22 Cinta dan Benci

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Sungguh aku tak bisa, sampai kapanpun tak bisa...

Marsha duduk termenung di bangku taman sekolah sendiri. Ia menatap lurus ke depan, dimana perkarangan bunga tumbuh.

Membenci dirimu, sesungguhnya aku tak mampu...

Berlama-lama ia memandangi bunga yang bermekaran. Ia teringat akan wajah seseorang Alif.

Sulit untuk ku bisa, sangat sulit ku tak bisa...

Wajah Alif tersenyum sungguh menyejukan hati. Pandangan mata yang tajam namun membuat teduh hati.

Memisahkan segala cinta dan benci yang ku rasa..."

Dan segala pemandangan itu berubah menjadi saat kedua tangan insan saling bertautan erat. Hati terasa tertusuk puluhan pisau tajam. Dada terasa sesak. Setetes air mata jatuh tanpa ia minta.

"Sha... Kenapa sih harus dia terus yang dipikirin? Masih ada banyak cowok lain di luar sana yang 'mungkin' lebih baik." gumam Marsha lirih.

Marsha arahkan pandangan mata ke atas. Dimana awan-awan putih dan langit yang biru mampu membuat ia tersenyum kecil. Menutupi kesedihan yang ia rasakan saat ini.

Tringg!!!

Bel masuk telah berbunyi. Marsha menghela napas kasar. Ia beranjak dari bangku taman. Kaki mungilnya mulai melangkahkan kaki menuju ke kelas. Pelajaran selanjutnya akan segera di mulai.

"Semangat Sha! Kamu pasti bisa!" sery Marsha semangat.

Ia berjalan sambil menyenandungkan lagu Geisha yang berjudul 'cinta dan benci'.

💪💪💪💪💪

"Gadis genit, liriklah diriku sejenak...

Arahkan mata mu padaku sesaat, buat diriku terpana..."

Ridwan berjalan dengan gaya cool nya bersenandung lirik lagu Vidi Aldiano yang berjudul 'Gadis Genit'. Hari ini ia terlihat sangat gembira.

"Gadis genit." ucapnya mengakhiri lagu.

Sampailah ia di lapangan basket. Dimana ia bisa menghabiskan waktu bersama si bola oren.

Ridwan mengiring bola oren ke lantai lalu sekali lemparan, bola oren berhasil masuk ke dalam ring dengan sempurna. Ia mengepalkan tangan kanan, lalu seakan meninju angin ke atas.

"Wih... Sang kapten basket yang digilai oleh para wanita selalu tepat sasaran." ujar pemuda bermata sipit.

"Yoi," balas Ridwan sambil mengacungkan jari jempol ke arah sang pemuda.

"Gw pikir pasti... hari ini loe sedang bahagia." ucap pemuda itu.

"Yes! Loe memang sahabat terbaik gw, Malvin." balas Ridwan kembali.

Pemuda itu ialah Malvin, sahabat Ridwan di sekolah tapi beda kelas. Keduanya tertawa kecil. Kaki mereka mulai melangkahkan kaki ke tempat dimana dapat memuaskan perut, yaitu... kantin.

Sesampainya di kantin, keduanya memilih di tempat favorit mereka yaitu kantin pojok sekolah. Malvin sudah memesan terlebih dahulu melalui via WA. Jadi makanan dan minuman yang ia pesan sudah diantarkan oleh salah satu penjual di kantin.

"Mie ayam Paijo memang paling mantul dah..." ucap Malvin langsung makan menggunakan sumpit.

Ridwan makan menggunakan garpu. Ia tak terbiasa dengan sumpit yang membuat ia sangat repot.

"Vin... Kali ini gw traktir." serunya.

"Uhuk!!!"

Malvin sedang khidmatnya makan, tiba-tiba tersedak. Ia meraih segelas es teh miliknya.

"Seriusan lo! Tumben banget!" seru Malvin terkejut.

"Biasa saja kali..." sahut Ridwan melempar tissu kotor ke sang sahabat. Ia melanjutkan makan tanpa menghiraukan  ocehan si sipit.

🍜🍜🍜🍜🍜

Zalfa tengah sibuk dengan dunianya sendiri. Ia membuka sebuah toko online shop di smartphone miliknya.

Jarinya dengan lihai menggeser layar smartphone. Dari pakaian, aksesoris hingga barang elektronik ia lihat dengan detail.

"Hmmm... Sweater ini kayanya bagus nih buat gw sama Alif." gumam Zalfa.

Ia tersenyum lebar membayangkan dirinya dan Alif memakai sweater couple berwarna merah maroon. Sangat manis dan cocok buatnya.

"Aaa... Gw jadi mupeng kan." ujarnya senang.

Zalfa terus melihat-lihat sampai sesekali membayangkan hal-hal imajinasi liarnya. Padahal hubungan mereka hanya 'status palsu' yang sudah disepakati oleh keduanya. Tanpa sadar ia telah menyakiti hati sahabatnya sendiri.

Seseorang melihat dari jarak yang cukup dekat aktivitas yang di lakukan Zalfa. Ada rasa sakit, marah, sedih dan kesal menjadi satu.

"Semoga loe bahagia sama dia Zal..." ucap orang itu pelan. Ia pun meninggalkan Zalfa yang masih terlarut dalam imajinasi.

😄😄☹️😄😄

Sungguh aku tak bisa, sampai kapanpun tak bisa...

Membenci dirimu, sesungguhnya aku tak mampu...

Sulit untuk ku bisa, sangat sulit ku tak bisa...

Memisahkan segala cinta dan benci yang ku rasa...

~Geisha : Cinta dan Benci~

.
.
.
.
.

Hai guys!!!

Cerita ini akhirnya ku lanjutkan juga hehe...

Semoga kalian suka dan tetap setia menunggu kelanjutan ceritaku...

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya!!

See you...

{07-08-2019}

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro