15 Sebatas Adik-Kakak

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ruth keluar dari mobil merk keluaran terbaru. Aura star langsung terpancar jelas di tubuhnya.

Para siswa/i yang melihat Ruth berjalan bak seorang puteri kerajaan begitu mempesona hati. Namun, di antara mereka ada yang kecewa diakibatkan sifat Ruth sebagai seorang playgirl.

Banyak cowok-cowok yang menjadi korban perasaan dan materi setelah putus dari Ruth. Ruth sendiri menganggap itu masa lalu dan tak usah diingat kembali.

"Hmm... mananya sayangku, kok belum kelihatan juga." ucapnya mencari keberadaan sang pujaan hati barunya.

Ruth berjalan menyusuri lorong lantai satu, lalu masuk ke dalam lift yang kebetulan terbuka. Di sana sudah terdapat seorang pemuda yang belum ia lihat.

"Siapanya dia? Kok gw nggak pernah lihat. Hmm... tampan juga, lumayan buat cadangan nih." batin Ruth bertanya kemudian menyeringai tipis.

Ting!

Pintu lift terbuka di lantai 2. Ruth keluar terlebih dahulu lalu di susul oleh pemuda itu.

"Woi Lif," panggil Angga yang kebetulan berada di depan kelas XI-IPA1.

"Eh tak, sorry ya gw telat dikit hehe...," balas pemuda itu yang tidak lain adalah Alif.

Angga dan Alif segera masuk kelas. Ruth yang melihat keduanya menghilang tersenyum tipis.

"Hmm... jadi dia anak kelas 11 IPA 1. Gw rasa dia cocok buat jadi yang berikutnya," ucap Ruth.

Ruth melangkah kembali menuju ke kelasnya. Di sana ia disambut dengan meriah bak seorang artis ternama.

😏😏😏😏😏

Bel istirahat pertama telah berbunyi. Keempat sahabat sudah berkumpul di kantin tempat biasanya mereka makan.

Malvin datang sedikit telat. Akhir-akhir ini hubungannya dengan Vanya semakin dekat saja.

"Sorry ya bro gw telat," kata Malvin lalu duduk di sebelah Angga.

"Ahh palingan juga ketemu sama si pujaan hati loe," sahut Angga menggoda.

"Whooo ngeri juga," sambung Ridwan.

Alif sendiri hanya diam. Sejujurnya ia kurang setuju tentang kedekatan sahabat kecilnya dengan Malvin. Entah perasaan seorang sahabat yang telah mengenal begitu lamanya.

"Eh mas Paijo diem bae, ngopi ngapa ngopi," celetuk Angga.

Ridwan dan Malvin tertawa ngakak. Memang di antara keempatnya, Angga merupakan seorang pelawak receh.

"Ahh! Rese loe!" kesal Alif.

Ia melempar sebuah kacang kulit yang ia makan. Dan mereka langsung melanjutkan dengan makan bakso khas Malang penuh nikmat.

Di sisi lain kantin...

Ketiga sahabat yang terdiri dari tiga gadis berbeda sifat ini saling mencurahkan hati mereka alias curhat colongan.

"Macaa! KeyB!" seru Zalfa histeris.

Sampai membuat kedua sahabatnya itu menutup telinga mereka rapat-rapat.

"Ada apa sih?" tanya KeyB ketus.

"Gw seneng banget hari ini." jawab Zalfa senang.

"Palingan juga masalah nggak jauh-jauu dari pria cakep sama barang terbaru." tebak Marsha. Ia menyeruput es jeruknya hingga tersisa setengah.

"Tau ajah sahabat kecilku ini."

Zalfa memeluk Marsha erat. Dan itu membuat Marsha tersedak.

"Uhuk! Uhuk!"

KeyB memberikan sebotol air mineral kepadanya. Langsung di ambil cepat oleh Marsha.

"Loe mau bunuh gw!" seru Marsha menatap tajam Zalfa.

Zalfa sendiri hanya cengegesan menunjuk deretan gigi putihnya.

KeyB melamun. Ia masih terniang dengan kejadian di kafe yang membuat ia marah sekaligus malu.

"Shit!" umpatnya di dengar oleh kedua sahabatnya.

"Loe ngapa? Kaga panas juga." ujar Zalfa menaruh tanganya di dahi KeyB. Langsung saja di tepis oleh KeyB kasar.

"Sakit tau," gerutu Zalfa cemberut.

"Biar tau rasa!" ketus KeyB.

Marsha memutar bola matanya malas. Kedua sahabatnya ini sedang aneh dan ngeselin.

"Girls, nanti pulang sekolah kuy lah." ajak Zalfa yang lagi dalam mode senangnya berlebihan.

"Mau kemana?" tanya KeyB dan Marsha kompak.

"Nonton film Jalangkung 2, gimana?" tanya balik Zalfa.

"Oke!"

Ketiga sahabat itu melanjutkan makan mereka yang tertunda.

🤗🤗🤗🤗🤗

Di Perpustakaan...

Vanya serta Chindy sedang belajar bareng tapi lebih tepatnya Chindy. Vanya daritadi diam melamun seperti memirkan sesuatu.

Chindy yang penasaran langsung bertanya kepada sahabatnya itu.

"Cejo, lagi ada masalah?" tanyanya.

"Nggak ada kok," jawab Vanya tersenyum tipis.

"Bohong! Gw itu tahu kalau loe lagi berbohong!" seru Chindy tak percaya begitu saja.

Vanya mendesah pelan. Ia memang tak ahli dalam hal berbohong kepada Mamanya dan Chindy serta Alif.

Mengingat nama pemuda itu membuat hatinya terasa sesak. Ia memegang dadanya refleks.

"Eh dada loe kenapa? Kita ke UKS sekarang!" seru Chindy panik.

"Gw nggak kenapa-kenapa kok," jawab Vanya berbohong.

Chindy memutar bola matanya jengah. Ia tak suka bila sahabatnya ini menutupi suatu kebohongan darinya. Mereka berdua sepakat untuk tidak saling menutupi apapun.

"Gw kecewa sama loe," ucap Chindy.

Ia pun hendak beranjak meninggalkan Vanya. Tapi Vanya memegang tangan sahabatnya itu erat.

"Maafin gw," ungkap Vanya. Ia pun terisak.

Keduanya segera berpelukan memberi semangat. Vanya pun mulai menceritakan apa yang membuat dirinya seperti ini.

"Jadi... loe sama sahabat kecil loe itu," jeda Chindy.

"Hanya dianggap sebatas adik-kakak ajah," lanjutnya sedih.

Ia turut merasakan bagaimana rasanya bila kita menyukai seseorang, namun orang tersebut hanya menganggapnya adik-kakak saja.

"Gw hanya bisa bantu loe dengan... membuka hati kepada Malvin," saran Chindy bijak.

Vanya memang tak salah memiliki sahabat seperti Chindy. Waktu ia dijauhkan dari semua orang, Chindy adalah orang yang selalu menemaninya di kala sedih, senang, kecewa dan bahagia.

"Thanks ya, loe emang sahabat terbaik yang gw miliki." ucap Vanya tulus.

Keduanya pun berpelukan kembali seperti teletubies.

😊😊😊😊😊

Alif dan Angga telah keluar dari kelas. Mereka berjanji akan berkumpul di lapangan basket.

Namun, seorang cewek yang tak asing di mata Alif tengah berbincang-bincang dengan seorang cowok. Dan cowok itu juga ia kenal dengan baik.

Ada rasa sakit yang tiba-tiba melanda hatinya. Ia pun berusaha tetap tersenyum.

"Ngga," panggil Alif.

"Iya lif, ngapa?" tanya Angga menaikan satu alisnya.

"Gw nggak jadi ikut main basket ye, ortu gw mendadak hubungin kalau ada di rumah," jawab Alif sedikit berbohong.

"Yah gimana sih lo. Dasar anak mami papi," ledek Angga.

"Sue loe! Udah tau ortu gw sibuknya minta ampun, jarang ada di rumah." balas Alif menoyor kepala Angga pelan.

Lalu ia beranjak menuju ke tempat parkir mobilnya berada. Ia tersenyum kecut melihat kejadian barusan.

"Udahlah, mending gw pulanh ajah." gumamnya.

Alif pun menghilang dari area sekitar sekolah dengan mobil mewahnya.

Di lapangan basket...

Ridwan serta Malvin sudah bermain terlebih dahulu. Angga pun bergabung bersama mereka.

"Hallo bro," sapa Angga sok keren.

"Gaya loe tak," sahut Malvin melempar bola bakset ke arahnya.

Angga menangkap bola basket itu dengan mudahnya. Ia malah memutar-mutar bola dengan satu jari saja.

"Idih ngeri banget dah," cibir Malvin.

"Kemana si Mas Paijo?" tanya Ridwan yang selesai minum satu botol mineral.

"Dia tadi mendadak nggak bisa ikut. Ortunya lagi ada di rumah bilangnya," jawab Angga seadanya.

"Owh gitu," sahut Ridwan.

Ia tak terlalu percaya akan alasan yang diberikan Alif. Tapi ia tak mau mengurusi masalah orang lain.

Ketiganya pun bermain basket. Siswa siswi yang masih berada di sekolah bersorak-sorai melihat permainan ketiga pria tampan nan keren menurut mereka.

_________________________________________

Selamat Pagi 🎵🎵🎵

Di hari yang cerah ini seperti author hehe...

Kembali lagi dengan cerita fanfiction yang tak kalah kerennya dengan yang lain :v

Sepertinya cerita ini akan berakhir...

#hmm...

Jangan lupa tinggalkan jejak vommet kalian guys!

See you 😊

(10/07/2018)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro