16 Cemburu?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Alif telah sampai di rumahnya. Di sana ia sudah di sambut oleh beberapa pelayan.

"Selamat datang Tuan," itulah kata para pelayan yang menyambut kedatangannya.

Alif membalas dengan tersenyum tipis. Beberapa pelayan wanita di buat meleleh olehnya.

Di bukanya pintu rumah lebar-lebar. Di sana telah hadir kedua orang tua Alif yang sedang duduk di meja makan.

"Assalamualaikum Ma, Pa," sapa Alif mencium kedua tangan ortunya.

"Wa'alikumsalam," jawab keduanya ortunya kompak.

Alif duduk di salah satu bangku. Mereka pun melanjutkan makan siang dengan khidmat.

Selesainya acara makan siang bersama, kedua orang tua Alif harus segera berangkat lagi ke Surabaya untuk bertemu klien.

Alif melempar tasnya asal. Ia pun menjatuhkan diri di atas kasur berukuran queen size.

"Lagi-lagi begini," gumamnya lirih.

Alif merindukan kebersamaan dengan orang tuanya dulu sebelum pindah ke Jakarta. Mereka masih bisa berkumpul bersama di waktu senggang.

Sekarang? Mungkin hanya bisa melihat 2 atau 3x saja keberadaan orang tuanya di rumah selama seminggu.

Alif melirik ke arah bingkai foto di atas nakas. Di sana nampak tiga orang tertawa bahagia sambil berpelukan.

"Gw kangen tinggal di Tegal," ucapnya pelan.

Kedua mata ia pejamkan rapat, lalu ia tertidur dengan pulasnya tanpa mengganti seragam terlebih dahulu.

Mungkin dengan tidur, Alif bisa merasakan kedaimanan yang hanya sebentar saja.

☹☹☹☹☹

Keesokan harinya di sekolah...

Seperti biasa Alif harus terjebak di kemacetan ibukota yang sangat padat akan penduduk dan kendaraan pribadi.

Ia menyetel lagu di radio mobil. Satu lagu galau terputar yang membuat dirinya mengingat kejadian kemarin.

Cemburu tanda cinta, marah tandanya sayang
Kalau curiga itu karena ku takut kehilangan
Kalau dekat bertengkar, kalau jauh ku rindu
Jadi serba salah, buatku dilema
Tapi aku selalu aishiteru

Mengapa kau marah tanpa alasan yang jelas
Aku tak mengerti, angkuh dan egois
Acuh tak acuh padaku seakan tak peduli
Padahal kau butuh perhatianku

Begitupun aku, maafkan yang
Selalu kasar marah padamu
Meski tak lagi ada kata
Cinta terucap, sekedar basa-basi
Tapi hatiku masih milikmu, milikmu

🎵Zivillia - Aishiteru 3🎵

"Etdah! Nih lagu kenapa kaya nyindir gw!" geturu Alif kesal.

Ia memegang dadanya yang terasa sakit dan sesak bila mengingat kejadian kemarin.

"Kenapa rasanya sakit banget nih dada?" tanya Alif pada diri sendiri.

Selama bergalau ria, ia telah sampai di perkarangan parkir sekolahnya. Ia keluar dengan merapikan jambul khatulistiwa di spion kaca mobil.

"Loe emang selalu tampan Lif," ucapnya percaya diri.

Saat Alif berjalan menelusuri lorong sekolah. Ia melihat seorang gadis yang tak asing baginya.

Tiba-tiba hatinya menjadi bimbang antara ingin menyapa atau mengabaikannya saja. Namun, ia memilih untuk menyapanya.

Saat ia sudah ingin memanggil nama gadis itu. Siswa lain sudah menyapanya duluan.

Keduanya terlihat akrab sambil berbincang dan sesekali bercanda. Siswa itu mengelus dari sang gadis pelan.

Jleb!

Rasa sesak di dada kiri kembali hadir. Alif mengurungkan niatnya untuk menyapa dan berlalu begitu saja. Ia tak ingin bertemu dengan gadis yang membuatnya seperti ini.

"Gw rasa ini yang namanya perasaan cemburu," batin Alif lirih.

💔💔💔💔💔

Marsha sedang berjalan menuju ke kelas. Saat dia asyik dengan mengamati lingkungan sekitar, seseorang menyapa dirinya.

"Pagi, Sha," sapa seorang siswa bertubuh tinggi.

Otomatis Marsha membalikan badannya. Ia tersenyum membalas sapaan siswa tersebut.

"Pagi juga, Ridwan," balasnya tersenyum ceria.

Deg!

Jantung Ridwan berdetak kencang. Hatinya juga terasa hangat saat melihat senyuman Marsha, gadis yang membuatnya senang atas kehadirannya.

"Tumben berangkat sendirian ajah," ucap Ridwan.

"Hehehe... Zalfa sama KeyB di antar sama supirnya," jawab Marsha.

Keduanya pun berjalan beriringan. Canda tawa menghiasi percakapan kedua insan ini.

"Loe lucu juga nya ternyata," kata Ridwan.

Ia mengelus pelan rambut hitam Marsha. "Lembutnya," batinnya senang.

"Ishh! Jangan pegang-pegang rambut gw!" umpat Marsha kesal.

Ia saja butuh waktu setengah jam hanya untuk merapikan rambutnya. Sekarang malah di acak-acak oleh si pria seperti tiang listrik ini.

"Hahaha... gemes deh kalau lagi ngambek begitu," goda Ridwan.

"Gak lucu!" seru Marsha kesal.

Bibirnya ia majukan seperti bebek dan kedua pipinya mengembang mirip bakpau.

Marsha melirik ke arah belakang. Ia merasa ada yang memperhatikannya sejak tadi.

Deg!

Kedua matanya membulat. Ia melihat wajah Alif yang terlihat sedih.

Ingin rasanya Marsha menghampirinya, tapi ia tak enak dengan Ridwan.

Setelah itu Alif menghilang dari pandangannya. "Kenapa dengannya?" batin Marsha bertanya-tanya.

"Sha, oi Marsha," panggil Ridwan

"Eh iya, ada apa?" tanya Marsha tersadar dari lamunannya.

"Nih bocah di ajak ngobrol malah bengong bae," geturu Ridwan.

Ia mencubit hidung Marsha pelan, lalu berlari meninggalkannya. Ia tahu pasti Marsha akan berteriak kencang.

"Iihhh!! Nyebelin!" seru Marsha menghentakan kakinya ke lantai.

☹☹☹☹☹

Di kelas XI IPA1...

Alif meletakan tasnya di meja. Ia pun duduk tanpa menyapa sahabatnya itu.

"Nih bocah ngapa pagi-pagi nggak semangat gitu," gumam Angga yang tadi tengah asyik membaca wattpad.

"Mas Paijo!!" teriak Angga di telinga Alif.

Alif langsung terjungkal ke bawah. Siswa/i yang melihat hal itu tertawa ngakak.

"Hahahaha...,"

Wajah Alif memerah malu dan kesal. Ia langsung bangkit berdiri sambil mengelus bokongnya yang sakit.

"Sialan loe botak!!" umpatnya kesal.

Ia memukul kepala Angga dengan sekali pukul tetapi sangat kencang.

"Anjirr!! Sakit bego!" seru Angga histeris.

"Kalian berdua pagi-pagi udah berantam ajah," sahut salah satu siswa.

"Nanti jodoh loh! Hahaha!" sambung siswa lainnya.

"Najis!" jawab keduanya kompak.

Dan suasana pagi di kelas menjadi gaduh seperti pasar. Tawa siswa/i mengelegar hingga ke luar kelas.

Tiba-tiba guru Bahasa Inggris memasuki kelas. Suasana pun menjadi hening macam kuburan.

Sang guru yang terkena killer, Bu Widi menjadi hal yang menakutkan bagi semua kelas tingkat 11.

"Mari kita belajar, buka buku kalian halaman 100." ucap Bu Widi tegas.

Semuapun membuka buku pelajaran Bahasa Inggris dengan cepat. Tatapan yang di berikan Bu Widi mampu membuat orang ketakutan setengah mati. :v

Bel istirahat berbunyi. Para siswa/i langsung keluar kelas setelah guru pergi terlebih dahulu.

"Hah! Gw berasa habis ketemu sama Raja Iblis di anime-anime." keluh Angga menempelkan muka di meja.

Alif tak menanggapi. Ia segera berlalu meninggalkan si botak alias Angga yang masih asik menggerutu tak jelas.

"Lif! Kok nggak ada suaranya." seru Angga. Ia melirik ke bangku sebelah yang ternyata sudah kosong.

"Suee! Mas Paijo ninggalin pria tampan begini!" omelnya seperti emak-emak di tagih hutang.

Angga segera menyusul kemana perginya Alif yaitu ke kantin. Namun, Alif tak pergi ke sana. Ia menuju ke arah taman belakang sekolah.

"Gw pengen nenangin diri dulu," gumamnya menghirup udara segar sebanyak-banyaknya, lalu menghembuskan secara perlahan.

Angin menerpa wajahnya yang tengay dilanda galau. Kejadian tadi pagi masih terniang di kepalanya.

"Arrghh!"

Alif mengacak-acak rambutnya kesal. Ia tak habis pikir dengan perasaannya kali ini.

"Sendirian ajah loe," sahut suara gadis di belakang Alif.

Alif pun langsung menolehkan kepalanya. Kedua matanya menatap jengah sosok gadis itu.

"Loe lagi loe lagi," gerutunya malas.

_________________________________________

Yuhuuu....

I'm came back!

Selamat pagi dan selamat berlibur hehe...

Kali ini saya membuat chapter yang bikin Mas Paijo galau seharian. 😄😄😄

Yuk! Selamat membaca!

Jangan lupa tinggalkan jejak vomment kalian! Oke!

(11/07/2018)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro