Jodoh ? Mungkin

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seorang gadis cantik tengah bersimpuh di sepertiga malamnya memohon apa yang dia harapkan walau pun gadis itu tau, harapannya belum tentu terkabulkan oleh Sang Pencipta alam. Tapi apa salahnya terus memohon, bukannya Allah sangat senang jika hambahnya terus merengek meminta apa yang hambanya impikan.

Siti Aisyah namanya, gadis cantik nan sholehah yang dimana pun dan kapanmu selalu memegang tasbih counter yang berada di jari telunjuknya, sholawat dan dzikir tak pernah dia lewatkan. Jarang sekali ada seorang gadis di akhir zaman ini yang begitu istiqomah di jalan Allah, terkadang niat berhijrahnya salah. Berhijrah hanya karena ingin mendapatkan seorang laki laki yang sempurna.

Namun pada kenyataannya ke sempurnaan hanya milik Sang Pencipta, bukan milik yang di ciptakan. Ada kalanya kita perlu intropeksi diri akan niat kita dalam berhijrah, karena Allah kah kita berhijrah atau karena nafsu ingin di pandang menjadi wanita sholehah namun tidak melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim.

"Ya Allah, hamba tau permintaan hamba terlalu banyak, namun sujud hamba kurang rendah dan selalu berbuat dosa. Ya Allah, bolehkan hamba yang penuh dosa ini meminta dia untuk menjadi pelengkap imanku, menjadi pembimbing yang baik dalam rumah tangga kami, menjadi penuntun ke syurga untuk meraih ridhoMu Ya Allah," gumam gadis manis itu dalam doanya.

Jika gadis lain lebih memilih mencintai dalam diam, namun tidak dengan Aisyah. Gadis itu secara terang-terangan mengungkapkan isi hatinya kepada laki laki yang dia cintai. Hari ini laki laki yang gadis itu cintai mengajaknya untuk bertemu, entahlah untuk apa. Aisyah hanya bisa menuruti saja apa maunya laki laki itu, rasanya laki laki itu adalah semangatnya.

Kini kedua anak adam telah duduk di pelataran masjid, berperang dengan pemikiran diri sendiri membuat mereka tidak ada yang memulai pembicaraan.

"Hmmm, Alif?" panggil gadis itu kepada seorang laki laki yang sedang berada di sampingnya.

Alif pun menoleh dan sedikit memberikan senyuman manis untuk gadis itu, helaan napas keluar dari bibir Alif, mungkin untuk sedikit mengurangi rasa nerfousnya.

"Maaf, aku akan menikah," ucap Alif

Rasa sesak di dada Aisyah mulai terasa, kenapa ? kenapa dia harus mengatakan itu, kalimat yang tidak ingin gadis itu dengar kecuali kalimat ijab qobul

"Alhamdulillah dong, kapan acaranya ?" jawabnya dengan yang sedikit antusias ketika mendengar hal tersebut

'kenapa kamu mendekati ku dan memberi sebuah rasa nyaman, jika pada akhirnya kamu hanya menyisihkan luka ?' batin Aisyah

"Insya allah secepatnya, bantu doa ya Syah," ucapnya sambil menujukan sebuah senyuman yang tanpa dosa.

"Pasti Lif, semoga lancar sampai hari yang di tentukan,"

"Ka---kamu tidak marah Syah?" pertanyaan macam apa itu, tak patut sekali untuk di jawab.

"Aku tau, hadirku dalam hidupmu memang tak begitu engkau harapkan, semua orang di sekitarmu pun banyak yang membenciku, aku sadar akan hal itu. Jadi buat apa aku marah padamu, toh takdir Allah berkata kamu bukan milikku" ucap Aisyah dengan begitu tegarnya.

"Jangan lupa undangannya ya Lif, takutnya nanti kamu lupa tidak mengundangku," ucapnya sambil terkekeh menutupi segala lukanya

"Pasti dong Syah, kamu kan sahabatku"

'hmmm, oke Sahabat ya' batin Aisyah

Sedikit berdiam diri kembali dengan pikiran masing-masing. Menikmati suasana pelataran masjid yang sedikit ramai dengan aktifitas anak-anak kecil yang sedang mengaji.

"Huh, aku pamit pulang dulu ya Lif sudah sore soalnya."

"Iya Syah, hati-hati dan maaf."

Hanya anggukan kepala yang Aisyah berikan sebagai tanda jawaban.

"Assalammualaikum," ucapnya sambil berlalu menuju parkiran untuk mengambil kendaraan beroda dua ke sayangannya yang berada di daerah masjid tersebut.

Lantunan istighfar di bibir Aisyah tak pernah lepas, hanya dengan melantukan istighfar hati Aisyah dapat tenang. Semuanya telah menjadi ke tetapan Allah

Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi, dan semuanya telah tertulis di kitab Lauhul Mahfuzh.
Jadi untuk apa Aisyah mempusingkan hal itu semua, jika tidak di takdirkan untuk bersatu Alhamdulillah atau pun jika di takdirkan bersatu lebih Alhamdulillah.

Aisyah berhenti di sebuah danau, menenangkan pikiran dan hatinya. Menikmati ke indah yang Sang Pencipta berikan.
Dan tiba tiba setetes demi setetes air dari langit turun membasai wajahnya. Aisyah mendongakkan kepalanya menatap langit yang mulai mendung.
Namun ternyata air itu semakin deras, hujan itu turun dengan bebas membasai bumi. Sepertinya langit pun ikut bersedih dengan keadaan hati sang gadis tersebut

'Di sini memang aku yang salah, salah dalam menaruh hati dan cinta, Terimakasih atas segala luka dan harapan semu yang kamu berikan untuk aku' batin gadis cantik nan shalihah.

Cinta dan mencintai memang fitrah setiap manusia, mendapatkan cinta dari orang yang ia cintai adalah nilai plus dalam kadar mencintai. Namun, saat ini Aisyah sedang dalam keadaan cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Cintanya tak berpijak, cintanya tak berlabu di hati yang tepat. Tapi mungkin suatu saat nanti pasti akan berlabuh di hati yang tepat.

Jika cinta manusia tidak engkau dapatkan, masih ada Allah yang siap bersedia memberikan cinta tanpa engkau minta.

***

Sudah 1 bulan berlalu, dan Aisyah tak lagi mengetahui kabar tentang Alif yang akan menikah, karena menurutnya, cukup sudah akan luka hati yang dia rasakan. Untuk saat ini Aisyah akan kembali menata hati yang telah berantakan, saat ini Aisyah buru buru untuk cepat pulang.

Karena tadi dia mendapat telfon dari sang ayah agar lekas pulang, ada hal yang amat sangat penting untuk segera di sampaikan dan akhirnya dia izin pulang lebih awal di tempat kerjanya.

Kini Aisyah telah sampai di halaman rumahnya, melihat keadaan sekitar rumahnya yang telah ramai. Bingung, yang Aisyah rasakan, tanda tanya besar mungkin sedang nongkrong diatas kepalanya.

"Kenapa ada kamu disini? Bukannya kamu mau menikah?" pertanyaan tanpa permisi keluar dari bibir manis sang gadis.

"Main-main aja,"

"oh, mana calon istrimu Lif?"

"Calon istriku ? Pengen ketemu banget atau pengen ketemu aja?"

"ihh, pulang deh ah kalau ngeselin kek gini. Entar calonmu nyariin kamu Lif" ucapnya sambil mengoyang goyangkan kedua tangan layaknya orang mengusir.

"Kok ngusir sih Syah,"

"Aku takut tau Lif, aku takut dikira pengambil calon laki orang"

"Kalau yang aku nikahi itu kamu, apa kamu masih takut?" tanya laki laki yang berprawakan tinggi tersebut

"Jangan bercanda Lif," rengek seorang Aisyah. Untuk kali ini Aisyah benar-benar takut di tuding pelakor.

"Syah," panggil Alif

"Hmm"

"Aisyah" panggilnya sekali lagi

"Aisyah, di panggil itu loh sama mas Alif," ucap sang bapak

Gadis itu sedikit melototkan matanya, terkaget kaget dengan ucapan sang bapak 'helo ? mas Alif sejak kapan bapak manggil Alif dengan sebutan Mas' batin Aisyah.

"Siti Aisyah" panggil Alif untuk ke tiga kali.

"Apa Alif"

"Liat aku"

"Tidak ah, takut bukan mahrom"

"Bentar lagi jadi mahrom kok Syah"

Jantung Aisyah berdetak lebih cepat menandakan dia masih hidup dan masih bernyawa. Aisyah melihat sekilas wajah Alif yang amat tampan menurut pandangan Aisyah.

"Asal kamu tau, gadis yang ingin aku nikahi itu kamu, bukan yang lain, sukanya marah marah sih, jadi orang belum ngejelasin sudah ngomel duluan" ujar laki laki tersebut.

Seketika Aisyah terdiam setelah mendapat ungkapan dari laki-laki tersebut. Sebegitu mudahnya laki-laki itu berucap seperti itu. Rasanya hatinya seperti di buat mainan oleh dia.

Tak taukah dia betapa terlukanya hati sang gadis pada saat itu.
Luka tak berdarah yang menyanyat hatinya. Sampai sekarang pun lukanya masih membekas, karena menyembuhkannya pun amat sulit.

"Jangan bercanda Alif," gumamnya dengan nada tegas

"Beneran Syah, mau minta mahar apa hem,"

Aisyah tidak langsung menjawab pertanyaan dari sang calon imam, ia masih bingung dengan pikirannya, mahar apa yang akan dia minta.

"Syah ?"

"Semampunya Alif saja mau memberikan mahar apa kepada Aisyah, Aisyah menerima asal Alif ikhlas"

"Eh eh kok sudah bahas mahar sih! Kan Aisyah belum jawab, Aisyah nerima Alif atau tidak" gumam sang gadis shalihah tersebut

"Kenapa harus di jawab, bukannya dari awal Aisyah memang sudah cinta sama Alif," goda Alif membuat pipi Aisyah merona.

"Jadi beneran maharnya terserah aku? Kalau aku kasik air putih aja Aisyah mau?"

Aisyah menganggukan kepalanya sebagai tanda jawaban

"Bukannya, Perempuan yang baik hati adalah yang murah maharnya, memudahkan dalam urusan perkawinannya serta baik akhlaknya sedangkan perempuan yang celaka yaitu yang mahal maharnya, sulit perkawinannya dan buruk akhlaknya?"

"Iya bener banget Syah"

"Iya sudah di kasik mahar air putih saja Aisyah mau kok"

Semua orang yang berada di dalam ruang keluarga rumah Aisyah menatap kagum akan permintaannya, gadis itu memang selalu sederhana dalam setiap keadaan. Selalu bersyukur dalam tiap tiap harinya, ini jawaban dari Allah atas segala luka dan doa-doanya.
Jika Allah tidak mengabulkam doa-doamu saat ini juga. Mungkin akan terkabulkan di suatu saat nanti.

Masalah jodoh itu cerminan diri, dan mintalah pada Allah sesuai porsi yang terbaik untukmu menurut Allah.
Allah tidak akan salah dalam memilih pasangan untuk para hambanya.
Tapi ingat, antara jodoh dan kematian itu bisa datang bersamaan. Jadi siapkan diri untuk dua hal tersebut.























End

Jangan pernah lelah dalam berdoa, Allah sangat menunggu apapun yang engkau minta.
Allah amat sangat senang jika para hambanya meminta.
Allah amat sangat senang jika para hambanya menjadikan dirinya tempat curhat.
Karena sebaik baiknya tempat bercerita hanya Allah lah tempatnya.

Happy Reading, mohon maaf jika banyak salah dalam segala tulisan.
Jangan lupa klik tombol bintang

Minal Aidzin Walfaidzin
Mohon Maaf Lahir dan Batin

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro