Hukuman

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

NOTE;

Bagaimana cover untuk cerita ini guys??
Komentar ya hehe 😁

.
.
.

Fajri berjalan perlahan di lorong sekolah lantai dua. Pelajaran pertama sudah di mulai sejak tigapuluh menit lalu.

Jam pertama adalah ulangan Fisika dan guru pengajarnya terkenal killer. Fajri mengintip salah satu jendela kelas.

Murid-murid kelas XI IPA 1 tengah mengerjakan ulangan. Fajri menepuk kening kasar.

"Aduh! Sial banget sih gue pagi ini!" keluhnya.

Ricky sempat melirik ke arah jendela dan melihat Fajri. Tatapan Ricky serta Fajri bertemu seperkian detik, lalu Ricky fokus kembali mengerjakan soal-soal.

Bu Pita, guru Fisika juga melirik kepala Fajri. Dia berjalan ke pintu kelas, lalu membukanya lebar-lebar.

"Fajri! Kamu berdiri di depan kelas sampai pelajaran saya selesai!" omel Bu Pita menatap tajam Fajri.

Fajri menghela napas lesu. Dia sedikit heran kenapa Bu Pita tahu bahwa dirinya ada di depan pintu.

"Baik Bu," jawab Fajri lemas.

Sepanjang pelajaran sekitar satu jam lebih tigapuluh menit Fajri berdiri tegak. Pintu kelas terbuka dengan Bu Pita membawa tumpukan kertas jawaban.

"Kamu pulang sekolah, ikut ujian susulan. Saya tunggu di ruang guru."

Bu Pita berjalan tegak menuju ruang guru. Hentakan sepatu miliknya membuat suasana tegang.

"Woi bro," merangkul pundak Fajri.

"Lepasin ah! Gue capek nih!" gerutu Fajri.

Pemuda penyuka olahraga basket masuk ke dalam hanya untuk menaruh tas, lalu keluar lagi. Di depan kelas sudah ada Ricky dan Fenly, dua sahabatnya sejak kecil.

"Fen, lo nggak capek apa belajar mulu?" heran Fajri.

"Iya nih si abang ganteng. Nanti lo mau jalan saja harus pakai rumus lagi," sahut Ricky lebih tepatnya meledek.

"Berisik!" omel Fenly menutup kamus.

Fenly berjalan duluan meninggalkan Fajri dan Ricky. Keduanya langsung menyusul Fenly saling merangkul menuju kantin.

__#_#__

Kantin ...

Suasana di kantin sungguh ramai. Para siswa siswi berebutan untuk mencari tempat duduk dan memesan makanan.

Di saat ketiga pemuda kelas unggulan masuk ke area kantin. Seluruh murid menatap mereka penuh kagum dan iri. Seakan artis terkenal, mereka membuka jalan hanya untuk ketiganya.

Ricky dengan wajah datar. Fenly dengan wajah galak. Dan Fajri dengan wajah polos. Ketiga sahabat ini memiliki aura berbeda.

"Guys! Kali ini gue yang traktir lo pada. Cepat mau pesan apa nih!" seru Ricky semangat.

"Hmm ... gue nasi goreng sama jus alpukat, Rick," sahut Fenly.

"Kalau gue samain kaya lo ajah, tapi minumnya teh tarik," sambung Fajri.

Mereka sudah menduduki tempat kramat khusus. Tak ada yang berani duduk di sana kecuali satu pemuda berkulit hitam manis.

"Halo masbro," sapa Gilang tersenyum manis ditambah dengan kedua lesung pipi, semakin membuatnya terlihat manis. Gula bisa minder lihat Gilang.

Fenly tak menjawab, dia memilih duduk lalu membaca kamus. Fajri tersenyum tipis. Gilang sudah biasa dengan kelakuan berbeda mereka.

"Eh, ada si Gilang," ucap Ricky membawa nampan besar berisi pesanan.

"Adwa apha Ricwk," jawab Gilang sambil mengunyah ayam.

"Jorok bangke!" omel Fenly. Tatapan tajam Fenly bisa membuat Gilang ciut.

"Hahaha ... rasakan," ledek Fajri tertawa lepas.

Ricky menaruh makan dan minum di atas meja dibantu oleh Fenly. Dia memilih duduk di sebelah Fajri. Sebelum makan pasti Ricky akan mengelus pelan rambut Fajri.

"Yaelah bang, rambut gue berantakan nih," gerutu Fajri merapihkan rambut kembali.

"Hehe ... soalnya gue gemes sama lu Ji. Muka lo mirip kaya Alm. Adik sepupu gue," ujar Ricky. Tersirat ada nada kesedihan dan rindu mendalam.

"Maaf ya Bang Rick." Fajri merasa bersalah.

"Loe nggak perlu minta maaf Ji, oke," balas Ricky tersenyum tipis.

Fenly tak mau melihat sahabat kecilnya sedih. Fenly cukup peka akan keadaan sekitar. Dia pun bertepuk tangan kecil. "Yuk, kita langsung makan saja. Jangan lupa berdoa dulu ya," ucap Fenly.

Ricky memimpin doa. Gilang masih asyik makan tanpa memperdulikan ketiga sahabat itu. Memang sudah biasa seorang Gilang dicuekin.

Suasana kantin masih rame, namun tak membuat ketiga sahabat ditambah Gilang terganggu. Mereka makan sambil bersenda gurau dan saling mengobrol kecil.

.
.
.
.

___BERSAMBUNG___

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro