1.21 | akhir tahun

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ketika Harry mengunjungi Sirius untuk pertama kalinya di sel penjara tempat Sirius ditahan sebelum pengadilan dimulai, Sirius mengatakan padanya bahwa Harry boleh tinggal dengannya. Bahwa Harry dapat meninggalkan para Dursley.

Harry terdiam, tercengang. "Benarkah?" adalah pertanyaan pertama yang keluar dari mulutnya. Lalu, "Bagaimana dengan Laurel?"

Sirius tidak mengerti, "Bagaimana dengan Laurel? Bukankah dia sudah—"

Percakapan mereka terpotong oleh seorang Auror yang masuk untuk mengantar Harry keluar. Harry hanya diberikan sedikit waktu untuk bertukar kata dengan Sirius dan waktu itu sudah habis.

Yang Harry pikirkan hanyalah dengan fakta bahwa kini dengan ayah baptisnya hadir dan segera akan dinyatakan bebas, Harry benar-benar punya kesempatan untuk meninggalkan rumah para Dursley untuk selama-lamanya. 

Namun kini:

"Harry, aku minta maaf," bisik Sirius yang menunduk di depannya, tangannya di pundak Harry.

"Kau bilang—"

"Aku tahu, Harry, aku tahu," kata Sirius. "Maafkan aku. Aku belum bisa membawamu dari sana."

Ucapan Harry terbata-bata. "Kau bilang ... aku bisa pergi dari sana—"

"Oh, Harry." Sirius memeluknya.

Tentu saja. Sirius tak akan bisa membawa Harry pergi dari para Dursley. Janji Sirius sebelumnya terdengar terlalu indah untuk dipercaya, dan memang seharusnya Harry tak pernah memercayainya. Hal-hal sebaik itu tidak terjadi di dunia nyata, dan jelas-jelas tak akan pernah terjadi pada Harry.

"Bukannya aku tidak mau, Harry. Aku menginginkan ini lebih dari apa pun." Suara Sirius juga pecah. "Tapi ini yang terbaik untukmu."

"Tapi kenapa?" Harry bertanya. "Kau baik-baik saja. Kau sudah berada di St Mungo selama sebulan penuh, kau sudah bebas, kau punya uang dan rumah, jadi kenapa tidak?"

"Harry," kata Dumbledore lembut. "Kau tahu kerusakan yang dilakukan oleh Dementor tak bisa disembuhkan begitu saja dalam waktu satu bulan. Sirius membutuhkan lebih banyak waktu untuk beristirahat dan memulihkan diri. Kau masih boleh mengunjunginya."

Harry terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Tentu saja," dia menyetujui, emosi tersembunyi. "Aku akan kembali ke luar. Laurel mungkin membutuhkanku untuk sesuatu." Dan Harry langsung menyelip keluar dari ruang rawat Sirius, sama sekali tak menoleh ke belakang pada kepala sekolahnya maupun pada ayah baptisnya.

Sirius melirik Dumbledore, tidak senang. "Kuharap kau benar tentang ini," katanya. "Kuharap aku tidak baru saja membuat putra baptisku hampir menangis untuk hal yang sia-sia."

Dumbledore telah menjelaskan semua padanya. Sihir protektif dalam darah Lily, Harry yang harus tinggal di Privet Drive untuk kebaikannya sendiri, dan hubungan Laurel kecil dengan itu semua. Juga bagaimana Harry tidak boleh tahu semua itu sampai Dumbledore menentukan bahwa waktunya tepat.

"Kau tahu aku benar, Sirius. Kau belum cukup kuat untuk bisa menjadi wali yang baik untuknya," ucap Dumbledore lembut.

"Fuck you. Kau tidak tahu kemampuanku lebih baik dari aku sendiri."

Dumbledore hanya tersenyum samar, agak sedih. "Aku mengerti perasaanmu, Sirius. Aku tak menyukai situasi ini lebih dari dirimu sendiri."

"Harry menderita di sana, Profesor, menderita."

"Dan proteksi yang didapatnya dari Lily akan lebih kuat dari perlindungan apa pun yang bisa kita berikan," balas Dumbledore sama tajamnya. "Kita tidak memiliki pilihan lain."

Sirius tertawa pahit, melempar dirinya ke tempat tidur rumah sakitnya. "Dan bagaimana tentang Laurel? Apa dia juga harus kembali ke rumah itu? Kau pikir dia juga akan lebih terlindungi di sana? Di bawah naungan atap yang sama dengan Petunia Evans? Atau Dursley, sekarang."

Dumbledore menghela napas. "Miss Laurel tidak akan kembali ke Privet Drive," dia mengumumkan. "Waktunya sudah habis untuknya terus bersembunyi dan dia sendiri mengetahui itu sadar maupun tidak. Rahasia akan terkuak, cepat atau lambat."

"Aku tak bisa menentukan apa kau sedang memberikanku teka-teki atau menulis sebuah puisi," kata Sirius. "'Rahasia akan terkuak'? Kau menyatakan semua ini seakan hidup mereka hanyalah permainan untukmu. Aku tak menyukai ini, Profesor. Laurel masih anak-anak."

"Oh, Sirius," nada suara Albus Dumbledore sendu, "kita semua dulu adalah anak-anak. Dan kita semua harus tetap belajar untuk berdiri karena dunia tidak peduli."

"Dan siapa kau untuk memutuskan itu, Dumbledore? Untuk memutuskan bahwa Laurel akan menghadapi cobaannya sekarang?"

Sirius membenci betapa Dumbledore terlihat seperti seorang kakek penuh kebijaksanaan saat membalas pertanyaannya, "Dunia, Sirius, dunia dan semesta."

***

"Aku akan kembali ke Privet Drive," lapor Harry kering pada Laurel dan kedua sahabatnya.

"Kenapa?" adiknya bertanya, bingung. "Kukira kau akan tinggal dengan Sirius sekarang?"

"Dia bilang dia minta maaf." Suara Harry pahit bahkan di telinganya sendiri.

Akhir tahun sudah dekat. Harry sudah bergembira karena Laurel dan dirinya kini tak harus kembali lagi ke bawah cengkeraman para Dursley. Laurel tidak bisa kembali lagi, keluarga Dursley entah bagaimana telah memutar balik semua proses adopsi yang dulu mereka lakukan susah payah. Dumbledore sudah meyakinkan Harry bahwa perwalian dari Laurel aman berada di tangan dunia sihir, dan tadinya Harry menerimanya dengan senang hati karena dia tahu Sirius akan mau mengambil mereka berdua.

Tapi sekarang Sirius telah menarik janjinya dan Harry akan kembali ke neraka itu dan Laurel akan sendirian.

Hal-hal yang terdengar terlalu indah untuk menjadi kenyataan biasanya memang terlalu indah untuk menjadi kenyataan. 

"Oh, Harry," kata Hermione, dan sebelum Harry mengetahuinya kedua sahabatnya dan Laurel telah memeluknya dengan suara-suara menghibur pelan.

Harry memejamkan mata. Dia hanya bisa menikmati ini untuk beberapa hari lagi, lalu dia harus kembali menjadi sendirian, di kamarnya hanya ditemani oleh Hedwig. Bahkan tanpa Laurel untuk berbagi cerita dan kudapan tengah malam dengannya. 

***

"Kami merepotkan kalian," kata Harry. "Maaf."

"Oh, Sayang," Molly Weasley memeluknya. "Sama sekali tidak. Kami senang mengetahui Laurel akan tinggal bersama kami."

"Aku tahu kalian sibuk dan--"

"Tidak sama sekali, Harry."

"Yeah, mate," Ron menambahkan. "Mum senang sekali punya anak perempuan lain untuk dimanjakan. Jangan khawatirkan kami. Well, mungkin khawatirkan kami, para anak laki-laki. Lama-kelamaan Mum akan mengadopsi cukup banyak anak-anak perempuan sampai-sampai kami akan jadi minoritas di rumah."

Pasangan Dursley tanpa setitik pun keraguan menolak untuk menyambut kembali Laurel pulang ke rumah mereka. Dengan sedikit bantuan dari pihak dunia sihir, adopsi Laurel dibatalkan sepenuhnya. Untuk liburan tahun ini, Laurel akan tinggal bersama keluarga Weasley, mereka masih tidak tahu apa yang akan terjadi pada Laurel untuk kelanjutannya. Laurel tak bisa tinggal bersama para Weasley untuk selama-lamanya. 

Dumbledore bersikeras untuk liburan kali ini. Dumbledore punya rencana untuk Laurel, Harry yakin, meski profesor tua itu tidak memberitahu mereka apa pun. Mungkin Dumbledore tahu keluarga sihir baik-baik yang dapat mengambil Laurel, dan mereka hanya perlu menunggu sampai semua kesepakatan dan formalitas resminya diselesaikan sampai Laurel punya rumah lagi.

Dumbledore juga menolak mengatakan kenapa Harry tidak bisa ikut tinggal bersama Laurel dan keluarga Weasley. Entah bagaimana, para Dursley bersedia menyambut Harry kembali tapi bukan Laurel. Harry pikir itu tidak adil, mereka dulu pernah menyayangi Laurel. Bagaimana bisa mereka meninggalkan gadis kecil itu begitu saja setelah pernah menjanjikan kehidupan yang lebih baik untuknya?

Namun keluarga Dursley sudah tak bisa diyakinkan kembali untuk menerima Laurel lagi. Jadi untuk pertama kalinya, Harry dan Laurel tidak akan menghabiskan liburan di tempat yang sama.

Harry tak bisa menghentikan dirinya untuk tidak merasa sedikit iri. Laurel bisa tinggal bersama keluarga sahabatnya sementara Harry masih harus kembali ke Privet Drive untuk menderita, tapi Harry tahu itu tidak adil. Laurel kehilangan orang tua adopsinya, kehilangan nama belakangnya. 

Untuk sementara, nama Laurel kembali menjadi hanya Laurel Octavia.

Mereka baru saja turun di King's Cross, masih di platform 9¾, bukan sisi muggle dari stasiun itu. Pasangan Dursley pastinya sedang menunggu Harry di luar dengan wajah masam untuk menjemput Harry pulang ke Privet Drive, Surrey.

Pulang. Itu bukan kata yang tepat. Rumah Harry adalah Laurel dan Hogwarts dan teman-temannya. Dia tidak akan pulang, dia akan kembali ke penjaranya.

Harry memeluk adiknya. Mereka tidak akan bertemu satu sama lain untuk waktu yang sangat lama. Memang ada surat-surat, tapi tak ada yang bisa menandingi adiknya secara langsung berdiri di sebelahnya, menemaninya dalam setiap langkah.

Mata kelabu Laurel lebar menatapnya dan Harry dapat mendeteksi sedikit ketakutan di dalamnya, menghadapi segala ketidakpastian ini mengenai keluarga dan status dan masa depannya.

Harry merasa terombang-ambing di antara ketidakinginannya untuk merepotkan keluarga Weasley dan kepercayaannya bahwa Laurel adalah sebuah berkah pada siapa pun yang menghabiskan waktu di sekitarnya.

Harry telah mengucapkan janji-janjinya. Dia tidak akan meninggalkan Laurel, tidak akan melupakannya bahkan sekarang setelah tidak ada keluarga Dursley yang mengikat hubungan kekeluargaan mereka secara resmi. Janji-janjinya pada Laurel sekaligus juga merupakan kalimat-kalimat kuntuk menenangkan dirinya sendiri, bahwa dia tidak akan kehilangan Laurel setelah ini. 

"Aku akan baik-baik saja," kata Laurel. "Pergilah."

Mereka sudah menetapkan bahwa Harry akan keluar ke sisi muggle King's Cross terlebih dahulu, setelah beberapa menit barulah keluarga Weasley beserta Laurel akan keluar. Mereka tidak ingin Laurel berhadapan dengan mantan orang tua adopsinya.

Harry memberi adiknya satu pandangan terakhir, sedih, sebelum mendorong troli kopernya menembus tembok bata stasiun.

***

"Hai, Laurel, bukan?" Pemuda itu tersenyum hangat dengan tatapan ramah. "Aku Charlie Weasley."

Charlie Weasley tidak sampai lima tahun lebih tua dari Percy, tapi tingginya tak sampai setelinga adiknya. Tubuhnya pendek, tapi berotot dan dihiasi banyak luka bakar. Charlie Weasley, si Weasley yang bekerja dengan naga di Romania. Laurel sudah mendengar banyak tentangnya, dan hanya perlu beberapa detik berhadapan dengannya bagi Laurel untuk memutuskan dia menyukai pemuda yang lebih tua itu.

Ron, si kembar, dan Ginny langsung menyeruak masuk dalam percakapan dengan kakak mereka, tidak ingin ditinggalkan. Laurel tahu Charlie tidak sering pulang sejak kepergiannya ke Romania dan bahwa adik-adiknya merindukannya. Gadis kecil itu berusaha untuk menyingkir dari reuni saudara itu, tapi dia terkejut ketika mendapati para anak-anak Weasley terus menariknya kembali ke dalam percakapan mereka, bahkan Charlie yang baru pertama kali ditemuinya.

Laurel tak menyadari Bill Weasley yang tadi berdiri di belakang Charlie ketika mereka membuka pintu the Burrow. Bill kini berdiri di samping ayahnya, menyaksikan adik-adiknya plus satu ekstra berbicara penuh animasi dengan satu sama lain, tertawa keras dan mendorong satu sama lain dengan main-main.

"Dad." Suaranya tegang. Ekspresi Bill tak berubah dari tadi, sejak pertama kali melihat wajah Laurel saat membuka pintu.

Ayahnya menggeleng. "Aku tidak tahu, Bill. Lebih baik kita tidak mengatakan apa-apa." Pada saat yang bersamaan, ayah-anak itu melirik ke arah Molly Weasley yang sudah sibuk di dapur tak sampai lima menit setelah sampai di rumah.

Jadi, Bill akhirnya membiarkan dirinya masuk ke tengah percakapan adik-adiknya, yang langsung menyambutnya dengan penuh antusiasme. Ketika Bill akhirnya memperkenalkan dirinya pada Laurel, ekspresinya sudah berubah menjadi cerah dan agak usil seperti normal. Tak ada seorang pun adiknya yang menanyakan apa yang tadi sedang dia bicarakan dengan ayah mereka, para anak-anak Weasley hanya senang dapat berkumpul kembali, setiap tujuh dari mereka semua.

Laurel memperhatikan saudara-saudara itu, hampir penuh rindu. Para Weasley begitu bebas dan ceria, bisakah hubungannya dengan Harry tumbuh menjadi seperti itu? Sepertinya tidak. Bagaimanapun, kehidupan Laurel dan Harry begitu berbeda dengan kehidupan penuh cinta dan kehangatan yang dimiliki oleh para Weasley.

Sekarang, Laurel hanya harus memastikan mereka tidak bosan atau muak dengannya. Dia harus mencari cara untuk menempatkan diri dalam dinamik keluarga ini, cukup dekat dan hangat seperti yang sepertinya diharapkan semua orang, tapi juga cukup jauh dari jarak yang sopan karena Laurel tentunya tidak akan mau mencoba memaksakan dirinya dalam keluarga orang lain. Laurel hanya perlu menemukan keseimbangannya.

***

Laurel ... beradaptasi dengan keluarga Weasley.

Keramah-tamahan para Weasley tak bisa dipertanyakan lagi. Setiap anggota keluarga seakan mencoba sebaiknya agar Laurel merasa nyaman dan diikutkan dalam keseharian mereka. Mr Weasley selalu bertanya mengenai semua hal muggle padanya. Mrs Weasley bercakap-cakap dengannya tentang apa pun tanpa henti. Bahkan Percy sekali-dua kali di tengah kesibukan pekerjaan barunya akan berhenti dan memberinya nasihat soal pentingnya tahun keduanya di Hogwarts dan bagaimana dia bisa memanfaatkannya secara maksimal untuk nanti mendapatkan pekerjaan yang baik.

Si kembar adalah si kembar, riang gembira dan selalu punya sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan. Ginny senang memiliki seorang anak perempuan di rumahnya, mencoba mengajarinya segala sesuatu untuk menghadapi gerombolan kakak laki-laki yang dimilikinya. Ron tak pernah kehilangan kecanggungannya saat berhadapan dengan Laurel, tapi tetap mencoba mengajarinya tentang tim-tim Quidditch karena World Cup sebentar lagi, Laurel, dan kita semua akan menontonnya bersama.

Charlie dan Bill Weasley adalah orang-orang yang sama sekali baru, tapi Laurel menemukan bahwa mereka mudah disukai dan dipercaya sama seperti semua anggota keluarga Weasley. Charlie Weasley punya pelukan yang hangat dan empuk yang ditawarkannya secara bebas. Bill Weasley, terlepas dari rambut panjang dan anting-antingnya, merupakan orang yang sama sekali lembut dan berhati besar.

Setiap hari di the Burrow merupakan sebuah kejutan, bagaimana semua orang punya senyum dan tangan terbuka untuknya, tidak mengharapkan apa-apa dari Laurel.

Kecuali, Laurel menyadari senyum mereka lebih lebar dan hangat kapan pun Laurel berlaku lebih seperti seorang anak Weasley. Berpartisipasi dalam keisengan Fred dan George akan membuat Arthur Weasley menggelengkan kepalanya penuh hiburan dan Percy Weasley meneriaki adik-adiknya tapi hanya memberikan tatapan lembut setengah lelah pada Laurel. Berlarian bersama Ginny di pekarangan berarti mengundang tawa menggelegar Bill Weasley dan lengan-lengan kekar Charlie Weasley untuk mengangkatnya dan memancing jerit dan cekikik girang Ginny. Bersenggolan dengan Ron di meja makan berarti decakan tidak setuju yang disertai dengan tatapan keibuan dari Molly Weasley.

Keluarga Weasley punya harapan agar Laurel menjadi seperti anak-anak mereka, sama seperti dulu keluarga Dursley punya harapan agar Laurel menjadi putri sempurna mereka.

Ketika Laurel gagal memenuhi harapan itu, keluarga Dursley membuangnya pergi.

Jadi, ya, Laurel menikmati waktunya diasuh oleh keluarga Weasley, tapi gadis kecil itu tetap sadar ada jam yang berdetak di atas nasibnya.

Laurel tak sabar menghitung hari sampai Harry akhirnya diizinkan untuk datang padanya.

9 April 2023

i had no freaking idea where this chapter was going while i was writing it lmao.

also omg i hate jk rowling so much. wish i could left the hp fandom fr, but the fanfictions are too good to hate.

rye

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro