#18

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


"Hyung, kemana kucingmu?"

"Entahlah.. kemanapun dia pergi, aku tidak mau tau."

Semalam adalah terakhir kalinya Jimin melihat Sassy maupun Sohyun. Hingga pagi ini, sosok itu tak ia jumpai sedang tidur atau bermain-main di area kamarnya.

"Ngomong-ngomong, kemana kau semalam?"

"Oh, ya Hyung! Semalam aku bertemu dengan Taehyung Hyung, jadi kami keluar bersama dan aku menginap di rumahnya."

Mendengar nama Taehyung disebut, mood Jimin jadi hancur. Mengapa semua hal selalu berkaitan dengan pria itu? Apa hebatnya Taehyung sampai ia berhasil mencuri hati setiap orang yang dekat dengan Jimin?? Yah.. termasuk..

"Sohyun?"

"Ada apa, Hyung?"

"Eh-- Hyung mau kemana? Tunggu aku!"

Mata Jimin yang tajam menangkap pergerakan dua orang manusia yang berjalan berdampingan. Suasana kampus menjadi semakin ramai. Tentu saja, sejak kapan Taehyung dekat dengan gadis itu?

Sejak kapan Taehyung dekat dengan Sohyun??

'Wah.. apa itu pacar baru Taehyung? Setidaknya dia lebih cantik.'

'Kurasa itu kekasih barunya. Lihat, betapa serasinya mereka!'

'Aku yakin, jika Yerin tau masalah ini, matilah gadis itu di tangannya!'

"Heh! Apa yang kalian bicarakan??! Jangan beraninya menjelek-jelekkan sepupuku! Taehyung dan gadis itu tak ada hubungan apapun! Ingat itu baik-baik! Dasar penggosip! Sana bubar!!"

Emosi Jimin meletup ketika para gadis di sekitarnya mulai membicarakan kedekatan Sohyun dan Taehyung. Tak cukup sampai disitu, bahkan mereka mulai membandingkan Yerin dengan Sohyun. Jimin sangat tidak suka.

"Sini kau!"

Jimin menarik pergelangan tangan Sohyun dan menjauhkannya dari Taehyung.

"Apa yang kau lakukan bersamanya?"

"Kenapa? Dia temanku! Kami hanya saling mengobrol!"

"Dengar ya! Jangan beraninya mendekati Sohyun!"

Jimin beralih mengancam Taehyung, yang bahkan tak mengerti maksud kemarahan mantan sahabatnya itu.

"Apa-apaan kau ini?? Kenapa aku tidak boleh dekat dengannya? Kau siapaku?"

"Sohyun, apa kau lupa? Aku yang menampungmu selama ini. Tentu saja aku sudah seperti majikan bagimu. Kalau kau tidak menurutiku, sebaiknya kau pergi! Dan ya, kau harus tau.. pria brengsek ini musuhku! Dan aku tidak suka kau berteman dengan musuh!"

"Dia musuhmu kan? Tapi dia temanku. Bukan musuhku!"

Jimin dan Sohyun saling beradu argumen. Tak ada yang mau mengalah. Sohyun berpikir, jika ada masalah antara Jimin dengan Taehyung toh itu tak ada urusannya dengan dirinya. Masalah mereka ya masalah mereka, masalahnya ya masalahnya. Tak ada sangkut pautnya sama sekali. Sebenarnya apa niat Jimin itu? Sohyun sangat tidak paham.

"Sudahlah. Kau terlalu berlebihan. Kami hanya berteman, tolong jangan marahi dia."

"Diam kau, brengsek! Mulai hari ini, menjauhlah dari wajahku dan berhenti mendekatinya!"

"Jim!!"

Jungkook hanya memperhatikan mereka tanpa berbuat apapun. Jujur saja, ia bingung harus memilih di pihak siapa, namun apa yang dilakukan Jimin memang terlalu berlebihan.

"Ayo ikut aku!"

Pria Park itu pun membawa Sohyun pergi, meninggalkan baik Jungkook maupun Taehyung disana seorang diri.

"Hyung.. maafkan Jimin Hyung, ya? Dia sangat sensitif akhir-akhir ini."

"Tak apa. Aku mengerti sifatnya. Karena dia... Sahabatku."

............................

"Lepaskan aku!"

"Apa yang kau lakukan disini? Huh? Kau mau cari muka? Mau cari muka sama cowok-cowok di kampusku? Asal kau tau, mereka semua itu brengsek!"

"Lalu kau? Kau juga cowok kan? Berarti kau juga brengsek, Jimin! Kau sangat brengsek!"

"Hei--"

"Stop mengaturku! Aku bisa mengurusi sendiri urusanku!"

Sohyun yang marah memilih melenggang pergi dari hadapan Jimin. Ia melepas paksa tangan Jimin yang mencengkeram lengannya.

"Tidak! Kau tidak boleh pergi dulu!"

Greb.

Jimin memeluk Sohyun dari belakang, membatasi pergerakan gadis itu dan membuatnya sesak.

"Jim, apa yang kau lakukan?? Lepas! Banyak yang lihat!"

"Kalau aku bilang jangan pergi dulu, maka.. jangan langkahkan kakimu sejangkah pun dariku!"

"Baiklah. Cepat katakan! Tapi lepaskan aku dulu!"

Laki-laki itu menuruti permintaan Sohyun. Perlahan, tangannya mengendur. Sohyun pun dapat bernapas dengan lega.

"Katakan, apa lagi yang ingin kau katakan."

Sohyun menyilangkan kedua tangannya tanpa menatap Jimin sedikit pun.

'Benar. Apa yang harus aku katakan? Buat apa aku menahannya sekarang? Pabo! Pabo Jiminie..'

"Cepat! Aku tak punya waktu!"

"Eum.. e.."

'Ayo, berpikirlah Jim! Jangan buat dirimu malu!'

Sohyun yang tak sabaran mulai melirik Jimin dengan terpaksa. Ia hendak mengucapkan kata-kata.. namun..

Benda kenyal itu terlanjur membungkam mulutnya!

'Hey! Itu Jimin kan?'

'Apa yang dia lakukan dengan gadis itu?'

'Astaga! Jimin menciumnya!'

'Woah!! Bukankah selama ini dia mengejar Joy? Jadi dia sudah menemukan pengganti?'

'Pasti dia lelah mengejar Joy!'

'Tidak-tidak! Kurasa Joy mulai tidak laku di mata Jimin, haha!'

"Siapa yang mulai tidak laku??"

'eh.. Joy?'

"Diam atau aku jahit mulut kalian yang murahan itu satu per satu! Dasar sialan!"

Joy yang memperhatikan sekelompok orang menyebut dan menjelekkan namanya, tak tinggal diam. Seorang diva tak mungkin kehilangan pesonanya. Tak ada gadis manapun yang berhasil menandingi kecantikannya, meskipun itu Rose!

Joy tetap harus jadi nomor satu di kampusnya! Tak boleh ada yang lain.

Namun, melihat kenyataan apa yang ada di depan matanya ini, dirinya mulai khawatir. Jimin sudah berani mencium gadis lain? Bahkan seorang gadis yang jauh lebih pendek dan gempal darinya?

"Hh.. aku tidak percaya ini!"

Ucapnya dengan senyum sinis.

"Apa bagusnya badan anak itu?"

"Hei, hama! Apa yang sedang kau lakukan?"

Rose entah muncul darimana, tetapi ia sangat penasaran, hal apakah yang menjadi sorotan publik sejak tadi? Ia pun mengikuti arah pandang Joy dan menemukan sesuatu disana.

"Oh my god! Pemandangan apa ini? Beraninya gadis jalang itu merebut Jiminku!!"

"Heh.. mau kemana kau?"

Joy menarik rambut Rose ke belakang agar gadis itu tak gegabah dengan menegur kedua insan yang sedang asik bercumbu itu.

"Kenapa? Aku ingin melabrak mereka! Harusnya kau juga!"

"Bukan begini caranya bermain. Kau tidak boleh menonjolkan dirimu dan menantang perang secara terang-terangan terhadap gadis itu."

"Maksudmu apa?"

"Kita harus berkoalisi. Kita singkirkan dia bersama-sama."

"Hmm.. sepertinya, idemu boleh juga! Paling tidak, aku akan kehilangan satu pesaingku untuk mendapatkan Jimin."

..................................

"Hmmp.. Park-- Jimin!!"

Plak.

"Bukan Taehyung yang brengsek, tapi kau!! Menyebalkan!"

Setelah mendapat tamparan itu, Jimin tersadar. Apa yang ia buat barusan sudah sangat keterlaluan. Ia justru tersenyum licik.

"Tak ada salahnya sedikit bermain-main denganmu, Sassy.."

"Aku memang brengsek."

_

"Kau kenapa? Kau sudah habis berapa bungkus tisu basah hah?"

"Pokoknya aku harus membersihkan bibirku ini dari kuman!"

"Apa yang terjadi??"

"Park Jimin!!! Dia-- sudahlah!"

"Dia menciummu lagi?"

"Astaga! Darimana kau tau?"

"Aku tau segala hal."

Namjoon tersenyum.

Seperti biasa, Sohyun menemui Namjoon. Tetapi kali ini, mereka memilih toko buku sebagai lokasinya. Mengingat Namjoon yang sangat hobi dan rajin dalam membaca.

"Hey, beritahu aku bagaimana caranya kembali ke wujudku semula. Aku muak tinggal bersama pria itu!"

"Kalau kuberitahu, mungkin kau tak akan percaya!"

"Jadi kau tau? Kau tau bagaimana caranya? Tolong katakan! Aku janji.. aku pasti akan memenuhi apapun itu yang kau bicarakan!"

"Jangan menghindari Jimin. Dia adalah penyelamatmu satu-satunya."

"Apa artinya ini? Kau justru menyarankanku agar dekat dengannya? Kau gila!"

"Tapi, memang dia kok kunci kebebasan yang sedang kau cari-cari."

"Cih. Aku tak percaya!"

"Aku mau pergi saja! Ke suatu tempat dimana tak ada nama Jimin yang masuk ke telingaku! Good Bye!"

Sohyun keluar dari toko buku itu. Ia bosan mendengar nama Jimin dimanapun ia berada. Ia harus mencari tempat yang tenang, yang memberikannya kenyamanan.

Brak.

"Maaf Nona, kau baik-baik saja?"

"Hei, ada apa Bro?"

"Aku menabrak gadis ini."

"Siapa?"



"Tolong jalan pakai ma--"

'Sohyun.. apa kau di surga? Dia tampan sekali..'


"Halo?? Permisi Nona?"

Pria itu melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Sohyun.

"Gadis ini kenapa?"

"Bro, sepertinya dia terpesona padamu. Haha!"

"Astaga.."

"Nona? Tolong jangan menghalangi jalannya."

"Nona??"

"Eh, iya??"

Sohyun buru-buru berdiri. Merasa sedikit malu, ia hanya bisa tersenyam-senyum sendiri.

"Nona baik-baik saja."

"Hehe.. aku baik-baik saja.. terima ka--"

Sohyun pun memperhatikan wajah pria tersebut yang ternyata diikuti oleh dua orang temannya.

"Park Jinwoo??"

"Dia tau namamu?"

"Kau kenal dia, Jinwoo?"

"Hey, Bro! Aku bahkan baru melihat wajahnya hari ini!"

"Kau Jinwoo adiknya Jimin kan?"







































To be Continued...❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro