Pernyataan Cinta

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Siswa siswi berebutan meninggalkan kelas setelah guru keluar terlebih dahulu.

Tawa canda menghiasi langit yang menjelang sore hari. Mereka memutuskan untuk langsung pulang, main, mengikuti eskul atau kerja kelompok.

Kelas XI IPA 1 hampir sebagian murid nya sudah keluar. Kini hanya tersisa 6 murid saja. Mereka adalah Ricky, Fajri, Fenly, Gilang, Nindy dan Yuki.

"Rick, pulang main yok," ajak Gilang selesai merapikan alat tulis.

Ricky terdiam. "Sorry, gue nggak bisa Lang," balasnya menolak halus.

"Yaelah, nggak bisa mulu lo heran," ujar Gilang sedikit kesal.

"Ya, mau gimana namanya juga nggak bisa masa harus di paksa sih!" sahut Fajri menyindir.

Gilang menatap kesal Fajri dan Fajri juga balik menatap tajam. Kilatan listrik seakan keluar dari mata mereka.

"Berisik banget sih lo Lang!" omel Fenly ikut menatap tajam Gilang.

Pemuda berkulit hitam manis merasa kalah, 2 lawan 1 sungguh tak adil. Gilang menelan saliva merasakan aura tak enak dari orang di sebelahnya.

"Lang, gue saranin mending lo cabut duluan daripada di terkam sama Fenly," ucap Ricky pelan.

"Iya, Lang. Gue jadi kasian sama lo hahaha..."

Nindy yang tengah asyik memakai bedak juga ikutan. Gilang semakin tersudut. Dia pun buru-buru mengambil tas, lalu pergi meninggalkan kelas tanpa berpamitan dulu.

Semua mata menatap kepergian Gilang menahan tawa. Dan akhirnya tawa pecah dari kelima orang yang berada di dalam kelas.

"Hahaha... parah banget sih lo pada, kasian anak orang tuh jadi takut," ucap Yuki tertawa kecil.

Ricky mendecak tak suka. "Oh, kamu lebih kasian sama Gilang daripada aku. Oke deh, gue duluan ya guys. Panas banget hawanya di sini."

Sosok Ricky pun melangkah pergi keluar kelas, tetapi pergelangan tangan kiri ditahan oleh seseorang. Ricky menatap orang yang memegang pergelangan tangannya.

"Kenapa?" tanya Ricky datar.

"Ish! Mau kemana? Katanya kamu mau ajak aku pergi." Yuki cemberut.

Ricky tetap mempertahankan muka datar, walau dalam hati ingin tertawa. Rencana awal sepertinya telah berhasil.

"Yuki, Ricky, gue duluan ya. Pacar gue sudah jemput nih," pamit Nindy cepat.

"Aduh, gue lupa mau beli buku sama Anneth. Duluan ya guys."

Fenly pun pamit. Sosok Fenly dan Nindy sudah menghilang, tersisa ketiga murid di dalam kelas.

"Bang Rick, Yuki, gue sakit perut nih. Mau setor dulu, bye," ujar Fajri memasang ekspresi kesakitan dan memegangi perut.

"Oke, Aji. Hati-hati ya," balas Ricky melakukan tos ala mereka.

Kini tinggal Ricky dan Yuki di kelas. Yuki heran melihat kelakuan aneh sahabat-sahabatnya.

"Ayo, katanya mau pergi." Ricky berubah ekspresi menjadi datar.

Yuki diam. Ricky menarik lembut tangan Yuki, lalu berjalan beriringan meninggalkan kelas.

_#_#_

Setelah menempuh perjalan sekitar satu jam, akhirnya kedua insan ini sampai di tempat tujuan. Ricky memarkirkan mobil di tempat yang telah disiapkan.

Ricky keluar duluan, lalu berlari kecil menuju pintu Yuki. Dia membuka pintu mobil membiarkan Yuki dapat keluar.

"Terima kasih," ucap Yuki malu.

"Sama-sama Tuan Puteri," balas Ricky mengecup pelan punggung tangan Yuki.

Rona tipis merah muncul di kedua pipi Yuki. Yuki sedikit heran dengan sifat Ricky yang berubah-ubat setiap saat.

Tiba-tiba mata Yuki di tutup oleh seutas kain hitam. Yuki ingin melepas tetapi ditahan oleh Ricky.

"Jangan di buka sampai aku bilang buka ya," bisik Ricky lembut.

Hembusan napas Ricky mengenai leher Yuki membuatnya merinding. Ada debaran rasa di dada.

Ricky menuntun Yuki berjalan menuju suatu tempat. Kira-kira selama lima menit mereka telah sampai.

Detak jantung Yuki tak beraturan. Entah kenapa dia merasa ada sebuah kejutan menanti dirinya sekarang.

"Rick, kamu di mana?" tanya Yuki mencari keberadaan Ricky dalam keadaan mata tertutup.

Hening. Yuki terus berusaha memanggil Ricky hingga sebuah suara alunan musik terdengar.

"Awalnya ku tak tahu...

Datangnya darimana...

Kau sapa dan sebut namaku...

Firasatku berbeda..."

Yuki terdiam. Suara Ricky menelisik masuk ke gendang telinga. Sangat merdu dan indah.

Yuki pun tak sabaran hingga membuka kain hitam yang menutupi matanya. Dan setelah netra sudah terlihat jelas, alangkah Yuki terkejut melihat pemandangan di depan.

Ricky berdiri tegak dan kokoh di tengah. Kelopak-kelopak bunga mawar merah membentuk gambar hati.

Beberapa lilin menjadi penerang di langit senja ini. Balon-balon dan kertas warna-warni menghiasi setiap sudut tempat.

"Mengapa saat jauh...

Bayang dirimu menyiksa...

Berjuta rindu menggoda...

Terlalu cepat kah ini, cinta..."

Ricky berjalan pelan mendekati Yuki yang diam terpana. Ricky meraih tangan kanan Yuki, lalu merubah posisi menjadi setengah duduk. Yuki melihat betapa tampan wajah Ricky jika dilihat sedekat ini.

"Hanya tak ingin orang lain tahu...

Diam-diam ku telah jatuh cinta..."

"Yuki," ucap Ricky lembut.

"Iya," balas Yuki malu.

"Setelah aku mengenalmu dari masa zaman kita MOS, tatapan mataku tak dapat teralihkan dari wajah cantikmu. Mungkin saat itu aku mengenali apa artinya cinta pandangan pertama.

Dan kita dipertemukan dalam satu kelas yang sama. Betapa bahagia ya hati ini walau kita tak terlalu akrab.

Yuki... maaf jika selama ini aku hanya menjadi pengagum rahasiamu. Hari ini, detik ini... Ricky mau mengungkapkan sesuatu kepada Yuki.

Maukah Yuki menjadi kekasih hatiku?"

Ricky mengeluarkan sebuah kotak berbentuk hati. Dia membuka dan sebuah cincin perak bertuliskan huruf RY di sana.

Yuki menutupi wajah dengan kedua tangannya. Dia tak menyangka bahwa hari ini Ricky menyatakan cinta padanya.

Gadis keturunan darah Indonesia-Jepang ini menatap dalam netra Ricky. Yuki pun mulai mengatakan sebuah kalimat.

"Ricky... terima kasih, tetapi maaf-,"

_____BERSAMBUNG____

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro