1. Telat

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Segerombolan orang-orang yang memakai seragam putih hitam serta membawa perlengkapan aneh saling berlarian masuk ke dalam kawasan kampus. Beberapa panitia penyelenggara mengawasi setiap calon MABA yang lewat.

"Ayo! Cepat jalan ya!"

Salah satu senior memakai almamater berwarna biru kebanggaan kampus berdiri angkuh di pinggir gerbang. Ia menatap tajam satu persatu calon mahasiswa/i baru yang akan mengadakan kegiatan OSPEK kurang lebih selama tiga hari.

"Ar!"

Seorang Pria berjalan mendekati senior tersebut. Ia berjalan dengan santai, namun terlihat tegap dan keren.

"Apa?!" tanya pemilik nama Arinda, atau biasa dipanggil Ar oleh teman-teman dekatnya. Ar melirik sekilas, lalu mengalihkan pandangan kembali ke depan.

"Weh! Selow aja kali!" seru Pria yang tadi memanggil Ar. Kini ia sudah berdiri di sebelahnya.

"Daripada lo nggak jelas, mending urusin tuh MABA yang masih belum datang," ujar Ar bernada datar dan terkesan galak.

"Hahaha... malas ah. Mending gue di sini aja sama lo," balas Pria itu tertawa kecil.

Ar memutar kedua bola mata malas. Ia kurang terlalu suka jika temannya itu mengeluarkan jurus gombalannya.

"Gausah cari gara-gara sama gue, bisa?!" seru Ar menatap tak suka.

Pria itu semakin tertawa. Ia paling suka menggoda teman kecil sekaligus teman satu organisasi.

"Mau gue pukul atau gue tendang nih!"

Ar menantang. Sang Pria memilih untuk berhenti menggodanya.

"Iya-iya. Gue pergi deh, tapi nanti selesai kegiatan lo temenin gue pergi," ujar Pria itu santai.

"Malas!" jawab Ar.

Tiba-tiba datang panitia Ospek lainnya berjumlah dua orang. Mereka terlihat akrab satu sama lain.

"Halo guys!" sapa Pria berambut ikal berwarna pirang itu riang.

"Lagi pada apa nih? Keliatannya seru dilihat dari jauh," sahut Wanita berkulit hitam manis. Ia memiliki rambut hitam panjang seperti model iklan sampo.

"Nggak kok," jawab Pria yang daritadi menemani Arinda atau Ar.

Arinda hanya diam. Ia semakin tak nyaman berada di dekat teman-temannya itu. Ia pun berjalam cepat menuju objek atau tempat yang menurutnya cukup sepi.

"Lah, dia malah pergi," ujar Wanita berkulit hitam manis heran.

"Yaudahlah. Yuk Nur! Kita ke lapangan!" Pria berambut ikal mengajak.

"Enak aja lo Kak panggil-panggil gue Nur. Gue nggak suka ya!" kesalnya.

"Malah pada ribut!" sindir Pria itu. Padahal dirinya sejak tadi juga tak akur dengan Arinda.

Nur alias Puput melangkah pergi duluan meninggalkan kedua Pria di belakangnya. Saat ini Puput dalam posisi mode kesal.

"Yee... dia malah duluan. Gue cabut dulu ya, Rick," ucap Pria berambut ikal, menepuk pelan pundak kekar Pria bernama Ricky.

"Oke! Hati-hati ya Bang Raka. Nanti kalau ada lobang jangan lupa lompat," balas Ricky bercanda.

"Siap Rick, hahaha..."

......

Acara OSPEK akan segera di mulai. Semua peserta MABA maupun panitia sudah berkumpul di lapangan.

Terik matahari di pagi hari cukup membuat para MABA merasa kepanasan. Ada yang mengeluh, diam serta fokus mendengarkan.

"Perkenalkan! Saya Shandy Galang, selaku Ketua panitia OSPEK kali ini  bukan tukang bakso. Jadi ingat itu baik-baik."

Seorang Pria berambut gondrong menjadi pembuka acara. Ia memperkenalkan diri secara santai dan bercanda.

"Hahaha...."

Para MABA tertawa mendengar penuturan dari Shandy. Shandy hanya tersenyum kecil.

"Kalian semua... Diam!"

Dan dalam seperkian detik suasana menjadi sunyi. Suara jangkrik sampai terdengar dalam jarak jauh.

Salah satu panitia datang bersama beberapa calon MABA yang melanggar aturan. Mereka datang telat dan dipastikan akan mendapatkan hukuman.

"Ah bete! Gara-gara kelamaan nungguin kamu, aku jadi ikutan telat kan."

"Maafin aku,"

"Hei! Siapa suruh malah pada ngobrol!" bentak senior berpenampilan bad boy.

Kedua calon MABA itu langsung terdiam takut. Pria yang memakai kacamata menjadi merasa bersalah telah melibatkan sahabatnya itu.

"Kak, jangan teriak-teriak napa. Kuping saya sakit nih!" seru Pria berkulit hitam manis.

"Lo? Berani bicara sama saya."

Senior yang membentak kedua MABA tadi menatap Pria itu tajam.

"Kenapa saya harus takut? Kita sama-sama manusia di sini," jawabnya santai.

Senior itu melirik papan nama sang calon MABA. "Nama lo Gilang Romie," ucapnya.

Gilang masih bersikap santai. Apalagi dengan penampilan yang tak sesuai aturan membuat Gilang semakin ditatap oleh para senior kampus.

"Iya Kak. Saya Gilang Romie pacarnya Ryujin," balas Gilang.

Sang Senior menyeringai kecil. Ia menarik tangan Gilang agak keras ke tengah lapangan.

"Ini adalah salah satu contoh MABA yang tidak memiliki sikap tidak sopan, telat dan melanggar aturan kegiatan."

Semua calon MABA hanya diam. Mereka tak berani menatap sang senior. Lebih mencari aman demi keselamatan masing-masing.

Shandy ingin menghentikan, namun di cegat oleh Ricky. Ricky memberikan kode agar tidak ikut campur atau ia akan mendapatkan masalah nantinya.

"Ky," ucap Shandy serius.

"Lebih baik lo diam. Gue nggak mau lo sampai dikeluarkan kampus," balas Ricky peduli.

"Tapi Ky...,"

"Shan. Tolong dengerin gue kali ini aja," ucap Ricky memegangin kedua bahu Shandy pelan.

Shandy menghela napas kasar. Ia bingung harus berbuat bagaimana untuk menghentikan aksi sang Senior itu. Ia juga tak mau sampai dirinya dikeluarkan kampus. Sebagai Ketua panitia, Shandy merasa dirinya gagal.
.
.
.
.
.

Bersambung

(07/06/2022)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro