak bernurani itu sendiri. "Yash, kau sangat lancang gadis hijau!" Icela berkata dan berlalu dari sana mengundang selidikan penuh dari si ratu lebah dan si peniru dari sana.

"Kupikir kau tak ada salahnya juga, gadis hijau." Kali ini si bodoh yang membalasnya dan juga mengundang tatapan mengancam dari Cane dan Swey. "Well, kalian juga mengerti apa yang aku lakukan dan aku juga mengerti apa yang kalian lakukan, dasar perundung!" teriakku sembari mengepal tangan dengan keras.

Walau terlihat berani, tak dapat dipungkiri pula rasa takut menyerangku karena jantung ini berdebar 2 kali lebih cepat serta keringat dingin membasahi leher belakangku. "Apa kau tahu apa yang kau lakukan gadis kecil?" Cane turun dari mejanya dan menghampiriku, ia berhenti tepat di hadapanku dan mulai menyisir rambutku sama seperti apa yang ia lakukan pada Martha tadi.

"Kupikir dia tahu," balas Swey cepat sembari meniru gaya si ratu lebah dan anggota permen yang lain juga mulai berjejer di samping pemimpinnya. "Well, let's play our game with this little girls, gangs."

Kupastikan ini kali terakhirnya aku dapat menghirup oksigen dengan damai, dan seharusnya aku membawa parasut sebelum terjun, aku memang sangat bodoh!

.
.
.

Pov 3

"Well, let's play our game with this little girls, gangs." Cane tersenyum miring, mengundang getaran pada sorot mata Fiona. Gadis berambut hijau yang malang, ia bahkan belum sempat berpamitan dengan benar pada ibunya.

Bahunya dipegangi oleh Icela yang membatasi pergerakannya, 'Sungguh sial! Kutahu aku tak akan bisa lari lagi,' teriak batinnya yang sedikitnya menyesali perbuatannya itu.

"Oh, lihatlah tikus yang malang ini~ kupikir kau tahu sedang berurusan dengan siapa," kata Icela sembari mengusap rambut Fiona dan menjambaknya di akhir, mengundang tawaan dari The Candy yang lain.

"Kupikir dia lucu, jujur saja! Dari kota bodoh mana pula kau ini, sehingga bisa bersekolah di sini?" Kalimat lancang itu tak luput dari tingkah genitnya seorang Swey. Bahkan gadis itu mulai membuka kancing kemejanya Fiona.

"Kita juga harus mengabadikan momen bodohmu ini, byotch!" lanjutnya yang diikuti dengan tawa itu, lalu ia mengangkat ponselnya dan menjepret mereka bertiga–Icela, Fiona, dan Swey.

"Honey, kau tak ingin bergabung? Sangat disayangkan lipstik barumu itu tak digunakan padanya," rengek manja Cane pada saudarinya Twizz. Sedangkan gadis yang tengah berupaya membuka minum pun langsung berdiri dan tertawa.

"Kupikir kau bisa mencobanya, seperti apa yang telah dibilang oleh Cane!" serunya sambil mengeluarkan lipstik dengan tone gelap dari saku seragam dan mendekati Fiona yang tak bisa berkutik.

"Lepaskan aku sialan! Dasar kalian perundung gila!!!" Teriak Fiona tak tahan, akan tetapi keheningan sementara itu langsung pecah akibat tertawaan dari si para permen yang berhasil memikat segalanya.

"Kupikir kau sudah tahu, lipstik ini akan sangat cantik untukmu~," lanjut Twizz sembari menangkup pipi Fiona, sedangkan Cane di sana mulai kembali mendekat padanya dan menyisir rambut itu serta berbisik.

"Kau tahu, kami memang perundung gila sayang–" Twizz mulai mengoleskan bibir Fiona yang malang itu dengan lipstiknya, bahkan ia meratakannya drngan cukup kasar. "Dan, kami pun tahu kamu seorang yang lemah dan bodoh karena telah berhadapan dengan kami, little slut." Cane menendang tulang keringnya Fiona, membuat gadis itu meringis dan terjatuh seketika.

Tendangannya tak main-main, bahkan kulit kaki si gadis hijau itu terlihat memerah. Tak sampai di sana, tangan yang menjadi tumpuannya itu diinjak oleh si ratu lebah yang dengan angkuhnya mengangkat dagu Fiona untuk bertatapan langsung dengan mata merah miliknya.

***

Di tempat lain, Leah merasa gundah dengan segala cara ia terus mencoba hingga Cotton ikut jengah melihatnya.

"Astaga! Apa yang anak itu lakukan?" geram Leah tak diam, ia mencoba beberapa kali menerobos masuk kerumunan yang semakin lama, semakin padat saja. Sedangkan si gadis yang dikhawatirkannya malah terlihat sedang menentang maut.

Di tengah kesengsaraannya Leah yang tak tahu harus bagaimana, si pendek Cotton menyenggol bahunya dan menariknya untuk berdiri di atas meja kantin, pandangan mereka menjadi jelas akan perlakuan The Candy pada Fiona.

"Kau benar-benar ingin membantunya?" tanya Cotton benar-benar dan langsung dibalas anggukan cepat oleh Leah.

"Sudah kubilang, Fiona itu gadis yang sangat naif, dan menyebalkannya lagi ia akan terus mengoceh setelahnya. Sebelum ia kehilangan itu semua, kita harus membantunya!" Lanjut Cotton, akan tetapi Leah bahkan sudah siap dengan tatapan memohonnya, akan tetapi ia langsung kesal.

Leah berdecak menanggapi roll-eyes dari Cotton yang berpikir bahwa Leah benar-benar menyebalkan jika sudah berhubungan dengan Fiona. "Kupikir kita sudah membicarakan ini. Cotton, kau pun tahu Fi itu seorang yang memiliki hati besar, kita perlu membantunya!" jelas Leah yang suaranya terendam oleh bising dari kerumunan yang mulai bersorak.

Leah tidak dapat menunggu lagi, lalu hendak turun dari sana. Akan tetapi gadis berambut putih itu mencekalnya dan memutar bola matanya malas, "Baiklah. Aku mengerti, asal jangan kau menangis karena Cane sialan, itu!"

.
.
.

"Hentikan ini semua! Apa kalian tidak waras?!" ricuh ramai itu pun hening seketika. Mendapati wanita paruh baya dengan lelaki yang selalu membawa kalung peluitnya, memecah kerumunan dan segera membawa Fiona beserta Candy Gangs.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro