26 Jadian

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah kejadian sore itu, KeyB mengurung diri di kamar. Ia menangis kencang. Ruangan di kamar terlihat sangat berantakan dan berserakan di lantai. Suasana juga menjadi suram.

"Ahhh!"

Suara lengkingan KeyB yang cukup keras hampir membuat orang-orang di rumah terkejut. Perempuan yang terkenal periang dan aktif, kini menjadi pemurung.

Merasa sudah puas berteriak. KeyB memutuskan untuk merebahkan diri di atas kasur. Ia memejamkan mata sesaat. Dan kejadian sore itu terbayang kembali.

"Pilihlah aku jadi pacarmu 
Yang pasti setia menemanimu

Jangan kau salah pilih yang lain 
Yang lain belum tentu.. setia..

Jadi pilihlah aku..."

Alif berhenti berlari hingga tubuh KeyB menabraknya di saat ia dalam posisi mengejar. Alif menatap bingung dirinya.

"KeyB," panggil Alif.

"Iya Lif. Kenapa sih loe berhenti mendadak gitu?" balas KeyB yang langsung mengutarakan pertanyaan.

"Emmm... Loe tadi kenapa nyanyi lagu 'Pilihlah Aku' milik KD? Makanya gw jadi berhenti mendadak." jawab Alif. Ia juga bertanya balik.

Deg!

KeyB membuka kedua mata cepat. Air mata kembali keluar membasahi wajah.

"Aduh! Kenapa sih gw jadi terlalu agresif?!" serunya tak percaya akan perubahan sikap yang mendadak.

Ia berpikir bahwa saat bertemu Alif nanti di sekolah. Ia akan malu dan tak bisa berkutik.

"Tapi ... dianya juga nggak peka banget sih jadi cowo," ucap KeyB.

KeyB mengeluarkan sebuah sapu tangan berwarna merah. Benda itu merupakan awal pertama kalinya bertemu dengan sang pria yang mencuri pandangan dan hati. Ia menjadi baper pada saat peristiwa tersebut.

Tetesan airmata kembali terjatuh. Ia meratapi dirinya yang terlalu agresif bagi seorang cewek.

"Oke! Gw sekarang bingung harus move on or next!" serunya pusing.

Dan beberapa menit berlalu. Akhirnya KeyB memilih pilihan yang menurutnya tepat.

🤔🤔🤔🤔🤔

#Kafe Aries, Jakarta Selatan#

Sebuah motor berwarna hitam terlihat memasuki area parkir kafe. Suasana di luar kafe begitu ramai. Pemuda yang membawa motor itu memarkirkan motornya, lalu menuju ke area yang diinginkan.

Malvin dan Vanya berjalan beriringan menuju ke dalam kafe. Keduanya nampak mengobrol dan tertawa kecil. Bagi orang-orang yang melihatnya mungkin mereka adalah sepasang kekasih.

Klingg!

Suara bel yang berada di atas pintu berbunyi menandakan bahwa pengujung telah datang. Seorang pelayan wanita langsung menghampiri sang pengunjung.

"Selamat datang di Kafe Aries ... Kalian senang, kami pun puas."

Sambut pelayan wanita itu dengan ceria dan memperagakan sebuah tarian kecil. Vanya tertawa kecil di buatnya.

"Mau pesan untuk berapa orang?" tanya pelayan wanita.

"Dua orang Mbak," jawab Malvin cepat.

"Oke. Silahkan ikuti saya." balas pelayan wanita.

Mereka pun mengikuti sang pelayan menuju ke tempat duduk. Sampailah Vanya dan Malvin di sebuah tempat di pojokan kafe. Pemandangan di dalam kafe begitu indah.

"Wah, kafe ini indah banget sih." puji Vanya terpukau.

"Siapa dulu... Malvin hehe...," sahut Malvin berpose keren.

"Huu... Bisa saja kamu," balas Vanya tertawa kecil.

Beberapa menit kemudian, pesanan mereka pun datang. Hidangan di taruh di atas meja. Sekali lihat makanan di depan keduanya begitu mengugah selera.

"Selamat menikmati," ucap sang pelayan tersenyum.

"Terimakasih," balas Vanya.

Sosok pelayan pun telah hilang. Malvin dan Vanya mulai melahap pesanan mereka.

Kini makanan dan minuman di atas meja sudah habis tak tersisa. Malvin tersenyum puas melihat sang gadis pujaan sangat menikmatinya.

"Hei... Malvin!" seru Vanya.

Ia heran dengan sosok pemuda di depannya. Daritadi terus melihat ke arahnya tanpa berkedip.

"Kamu cantik," ucap Malvin lembut.

Semburat merah muncul di kedua pipi Vanya. Rasanya seperti ada kupu-kupu bertebaran di dalam perutnya.

Suasana menjadi hening. Vanya masih tersipu malu, sedangkan Malvin terus memandangi gadis cantik bagaikan sang malaikat.

😄😄😄😄

Rencana pertama Malvin telah berhasil. Berikutnya ia menjalankan rencana kedua.

Setelah pergi ke kafe, Malvin membawa Vanya ke sebuah taman. Ia menutup kedua mata Vanya menggunakan lain hitam.

"Vin...," panggil Vanya.

"Iya, Van," balas Malvin.

"Sebenarnya kita mau kemana sih? Pake segala acara tutup mata segala lagi," ucap Vanya kesal. Namun, rasa penasaran menyelimuti hatinya.

Beberapa menit berlalu, akhirnya penutup mata hitam Vanya di buka. Kedua mata Vanya membiasakan cahaya yang mulai gelap. Cahaya lampu taman berkelap-kelip indah di sana.

"Wah... Bagus banget tamannya," Vanya terpukau akan pemandangan taman di malam hari.

Vanya mengelilingi taman. Ia seakan menjadi indah. Bunga-bunga yang masih mekar di malam, membuat terasa semakin indah dan nyaman.

Tiba-tiba terdengar suara musik di depan Vanya. Vanya berhenti sejenak. Saking terpukaunya, ia lupa keberadaan Malvin.

"Vin... Dimana?" tanya Vanya mulai takut sendirian.

Jreng!!!

Suara petikan gitar sekarang yang terdengar. Alunan musik mulai berbunyi. Di tengah-tengah

"Aku suka dia

Tapi ku tak tahu untuk

Bilang kepadanya

Jika aku suka

Jatuh cinta kepadanya..."

Malvin menatap lurus ke arah kedua bola mata indah milik Vanya. Vanya sendiri tertegun. Ia merasa seakan terhipnotis oleh tatapan itu. "Indah,"

"Dia cinta yang pertama

Dia yang bisa, membuat aku

Merasa deg-degan

Berdebar didada

Diam saat mengingatnya...,"

Deg!

Detak jantung Vanya berdebar kencang. Kupu-kupu menari indah di dalam perutnya. Ia masih terdiam, terpukau. Suara Malvin begitu indah di dengar.

"Bulan tolong katakan

Bintang bantu bisikan

Kepada dirinya

Kalau aku mau

Jadi kekasihnya

Oooww...,"

Malvin melangkah perlahan ke depan. Kini ia tengah berhadapan langsung dengan gadis cantik, yang telah mencuri hatinya dari pandangan pertama.

"Malvin...," ucap Vanya lembut.

Malvin mengenggam kedua tangan Vanya erat. Seakan tak ada yang bisa memisahkan mereka.

"Aku yakin diriku

Nanti pasti membuatnya

Suka kepadaku

Cinta kepadaku

dan kita akan jadian...,"

Malvin telah menyelesaikan lagunya. Ia masih menatap mata indah Vanya.

"Vanya... Maukah kamu menjadi pacarku?"

Hati Vanya tersentak. Entah kenapa ia teringat dengan wajah sahabat kecilnya. Ia masih menyukai sahabatnya. Namun... Perasaan itu mulai hilang perlahan.

"Mungkin sebaiknya aku... membuka hatinya padanya... Malvin," batin Vanya tegas.

Vanya melepaskan gengaman tangan Malvin. Ia mundur perlahan. Malvin terkejut. Hatinya terasa sakit saat Vanya bersikap seperti itu padanya.

"Malvin...

Aku mau...

Jadi pacarmu...,"

Vanya tersenyum manis. Ia menundukan kepala. Ia merasa malu dan bahagia.

"Yes!" seru Malvin senang.

Malvin memeluk erat tubuh sang gadis cantik yang kini menjadi seorang kekasih. Ia berjanji akan melindungi dengan segenap jiwa dan raga, sosok Vanya.

Vanya reflek membalas pelukan Malvin. Suasana malam hari di taman begitu indah. Tempat menjadi saksi kedua insan yang saling mencintai.

😍😍😍😍😍
.
.
.
.
.

Malam all...

Wah sudah lama sekali tak mengujungi lapak ini. Kukira sudah berdebu hehe...

Semoga kalian terhibur dengan ceritaku ini...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro