Rasa yang aneh

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Farrel terus melangkahkan kakinya menuju parkiran.

Hatinya tak karuan, dia bimbang hanya karna satu pertanyaan dari Naza.

Benar apa yang di katakan Naza. Mengapa dirinya ingin sekali membawa Naza pergi dari Adhitya? Mengapa dia begitu peduli pada Naza?. Semua pertanyaan itu muncul tanpa jawaban.

Farrel mengendarai motor sportnya dengan kecepatan tinggi. Dia tak peduli seberapa banyak orang yang telah mengomelinya karna mengendarai kotor dengan ugal -ugalan.

Farrel tidak tahu akan pergi kemana, namun motor sport kesayangnya membawanya menuju tempat favoritenya 1 tahun belakangan ini. Rs cipta.

Farrel melangkahkan kakinya ke sebuah ruangan serba putih dengan bertuliskan, ruang 102. Ruangan favoritenya. Karna sudah lebih dari 1 tahun seseorang terbaring disana, seseorang yang sangat Farrel cintai.

Perlahan Farrel mendekati ranjang itu, terbaring tubuh Cila yang kini semakin kurus.

Farrel tak bisa lagi menahan air matanya, Farrel hanya bisa menumpahkan air matanya di depan Cila saja.

Terngiang begitu saja pertanyaan Naza tadi pagi.

Kenapa lo pengen banget vawa gue pergi dari ka Adhit tadi? Terus saja pertanyaan itu mengiang di kepala Farrel.

Cairan bening itu kini berubah menjadi anak sungai dan terus membesar.

Kenapa gue nangis gini? Pertanyaan itu muncul begitu saja di otak Farrel dan tentunya Farrel tak tahu jawabannya.

Pricila nathalin namanya, perempuan yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit selama 1 tahun lebih.

Farrel sangat mencintai cila, namun cila hanya mencintai Adhitya.

Ya! Adhitya yang di kabarkan sedang mendekati Naza murid tutornya Farrel.

Perasaan Farrel kini tak karuan. Dia tak mengerti apa yang sebenarnya dia tangisi, apa yang sebenarnya dia rasakan. Semua itu masih abu-abu, masih belum terlihat jelas oleh Farrel.

***

Sedangkan di tempat lain, seorang cewek dengan rambut di kuncir kuda sedang duduk termenung seorang diri di taman komplek.

Naza menyesali perbuatannya tadi. Pertanyaannya begitu saja meluncur dari mulutnya.

Apaan sih? Ko jadi kesannya gue yang kepedean ya? Naza terus saja berkutat dengan batinnya.

Kejadian tadi di lapangan basket terputar begitu saja di otak Naza.

Apa gue salah nanya kayak gitu? Kan emang tadi si Farrel pengen banget bawa gue pergi dari Adhitya. Sampe tanding basket segala. Naza masih saja tak mengerti sebenarnya yang salah dan benar itu yang mana?.

"Eh tapi ko tadi Farrel pergi ya? Ga jawab pertanyaan gue," ucap Naza pada diri sendiri.

Naza pun bangkit dari duduknya dan memutuskan untuk pulang ke rumah.

***

Adhitya kini sedang berada di ruang latihan karatenya. Dia terus saja memukuli samsak tinjunya, agar emosinya sedikit mereda.

Dia pun menyudahi acaranya itu. Dan mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi album dan menatap foto seseorang.

Foto yang sedang di tatap Adhitya itu foto Naza yang tak sengaja dia ambil saat Naza sedang tertawa.

"Za.. Lo itu mirip banget sama Cila. Cinta pertama gue, tapi sekarang dia koma udah 1 tahun lebih dan semua itu gara-gara cowok bajingan itu!" ucap Adhitya entah pada siapa.

Mungkin jika ada seseorang yang baru mengenal Adhitya. Orang itu akan menilai jika Adhitya itu cowok yang berwibawa, tidak emosional dan cowok yang lembut. Tapi terkadang apa yang kita lihat memang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

Adhitya mengganti pakaiannya dan langsung mengendarai motor sportnya menuju tempat dimana cinta pertamanya berada.

Saat memasuki kamar rawat Cila, emosi Adhitya kembali memuncak melihat Farrel terduduk di samping ranjang Cila.

"Lo mau apa lagi! Jangaan sentuh Cila! Jangan bikin dia makin menderita!" ucap Adhitya pada Farrel

"Maksud lo apa hah?! Cila kayak gini bukan sepenuhnya salah gue! GUE BERHAK SENTUH CILA KARNA DIA SAHABAT GUE DARI KECIL! GUE YANG PERTAMA KENAL DIA BUKAN LO!" ucap Farrel dan langsung meniggalkan ruangan Cila.

Kaki Farrel membawanya ke atap rumah sakit.

"HAAAA!!" Farrel berteriak sekeras mungkin.

Mungkin Adhitya benar Cila koma selama ini adalah salah Farrel.

Tapi sisi diri Farrel yang lain mengatakan ini semua sepenuhnya kesalahan Shela.

Farrel memutuskan untuk pulang, dia mengendarai motornya di atas rata-rata.

Saat melewati tikungan ada sebuah mobil yang berbelok dengan kecepatan tinggi pula. Dan tabrakan pun tak bisa terhindarkan.

Semua orang berkumpul menyelamatkan korban kecelakaan itu.

Ambulans datang tepat waktu. Farrel tak sadarkan diri, darah terus saja keluar dari pelipisnya.

Sedangkan pengendara mobil itu diketahui seorang perempuan. Dia pun di larikan ke rumah sakit yang sama dengan Farrel.

Vote+coment nya ditunggu

Feedback? Dm aja ya

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro