(Cerpen) Sederhana Yang Sempurna

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Nama : Faira
Id wp : araira22
Kelas : eksklusif

•••


     Malam ini suhu mendadak menjadi lebih dingin, kemungkinan karena akan turun hujan. Tapi itu semua tidak menyurutkan semangat seorang gadis yang kini sedang berada di taman kota, di sana ia akan mengadakan sedikit pesta kecil-kecilan. Namanya Aurora Valerie, gadis yang sangat suka berbagi dengan orang lain. Lihat saja sekarang, ia sibuk mempersiapkan acaranya untuk anak-anak panti.

     Semua biayanya dikeluarkan sendiri, menyisihkan sebagian uang jajannya yang diberikan. Tapi kadang kala orang tuanya ikut menyumbang, memberikan makanan atau sekadar buku-buku. Karena malam ini orang tuanya belum pulang dari perjalanan bisnis di luar negeri, Aurora sendiri yang menyiapkan makanan yang sudah dipesan orang tuanya pada jasa catering.

     “Kak Aurora, Tania boleh bantu?” tanya anak kecil yang bernama Tania itu sambil menarik ujung baju Aurora, ia melihat Aurora yang sedang memindahkan kotak nasi dari kantong ke atas meja.

     Aurora berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan Tania. “Boleh, Tania bantu Kakak ambil kotak dari kantongnya. Terus nanti kasih ke Kakak, jadi Kakak langsung atur ke mejanya. Tania paham?” tanya Aurora setelah memberikan sedikit penjelasan, Tania itu baru menginjak usia empat tahun. Jadi, Aurora menjelaskannya dulu dari pada nanti membuat pekerjaan semakin lama.

     Lagi pula itu juga memudahkan Aurora, ia tidak perlu berdiri lalu berjongkok terus menerus. “Ayo mulai!” ajak Aurora.

     Setelah selesai dengan susun-menyusunnya, Aurora segera meminta  kepada ibu panti agar acara segera dimulai, dikarenakan angin yang sudah mulai turun dan itu semua tidak baik untuk kesehatan anak-anak.

     Kebahagiaan sangat terpancar jelas di sana, belum lagi Aurora ada mengundang badut sehingga menambah keramaian. Sedangkan ia sendiri berada di kursi panjang di tengah taman, di sana ia bisa melihat semuanya dengan jelas. Senyum di wajah Aurora tak pernah luntur melihat keceriaan di sekitarnya, menurutnya itu bahagia yang sangat sederhana.

     “Nak,” panggil Bu Yeni, pengurus panti asuhan.

     “Iya, Bu? Silahkan duduk!” Aurora menggeser sedikit duduknya, memberi tempat agar Bu Yeni bisa duduk. “Terima kasih sudah memberikan kebahagiaan seperti ini untuk mereka, Ibu sangat bersyukur. Kamu anak yang baik, orang tua kamu sangat beruntung memiliki anak seperti kamu.”

     Mata Aurora beralih pada anak-anak yang anggap seperti adik itu, senyum tak lepas dari wajah cantiknya. “Seharusnya saya yang bersyukur, Bu. Dari mereka saya bisa belajar lebih banyak, bisa menghargai apa yang sudah dimiliki, dan mereka membuat saya merasa memiliki adik. Ibu tahu jika mama saya tidak bisa hamil lagi setelah keguguran calon adik saya, saya anak tunggal di keluarga saya. Tapi, semuanya merasa sempurna ketika saya mengenal mereka. Kalau boleh jujur, saya ingin mengadopsi salah satunya. Hanya saja saya lebih menyukai hal seperti ini, melihat mereka semua berbahagia dibanding salah satu di antara mereka saja.”

     Bu Yeni mengangguk paham, itu juga yang dirasakannya saat bersama dengan anak asuhnya. Ia juga merasa sedih kala harus melepas satu di antara mereka, tapi di sisi lain ia juga berbahagia. “Semoga Tuhan selalu melipat gandakan kebaikan kamu, Nak. Ibu hanya bisa berdoa, semoga kamu dan keluarga kamu selalu dalam lindungan Tuhan dan sehat,” ucap Bu Yeni.

     “Aamiin.”

     “Kalau begitu, Ibu ke sana dulu, ya. Sekali lagi terima kasih,” pamit Bu Yeni. Aurora hanya mengangguk dan tersenyum singkat, ia kembali memperhatikan anak-anak yang sedang mengelilingi badut itu.

     Hingga tarikan di bajunya membuat Aurora menoleh ke samping, melihat pelaku yang tersenyum manis. “Ada apa, Tania?” tanya Aurora, ia mengangkat tubuh bocah itu agar bisa duduk di sampingnya.

     “Kak Aurora lagi apa?” tanya Tania.

     “Enggak, Kakak lagi gak ngapa-ngapain.” Aurora mengelus rambut Tania yang terurai, sesekali juga membenarkannya ketika ada angin nakal yang menerbangkannya. “Kalau Tania nanti besar, Tania mau jadi kayak Kak Aurora,” ungkap Tania.

     “Kenapa?” tanya Aurora.

     “Kak Aurora hebat, bisa buat orang-orang tersenyum.” Tania menatap Aurora dengan mata yang berbinar, rasa kagumnya sangat tinggi. “Kak Aurora juga cantik, pasti semua orang suka sama Kak Aurora,” sambung Tania.

     Aurora hanya tersenyum menanggapi Tania, ia hanya diam tanpa menjawab ucapan gadis mungil itu. “Enggak kayak Tania, yang gak diinginkan,” lirihnya. Saat itu pula Aurora tersentak, ia masih tak habis pikir dengan gadis kecil itu, pemikirannya terlalu jauh. “Siapa bilang? Teman-teman kamu banyak di sini, mereka suka sama kamu. Kamu diinginkan, jangan bilang kayak gitu lagi!” tegas Aurora.

     “Tapi kenapa orang tua Tania bawa ke sini? Bukankah seharusnya Tania harus sama mereka?” Lidah Aurora terasa kelu, ia tidak bisa menjawabnya. “Lupakan, ngomong-ngomong nama Kak Aurora sama kayak buku yang dibacain Ibu kemarin,” ucap Tania mengalihkan percakapan.

     “Oh ya? Cerita apa?” tanya Aurora pura-pura penasaran.

     Tania mengerjapkan matanya berkali-kali, ia berusaha mengingat. “Sleeping Beauty? Em ... Princess Aurora.” Tepat sekali, Aurora sudah menduga jika itu ada sangkut pautnya dengan cerita disney.

     “Kenapa nama Kakak itu Aurora?” tanya Tania penasaran.

     “Dulu waktu mama Kakak lagi hamil, mama Kakak itu pengen jalan-jalan ke luar negeri. Di sana, keinginan beliau untuk melihat aurora terkabul. Karena tepat bulan itu, aurora muncul.”

     “Aurora itu apa?”

     Seketika Aurora juga bingung untuk menjelaskannya, terlalu rumit untuk Tania pahami. “Aurora itu salah satu penampakan alam yang sangat indah, kejadiannya juga tidak bisa dilihat setiap saat. Ada saat-saat tertentu untuk melihatnya, dan tempat-tempat tertentu juga,” jelas Aurora.

     “Selain itu, juga karena Princess Aurora yang kamu sebut tadi, mama Kakak sangat menyukai ceritanya. Dan beliau berharap jika kehadiran Kakak bisa membawa kebahagiaan untuk semuanya, sama seperti Princess Aurora. Sedangkan Valerie artinya kuat, nama itu yang dikasih papa Kakak,” sambung Aurora.

     Tania menganggukkan kepalanya, ia senang bisa berbicara banyak dengan Aurora. “Ayo gabung ke sana, udah waktunya kita makan malam!” ajak Aurora. Mereka melangkah riang menuju tempat anak-anak berkumpul, membagikan nasi kotak kemudian makan bersama.

     Di sini Aurora banyak mendapat pelajaran, kebahagiaan itu tidak selalu tentang harta, tidak selalu tentang jabatan. Tapi tentang kebersamaan yang terjalin, suka duka yang dapat dilalui bersama, dan uluran tangan yang terkait di saat terpuruk. Mereka memang tidak memiliki keluarga kandung, hanya saja semua ini sudah membuat keceriaan tercipta. Semuanya terbayarkan, selalu ada hikmah yang terjadi setiap ada kesulitan. Karena Aurora percaya, Tuhan selalu mempersiapkan hadiah kepada hamba-Nya yang bisa bersyukur.

      Dari sini juga, Aurora menjadi semakin mencintai dirinya sendiri. Ia sudah hidup berkecukupan, orang-orang di sekitarnya menyayanginya, dan ia memiliki banyak teman. ia merasa, jika kesulitannya selama ini tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Aurora sekarang semakin mengerti, jika ia mencintai dirinya sendiri maka akan ada banyak orang yang mencintainya.

      Because nothing person love you, like you love your self.

•••

-Quotes :

Hidupmu adalah milikmu, dirimu adalah penguasanya. Maka, cintailah ia. Karena cintamu pada dirimu sendiri adalah kunci segalanya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro