EMPAT

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dinda mengembaskan badannya ke kasur empuk yang ada di dalam kamarnya. Sedangkan, tasnya ia lempar ke sofa kecil sebelumnya. Ia sangat penat. Ia mulai merasa mengantuk. Namun belum sempat ia berhasil menutup matanya, terdengar suara dari lantai dasar.

Dengan segera, Dinda menuruni anak-anak tangga untuk sampai ke lantai dasar. Belum saja ia menuruni semua anak tangga, langkah kakinya terhenti. Ia melihat seorang gadis berdiri tak jauh dari tempatnya.

“K-kak Diba?”

Gadis yang ia lihat itu menaiki anak tangga dan mendekati Dinda.

“Tumben kamu pulang sendiri,” ujar Diba.

“K-kak, Dinda bisa jelasin semua ini.”

“Jelasinnya di kamar kamu aja,” ucap Diba menaiki anak tangga berikutnya.

Dinda menunduk, kemudian berjalan mengikuti langkah kaki Diba. Setelah sampai di kamar, Diba duduk di atas sofa tempat Dinda melempar tasnya tadi. Namun sebelum ia duduk di sana, tentunya Diba memindahkan tas Dinda ke tempat yang seharusnya.

“Dinda, duduk di kasur kamu,” perintah Diba.

Dinda yang masih menunduk itu melakukan apa yang Diba perintahkan. Diba menyilang kaki kirinya, kaki itu disilangkan pada lutut kanannya. Dia duduk dengan elegan. Gadis yang tua setahun dari Dinda itu kemudian berkata, “Sekarang, kamu bisa jelasin semua?"

Dinda meneguk air ludahnya kasar. Lidahnya sedikit kaku, namun mau tidak mau, ia harus menjelaskan hal satu ini kepada kakaknya, Adiba Apriliana Akbar.

“J-jadi, sebenarnya Dinda diantar pulang s-sama seseorang.”

“Oh ya? Siapa dia?” ucap Diba mulai berdiri dari duduknya.

“D-dia kakak kelas s-sebelas, Kak.”

Diba berjalan ke rak buku dengan ukuran besar yang berada di sudut kamar Dinda. “Lalu, mengapa dia mengantarmu pulang?”

Lidah Dinda bertambah kaku. Ia mulai menggigit bibir bawahnya karena ketakutan.

“Jawab Kakak, Dinda!” tegas Diba mulai mengangkat suaranya.

“D-dia yang mau ngantar Dinda.”

“Oh ya?” Diba mengambil salah satu novel di antara ratusan novel yang ada di rak buku milik Dinda. “Apa dia cewek? Atau malah cowok?”

“Dia c-cowok, Kak.”

Diba tersenyum miring di tempat. “Memangnya dia siapa sampai mau ngantar kamu pulang? Dan, kenapa kamu mau-mau saja? Kalau kamu diapa-apain, masa depan kamu gimana, Dinda?!”

Dinda semakin menunduk. Ia benar-benar tak ingin bila hal ini terjadi. Namun ia juga tak ingin bila ia berbohong kepada kakaknya sendiri, walau itu demi kebaikannya. Dan setelah memikirkannya sematang mungkin, akhirnya Dinda pun memutuskan.

“Dia pacar Dinda,” ucapnya tanpa ragu. Bahkan, kepalanya sudah ia angkat perlahan.

Mata Diba membelalak menatap Dinda. Novel yang dipegangnya, terjatuh ke lantai. Dengan cepat, ia berjalan mendekati Dinda.

“Pacar kamu? Memangnya, siapa cowok brengsek itu?”

“Dia nggak brengsek, Kak. Dia orangnya baik,” ucap Dinda mulai menatap mata Diba.

“Siapa dia?” tanya Diba datar.

Dinda tersenyum bangga. “Dia Muhammad Rizky Ramadhan. Biasa dipanggil Rizky. Umurnya 17 tahun. Sekarang menjabat sebagai kapten basket. Tak memiliki catatan apapun di BP. Unggul di olahraga dan rendah di matematika. Oh ya, dia juga kelas XI-3, sekelas sama Kakak.”

Wait! R-rizky? Lo beneran pacaran sama dia?” tanya Diba tak percaya. “Cowok kayak dia tuh gak ada niatan buat pacaran. But? Kenapa dia tiba-tiba pacaran sama elo? Lo yang nembak atau dia?”

“Kak Rizky. K-kenapa emang?”

“Dia tuh sama sekali gak mau pacaran, Din. Udah ada orang di hatinya,” ujar Diba.

Deg.

Entah mengapa, Dinda merasa sesak pada dadanya. Padahal, ia tahu kenyataannya sejak awal. Dinda kemudian tersenyum simpul dan berkata, “Dinda tahu kok, Kak.” Dinda akui, sejak ia menatap mata Rizky di UKS pagi tadi, ia sudah tahu sebuah kebenaran. Ia tahu, jika sosok Dilla yang Rizky sebut adalah orangnya. Ya, orang yang sudah mengisi hati sosok Muhammad Rizky Ramadhan.

⋆⋆⋆⋆⋆


Setelah Diba mendengar semua penjelasan Dinda, ia pun mengerti situasinya. Walau dengan berat hati, ia pun mendukung adik satu-satunya itu. Karena sudah tak ada lagi yang harus ia lakukan di kamar Dinda, Diba pun pergi ke kamarnya yang berada tepat di sebelah kamar Dinda.

Dan setelah Diba pergi, Dinda bernapas dengan lega.

“Njir, gue jadi keringatan gini,” gumam Dinda sambil mengipas dirinya menggunakan tangan sendiri. “Mandi dulu, ah. Abis itu baru baca novel, ketemu sama doi baru.”

Dinda berjalan riang mengambil handuk, kemudian masuk ke dalam kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Setelah lewat dari setengah jam, Dinda selesai mandi dan telah memakai baju rumahannya.

Dinda meregangkan otot badannya. Sesuai dengan niatnya tadi, kini Dinda sedang membaca novel. Novel yang Diba jatuhkan lebih tepatnya. Lembar demi lembar telah ia baca. Bahkan setelah satu jam berlalu, ia telah selesai membaca novel dengan 397 halaman itu.

“Cih… pake bersambung lagi,” gumam Dinda sedikit kesal.

Dia berdiri dari duduknya, kemudian berjalan ke rak buku miliknya itu. Diperhatikannya setiap judul yang ada di sana. Namun, tidak ada judul yang merupakan kelanjutan dari novel yang ia baca tadi.

“Oh iya, tadi gue udah pinjem di perpus,” ujar Dinda.

Dia berlari mengambil tasnya. Dibukanya resliting tasnya itu, kemudian ia memperhatikan setiap buku yang ada di dalamnya. Setelah berkali-kali mengeceknya, Dinda mulai khawatir. Buku itu tak ada di dalam tasnya.

Jika buku itu adalah kepunyaannya, mungkin Dinda dapat mengikhlaskannya kemudian membeli yang baru. Namun, buku itu adalah buku pinjaman dari perpustakaan. Jika hilang, maka ia harus bertanggung jawab dengan cara mengganti rugi.

Dinda mengingat-ingat lagi kejadian sebelum ia kehilangan buku itu. Tiba-tiba, ia menepuk jidatnya. Ia sudah ingat.

Tadi kak Rizky yang ngambil, batin Dinda menggigit bibir bawahnya. Tapi, kalau bukan dia… bisa malu gue.

“Dinda,” panggil Diba dari dapur.

“Iya?” teriak Dinda mulai keluar dari kamarnya.

Dituruninya anak tangga demi anak tangga lainnya. Setelah semua anak tangga ia turuni, ia berlari kecil-kecil ke dapur. Di sana, ia menemukan Diba sedang memotong-motong kentang.

“Apa yang harus Dinda bantu?” tanya Dinda.

“Kamu goreng tuh nasi. Kita bakal makan nasi goreng malam ini,” ujar Diba masih fokus memotong kentang. “Oh ya, Kakak udah ngalusin bawang ama cabenya.”

Dinda mengangguk, kemudian mengambil wajan. Wajan itu lalu ia letakkan di atas kompor. Dituangnya sedikit minyak ke atas wajan. Setelah minyaknya terasa panas, Dinda menuang bumbu yang sudah Diba haluskan sebelumnya. Ditumisnya bumbu itu sampai berbau harum. Setelah itu, ia masukkan nasi putih, lalu diaduk sampai merata. Setelah rata, Dinda memasukkan saos tomat, kecap manis, dan telur, kemudian diaduk sampai rata lagi. Dan akhirnya, nasi goreng pun sudah siap di atas piring.

Sementara Dinda menghidangkan nasi goreng ke atas meja makan, Diba terlihat sedang menggoreng berbagai macam makanan. Mulai dari kentang, sosis, dan telur dadar. Dan tak lama, masakan Diba pun selesai dan sudah dihidangkan di atas meja makan.

Di meja makan, keluarga kecil itu sudah terkumpul. Akbar, Aulia, Diba, dan Dinda. Itulah keluarga kecil yang berbahagia di rumah ini.

“Maaf, Yah. Hari ini, kami cuman bisa masak segini doang,” ujar Diba.

Aulia yang duduk di sebelah Diba, mengusap rambut anaknya itu dengan lembut. “Tidak apa, Sayang. Segini juga udah cukup, kok,” kata Aulia, “oh ya, kalau Bunda udah gak sibuk, Bunda pasti bantuin kalian, kok.”

“Sudah-sudah, ayo kita makan sekarang,” ucap Akbar semangat.
Mereka semua tersenyum, kemudian mulai melahap makanan masing-masing.

“Hari ini, apa ada yang menarik di sekolah kalian?” tanya Akbar.

Dengan cepat, Diba menelan makanannya. “Dinda udah punya pacar loh, Yah.”

Mendengar perkataan Diba, Dinda tiba-tiba saja tersedak makanannya sendiri. Ia mengambil air, kemudian meminumnya perlahan. “I-itu gak bener!”

“Dinda, kita gak boleh bohong sama orangtua, loh,” ucap Diba.

“Apa yang Diba katakan itu benar, Dinda?” tanya Aulia tersenyum simpul.

“I-i─”

Ucapan Dinda terhenti karena ponselnya tiba-tiba berdering. Alis kanan Dinda terangkat sebelah menatap nomor yang ada di layar ponselnya.

“Siapa, Sayang?” tanya Akbar.

“N-nomor tak dikenal, Yah.”

Huaa... akhirnya bisa apdet juga😣

So, gimana? Karakter semua tokoh lebih jelas dari yang dulu kan?🙄

Kira-kira, siapa ya yang nelpon Dinda👿 Dan apa tujuannya?😈

Tunggu kelanjutannya minggu depan😙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro