0.2 | harry dan laurel

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sejujurnya, saat tahu keluarga Dursley akan mengadopsi seorang anak, Harry takut dengan apa yang akan terjadi. Proses adopsi Laurel cukup lama, tempat tinggal mereka sempat disurvei beberapa kali. Hari-hari yang baik, karena Harry diperlakukan dengan lebih manusiawi selama waktu itu.

Harry diberikan kamar sendiri, kamar mainan rusak Dudley yang dibersihkan dan dirapikan sampai kelihatannya pantas. Harry juga dibelikan baju-baju baru yang pas padanya, serta diberi makan tiga kali sekali.

Harry tidak dapat berhenti bertanya-tanya dalam kepalanya, beginikah yang akan terjadi padanya kalau-kalau keluarga Dursley tidak ada? Apa dia akan diadopsi oleh keluarga yang menginginkannya?

Ketika akhirnya Laurel mulai tinggal di rumah mereka, Harry tidak dapat menghentikan perasaan iri di hatinya. Kondisi Laurel sama sepertinya, yatim-piatu. Perbedaan yang ada mungkin hanya pasangan Dursley menginginkan Laurel, tapi tidak begitu dengan Harry. Bibi Petunia memperlakukan Laurel dengan baik sekali dan Paman Vernon juga memanjakannya, membelikan macam-macam mainan untuk Laurel perlihatkan pada teman-temannya tentang betapa baik orang tuanya.

Laurel muncul di Privet Drive dengan rambut pirang keputihan dikepang. Matanya besar dan kelabu di wajah pucatnya, memproses semua yang dilihatnya sekaligus. Ketika mata itu mendarat di dirinya, Harry merasakan dirinya menciut. 

Laurel tidak diizinkan dekat-dekat dengannya, tentu saja, tapi gadis kecil itu sudah sangat penasaran dengannya dari pertama kali mereka bertemu. Harry dapat melihat matanya yang kelabu memancarkan kecerdasan, sama sekaliberbeda dengan mata Dudley dan gengnya.

Untuk beberapa bulan pertama Laurel sama sekali mengabaikannya di depan Bibi Petunia dan Paman Vernon, kecuali pada saat Harry dipukuli untuk dihukum. Begitu Paman Vernon mulai menyakitinya, Laurel langsung menjerit-jerit dan menangis sampai lama setelah Paman Vernon berhenti. Paman Vernon dan Bibi Petunia mencoba keras untuk meyakinkannya bahwa Harry pantas dipukuli, tapi Laurel tetap menangis setiap kali Paman Vernon ingin melayangkan tinju sehingga pada akhirnya, percaya atau tidak, Harry berhenti dipukuli. Kecuali pada saat Laurel tidak ada.

Suatu hari, Laurel mendadak merengek agar Harry diizinkan untuk bermain dengannya. Bibi Petunia berhasil meyakinkannya agar Dudley saja yang menemaninya. Harry dapat mendengar dari luar kamar Laurel saat gadis itu berbicara keras-keras dengan bonekanya dan Dudley sementara Bibi Petunia di ruang bawah, di telepon dengan temannya, berbicara dengan terharu tentang bagaimana Dudley yang baik hati rela menemani adik perempuannya bermain boneka.

Dudley yang baik hati sama sekali tidak senang dengan pengalaman itu, terutama karena dia dipaksa Laurel menggunakan pita warna-warni dan Harry menertawainya di belakang Bibi Petunia. Keesokan harinya saat sarapan, Laurel meminta Dudley untuk menemaninya lagi. Kali ini, Dudley menolak keras-keras.

"Suruh Harry!"

Melihat Harry tidak gembira sama sekali mendengar ini, Paman Vernon langsung menyetujui.

"Harry bisa menjadi kudaku untuk parade putri!" kata Laurel dengan ceria.

Paman Vernon tertawa dan mengatakan Laurel sangat pantas menjadi seorang putri. 

Laurel naik ke kemarnya untuk mandi. Harry ditarik oleh Paman Vernon.

"Jangan buat Laurel menangis atau tidak ada makan siang untukmu," ancamnya. "Turuti semua ucapan Laurel, kalau tidak kau akan tahu akibatnya."

Laurel menyambut Harry berseri-seri, di belakangnya boneka-boneka yang diberikan Bibi Petunia untuknya berderet-deret.

"Kau jadi pesuruhku," kata Laurel. "Tutup pintunya."

Menahan gerutuan, Harry melakukannya.

Laurel menyuruhnya duduk di kursi mainannya. Harry menuruti. Laurel menyuruhnya memakai topi aneh-aneh, Harry menuruti juga.

Laurel duduk di depannya. "Kenapa Mama dan Papa tidak suka padamu?"

Harry memandangnya aneh. "Kau bukannya akan mengadakan pesta minum teh dengan boneka-bonekamu, Mr Fluffy dan Mr Bunny dan siapa lagi itu?"

Laurel mengerutkan dahinya. "Aku cuma pura-pura. Mama dan Papa tidak mengizinkanku berdua denganmu. Kecuali kalau mereka percaya kamu tidak akan senang dan akan membuatku senang."

"Tapi kemarin bersama Dudley?"

"Aku kan harus membuat Dudley tidak mau bermain denganku lagi."

Kini Harry melihat Laurel dengan pandangan baru. "Kamu tidak membawaku ke sini untuk bermain?"

"Tidak, tapi kamu harus berpura-pura begitu kalau Mama, Papa, atau Dudley mengecek nanti." Laurel memajukan duduknya sedikit. "Aku mau tahu sebenarnya kamu kenapa. Mama dan Papa tidak suka kalau aku bertanya tentangmu. Kenapa kamu tinggal di sini, di bawah tangga?"

"Orang tuaku meninggal. Di kecelakaan mobil." Harry memperhatikan wajah mau tahu Laurel. "Bibi Petunia adalah kakak ibuku, tapi katanya ibu dan ayahku tukang mabuk dan memalukan, jadi dia dan Paman Vernon benci padaku."

"Tapi kamu kan bukan orang tuamu!" kata Laurel. "Kamu tidak ingat orang tuamu?"

"Tidak."

Laurel menghela napas. "Aku malah tidak punya keluarga kandung lagi, menurut ibu panti."

"Jadi," kata Harry, mengganti bahan pembicaraan. "Semuanya tentang boneka dan peri-peri itu cuma bohongan?"

Laurel nyengir. "Ya iyalah. Aku bukan anak kecil yang masih suka berbicara dengan boneka."

Harry memutuskan bahwa dia tidak akan mengingatkan Laurel bahwa dia tujuh tahun dan secara teknis masih anak kecil.

"Kamu mau permen? Atau cokelat?" tawar Laurel. "Mama hanya memberimu sedikit tadi sewaktu sarapan."

"Ya, terima kasih." Harry sangat kelaparan.

"Kamu baik dan sopan," kata Laurel saat memperhatikannya makan. "Tidak ada yang salah denganmu, mungkin aku bisa meyakinkan Mama dan Papa untuk memperlakukanmu lebih baik."

"Tidak perlu repot-repot. Mereka tidak akan berubah pikiran, bisa-bisa kamu yang akan ikut dimarahi," Harry membalas, merasa lega perutnya sudah lebih terisi.

"Aku tidak akan dimarahi. Mama dan Papa tidak akan pernah memarahiku." Laurel menggoyang-goyangkan kakinya yang kurus. "Selama aku terus menjadi seperti yang mereka inginkan."

"Kenapa sih kamu pura-pura di depan Bibi dan Paman?" tanya Harry.

"Harry," kata Laurel serius. "Semua orang dewasa mau sesuatu. Asalkan kamu menyesuaikan diri menjadi apa pun yang mereka inginkan, kamu bisa melakukan apa saja."

"Mungkin aku harus jadi orang miskin terlantar atau mendadak menumbuhkan sayap, soalnya kalau melihat Paman dan Bibi itu yang mereka harapkan dariku," balas Harry nelangsa.

"Jangan begitu." Laurel mengayunkan kaki untuk menendangnya, tapi tidak keras-keras. "Maksudku seperti Mama dan Papa mau aku mirip anak-anak perempuan lainnya, jadi aku berlaku seperti anak-anak perempuan lainnya." Laurel mengisyaratkan ke arah sekeliling mereka, barang-barang merah muda berceceran.

"Tidak ada harapan dariku, apa pun yang kulakukan. Yah, mereka kan sudah membenciku dari lahir, jadi tidak masalah lagi kurasa. Aku juga sudah terbiasa."

"Aku tidak membencimu, Harry." Senyum Laurel hangat.

***

Harry kadang bertanya-tanya bagaimana pendapat Dudley tentang Laurel.

Dudley tentu saja dibelikan buku-buku baru sebelum Laurel tiba. Aku Punya Adik! Menjadi Kakak yang Baik!

Yeah, Dudley tidak pernah membaca satu pun dari buku-buku itu.

Dudley tahu kira-kira bagaimana dia harus memperlakukan Laurel. Laurel adalah adiknya, jadi dia tidak boleh menyakiti Laurel seperti dia menyakiti Harry. Dudley boleh tampil galak di sekolah pada teman-teman sekelas Laurel agar tidak ada yang berani menyakiti adiknya. Harry punya perasaan Dudley menikmati yang terakhir itu.

Sebagai seorang kakak, Dudley tidak boleh jadi memalukan. Dia bukan lagi 'satu-satunya' anak di Privet Drive nomor 4, dia harus mengalah sekali-kali. Laurel akan dapat pesta ulang tahun dan hadiah natal, tapi ini semua normal, karena Laurel adalah adik perempuan normalnya dan Bukan Harry.

Yang dapat Harry Potter katakan adalah, Laurel Dursley membuat hidupnya dengan keluarga Dursley paling tidak dapat ditoleransi.

7 November 2020

Rye

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro