18 Status Palsu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Apa? Tunangan?" tanya keduanya insan itu kompak.

Alif dan Zalfa saling melirik lalu membuang wajahnya ke sembarang arah. Ini masih terlalu mengejutkan hati dan pikiran mereka.

"Ayah... Ibu... kenapa jadi seperti ini?" tanya Alif tak mengerti.

"Ini semua demi kebaikan kamu dan janji kita dulu nak," jawab Ibu Alif tersenyum tipis.

Alif tak tega melihat senyuman tipis itu menghilang begitu saja. Tetapi di satu sisi di dalam hatinya ada rasa tak terima dengan keputusan ini.

"Memang kenapa nak?" tanya Ayah Alif.

Dari tatapan dan pertanyaan kedua orang tuanya saja sudah membuat ia bingung harus menjawab apa. Ia pun  hanya bisa diam untuk sementara waktu.

"Kamu setuju kan, lif?" tanya sang Ibu.

Dan lagi pertanyaan itu membuat hati serta pikirannya berputar-putar mencari jawaban yang pantas untuk kedua orang tuanya. Tetapi ia masih diam lagi.

"Kalau diam berarti kamu tandanya setuju." ucap Ayah Alif tersenyum.

Alif tak tahu harus berbuat apa. Ingin membantah namun tak sanggup menghilangkan kebahagiaan kedua orang tuanya itu.

Sedangkan Zalfa menatap wajah Mama serta Papanya menuntut sebuah jawaban. "Ma Pa... kenapa bisa jadi gini sih?" tanyanya masih terkejut.

"Ini semua sudah menjadi janji kami semasa masih pacaran dan bersahabat sejak bangku SMA." jawab Mama Zalfa mewakilkan.

Ayahnya sendiri hanya tersenyum santai. Seperti tak ada beban atau kesalahan yang diperbuat oleh mereka.

Zalfa menarik napas dalam lalu membuangnya perlahan. Ada satu sisi di hati dan pikirannya memang menyukai sosok Alif saat pertama kali mereka bertemu. Namun, sisi lainnya antara ingin menjelaskan bahwa ia tak setuju akan keputusan mendadak ini.

"Kamu setuju kan sayang?" tanya Mama Zalfa mengelus kepala anaknya perlahan.

Zalfa menolehkan kepala ke arah orang tuanya. Ia bingung harus menjawab darimana.

"Nak, Papa sangat senang bila kamu setuju." sahut Papa Zalfa berharap.

Dengan satu kali tarikan napas ia pun menjawab. "Hmm... baiklah, aku setuju Ma Pa." sebuah senyum tipis terukir di wajahnya.

Alif tertegun dengan jawaban yang keluar dari gadis itu. Ia merasakan bahwa Zalfa antara terpaksa dan tidak.

"Aku juga setuju," kata Alif akhirnya.

Kedua orang Alif dan Zalfa tersenyum bahagia. Mereka langsung membicarakan hari dan tanggal pertunangan yang akan diadakan secepatnya.

Sejam lamanya berunding, akhirnya mereka telah menentukan tanggal dan hari pertungan untuk kedua anak mereka tersayang.

"Bagaimana kalau pas mereka libur semester?" usul Ayah Alif.

"Iya, boleh juga tuh." jawab Ibu dan Mama Alif kompak. Keduanya saling menatap dan tersenyum senang.

"Oke, saya juga setuju. Itu tidak mengganggu waktu mereka belajar." sambung Papa Alif.

Dan semua keputusan telah di setujui. Alif serta Zalfa hanya diam tak ikut bergabung dalam pembicaraan serius itu.

"Apa ini yang terbaik untuk masa depan gw?" batin Alif bertanya-tanya.

"Sebenarnya gw masih ingin berkarya dan menentukan jalan sendiri." batin Zalfa bimbang.

Setelah pertemuan antarpihak keluarga. Mereka pulang ke rumah masing-masing dengan perasaan gembira namun berbeda untuk anak-anak mereka.

🙃🙃🙃🙃🙃

Keesokan paginya...

Alif berangkat sekolah berbeda kali ini. Ia di suruh oleh kedua orang tuanya untuk menjemput sang calon tunangan yaitu Zalfa.

Sarapan pagi di awali dengan sunyi. Hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar.

"Ma... Yah... Alif berangkat ke sekolah dulu."

Ia menyalami satu-persatu kedua orang tua yang sangat disayanginya. Lalu mengucapkan salam tentunya.

"Assalamualaikum," salam Alif.

"Wa'alaikumsalam," balas kedua orang tuanya.

Alif mengendari mobil merahnya menuju ke rumah Zalfa. Ternyata jarak antar rumahnya tak terlalu jauh.

Sampailah Alif di depan rumah mewah di salah satu komplek perumahan elit. Ia turun untuk masuk ke dalam rumah itu.

Ternyata Zalfa sudah menunggunya di luar. Di sana juga terlihat ada Mama Zalfa saja. Papanya sudah berangkat kerja duluan.

"Ma, Zalfa berangkat dulunya." pamit Zalfa menyalami lalu mencium kedua pipi mamanya lembut.

"Iya, nak. Hati-hati di jalannya." jawab Mama Zalfa tersenyum.

Alif pun ikut berpamitan. "Jagain anak tante ya, Lif." pesan Mama Zalfa.

"Siap tante." jawab Alif bergaya hormat.

"Assalamualaikum."

"Wa'alikumsalam."

Kedua pun telah berada di dalam mobil Alif. Suasana sangat hening dan tak ada yang mengucapkan satu katapun.

Zalfa hanya melihat ke arah samping menatap pemandangan selama perjalanan. Biasanya ia yang paling berisik dan heboh. Namun, kali ia menjadi sangat kalem.

Tiba-tiba Alif memberhentikan mobil di tepi jalan. Kemudian ia menatap Zalfa intens.

"Zalfa," panggil Alif lembut.

"I-iya Lif." jawab Zalfa gugup. Ia tak tahan dengan tatapan tajam Alif yang begitu menawan.

"Loe jawab jujur. Sebenarnya loe setuju sama pertunangan ini?" tanya Alif bernada serius.

Zalfa sudah tahu apa pertanyaan yang akan di lontarkan Alif. Ia pun sudah menentukan jawabannya.

"Gw... kurang setuju. Karena gw masih ingin sendiri dan bebas berkarya." jawabnya tetap menatap Alif lekat.

"Kalau loe sendiri?" tanya balik Zalfa.

Alif tersenyum tipis. Ia menghembuskan napas perlahan.

"Gw sama kaya loe." jawabnya tenang.

"Terus?" tanya Zalfa heran dan penasaran.

Ada satu ide terlintas yang sudah dipikirkan Alif semalaman. Tapi ia ragu untuk mengutarakan hal itu.

Alif menarik napas lalu membuangnya perlahan. "Gw punya ide untuk menyakinkan bahwa kita memang benar setuju." ujanya.

"Apa itu?" tanya Zalfa menaikan satu alif. Jujur ia sangat penasaran ide apa yang akan Alif beritahukan.

"Bagaimana kalau kita berpura-pura saja? Anggap saja hanya sebuah 'status palsu'." jawab Alif setengah mati mengumpulkan keberanian.

Zalfa tertegun. Ia tak pernah terpikiran ide yang menurutnya itu gila. Ia tersenyum kecut.

🤔🤔🤔🤔🤔

Sampailah keduanya di SMAN Bhineka Jakarta. Alif keluar terlebih dahulu, lalu membuka pintu mobil untuk Zalfa.

"Terima kasih," ujar Zalfa tersenyum manis.

"Sama-sama Incess Zalfa." balas Alif ikut tersenyum.

Keduanya nampak serasi. Banyak pandangan mata melihat kejadian di pagi hari yang bisa membuat satu sekolah heboh.

Tatapan iri terpampang jelas di wajah siswa/i. Serasa tatapan itu mengisyaratkan perasaan mereka yang terbelah menjadi dua.

Bagaimana mereka bisa bersikap seperti ini setelah Alif mengutarakan idenya? Kita akan mundur beberapa waktu.

Flashback On...

"Bagaimana kalau kita berpura-pura saja? Anggap saja hanya sebuah 'status palsu'." jawab Alif setengah mati mengumpulkan keberanian.

Zalfa tertegun. Ia tak pernah terpikiran ide yang menurutnya itu gila. Ia tersenyum kecut.

"Bagaimana loe setuju atau nggak?" tanya Alif sekali lagi.

"Sumpah ini adalah hal ide tergila yang gw dengar selama ini. Loe bisa dapat ide itu darimana?" tanya balik Zalfa penasaran.

Alif tertawa kecil. Dan itu membuat Zalfa bingung serta terpesona.

"Nggak sengaja semalam gw dengar lagu Vidi Aldiano yang judulnya 'Status Palsu' di radio HP." jawab Alif jujur.

"Jadi... bagaimana?" tanya Alif sekali lagi.

Ada rasanya sebagian hatinya menolak. Tetapi Zalfa juga tak ingin pertunangan ini membuat dirinya malah terjebak dalam keterpaksaan hanya demi kedua orang tuanya.

Zalfa menghela napas perlahan. Senyum manis terukir di wajah cantiknya.

"Oke, gw setuju." jawabnya.

Alif refleks langsung memeluk erat tubuh Zalfa.

Deg!

Zalfa merasakan detak jantungnya berpacu kencang. Mungkin wajahnya sudah mulai memerah sempurna.

"Thanks ya. Gw tahu loe emang cocok sebagai sahabat gw." seru Alif senang.

Crak!

Ada rasa sakit yang menyelimuti hati Zalfa. Ia seakan tak ingin hanya menjadi seorang sahabat saja.

"Sama-sama Lif." balas Zalfa menutupi kesedihan hatinya.

Flashback Off...

Itulah kejadian sebenarnya. Keduanya pun saling berpisah menuju ke kelas masing-masing.

_________________________________________

Halo guys...

I'm back!

Bagaimana chapter kali ini? Saya sendiri merasa senang, sedih dan nyesek hehe...

Kali ini khusus untuk Alif dan Zalfa yang sedang dalam kebimbangan pertunangan mereka itu.

So?

Jangan lupa tinggalkan jejak vomment kalian di sini yak!

(16/07/2018)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro