22 | Duri-Duri Cinta

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Usia di bawah 17 mohon mundur teratur ya, jangan merapat, takutnya demam. Soalnya Soraya menggila ...! 😌

****

"Dari ribuan bintang-buntang di langit, kaulah yang paling terang, Anissa."

UHHUKK!

Mustofa tersedak sandwich labaneh yang tengah dikunyahnya. Lelaki berambut putih itu terlihat kesusahan mengatur napasnya yang tersendat-sendat. Sedangkan wajahya tampak memerah.

"Sido! Apa kau baik-baik saja?"
Anissa memasang wajah khawatir. Dia segera mengahmpirinya sambil membawa segelas air putih.

"Ini seperti bukan dirimu, Bilal!" ujar Mustofa setelah selesai menenggak air putihnya dengan sangat rakus.

"Kau ini sangat aneh, Ayah! Aku mengasari Anissa kau marah padaku. Aku lembut seperti ini, malah terlihat aneh di matamu!"

"Ya, aku memang senang melihat perubahanmu ini. Hanya saja Ayah memang merasa sedikit aneh mendengarnya."

Tawa Mustofa terdengar sangat renyah. Dia berdiri setelah mengambil beberapa potong keju untuk anak-anak kucing Anggora peliharaannya.

"Aku harap kau terus seperti ini. Pertahankan sikap manismu. Awas saja kalau kau sampai menyakiti menantuku lagi!" tegas Mustofa sebelum berlalu.

Bilal mendengus. Tatapannya lurus pada punggung Mustofa yang sudah di ambang pintu dapur. "Tentu saja aku akan tetap bersikap manis seperti ini tanpa kau harus menyuruhku, Ayah!" 

Bilal menegakkan posisi duduknya ketika Anissa menghampirinya. Senyumnya merekah saat kedua tangan istrinya mulai mengikatkan dasi pada kerah kemeja putih yang membalut badannya dengan sangat lihai.

"Ternyara benar apa kata Kak Yasmeen. Kau itu keras di luar tapi lembut di dalam," puji Anissa lalu terkekeh.

"Hm ... benarkah Yasmeen berkata seperti itu?" tanya Bilal dengan kedua mata yang menyipit.

Anissa mengangguk. "Mmm ... Sekali lagi selamat ulang tahun, Tuan. Maaf, aku tidak bisa memberimu kado apa pun selain doa terbaik untukmu."

Dada Bilal bergemuruh. Kemudian tangannya menarik pinggul Anissa dan mengunci tatapannya sangat dalam.

"Kau tidak usah memberiku hadiah apa pun. Karena cintamu adalah kado terindah yang Allah anugerahkan untukku," ujar Bilal setulus hati.

Anissa meringis ketika hidung mancung suaminya menelusuri perutnya yang tampak membesar.

"Anakku, sehat-sehat di perut ibumu dan cepat lahir, ya. Ayah sudah tidak sabar ingin segera membuatkan adik kembar untukmu," racau Bilal yang langsung mendapat sebuah jeweran keras di telinganya.

"Hei, itu sangat sakit!" Bilal meringis.

"Maaf. Tuan, sih kalau ngomong suka enggak disaring!" tutur Anissa menggunakan bahasa Indonesia.

Sebagian konten dihapus.

Bilal menggila dan berkali-kali mencoba untuk meraup bibir sepupunya sendiri. Tenaga Bilal sangat kuat, Omar sedikit kewalahan.

"Omar, puaskan aku sekarang. Aku sudah tidak tahan ... arghh!" Bilal menarik tengkuk Omar dan mencoba untuk mencium bibirnya.

"Kau sudah gila, Bilal! Aku memang pria kesepian tapi aku masih menyukai wanita. Istighfar ...! Kendalikan dirimu! Sepertinya ada yang tidak beres denganmu."

"Bodoh! Milikku sangat sakit. Kumohon bantu aku, Omar!"

Bilal mengigit bibir bawahnya dengan sangat keras. Pikirannya kacau, dia tidak peduli pada apa pun selain miliknya yang ingin segera melubangi sesuatu.

Omar menoyor wajah Bilal dengan sekuat tenaga. Kemudian dia melepas jaket yang dikenakannya untuk mengikat kedua tangan Bilal yang semakin liar menggerayangi tubuhnya. Sentuhan sepupunya membuat bahu Omar berguncang hebat.

( Anissa Hasna Kamila )

Bilal ....

Kenapa kau semaikan bunga-bunga cinta di taman hatiku? Jika akhirnya kau pun menaburi ribuan duri di atasnya.

****

😖 Akan segera TAMAT.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro