27 Terlalu Manis

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Alif baru saja tiba di sekolah. Ia juga telah memarkirkan mobil mewah dengan rapi.

"Loe emang selalu tampan," ucap Alif merapikan rambutnya. Sifat percaya diri Tingkat akut mulai tumbuh semnjak ia bergaul dengan ketiga sahabatnya.

Alif berjalan menelusuri tiap koridor. Beberapa siswi menyapa Alif dengan berbagai macam sikap, ada yang genit, manja, dan gugup.

Alif sendiri membalas setiap sapaan mereka dengan tersenyum tipis. Ia harus menjadi orang yang ramah dan sopan.

"Pagi, guys!" sapa Alif.

Ia memposisikan duduk dengan nyaman. Teman sebangkunya Angga, masih berkutit dengan tugas Kimia.

"Woi tak! Pagi-pagi masih ajah ngerjain PR," Alif mulai jail. Ia mengoncangkan tubuh Angga agar saat menulis, tulisannya menjadi kacau tak terbaca.

"Anjirr loe! Ganggu gw ajah!" kesal Angga.

"Hahaha... Siapa suruh baru buat PR," ledek Alif.

Angga tak memperdulikan. Ia tetap fokus menyalin PR kimia milik Joe.

Tett!!

Bunyi bel masuk berbunyi. Semua murid sudah siap untuk belajar, terkecuali murid-murid malas.

Alif menekuni pelajaran Kimia dengan konsentrasi tinggi. Ia sangat menyukai pelajaran ini dan selalu mendapatkan nilai sempurna.

"Jadi, Bapak akan memberikan tugas kelompok tentang Senyawa Kimia. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang. Kalian Bapak bebaskan untuk memilih kelompok," ucap Pak Koko.

Pak Koko lantas meninggalkan ruang kelas. Dikarenakan akan ada rapat-rapat guru pagi ini.

Suasana gaduh dan riuh macam di pasar Tanah Abang. Mereka berusaha mencari teman sekelompok yang dianggapnya sangat pintar.

"Eh, Paijo! Loe harus satu kelompok sama gw! Gak ada penolakan!" seru Angga. Ia menatap tajam Alif.

"Wegah!" sahut Alif malas. Dalam hati ia tertawa kecil, apalagi melihat raut wajah Angga yang seperti anak kucing terbuang.

"Yaelah, gitu amat sih loe sama sahabat sendiri!" kesal Angga.

Salah satu siswi mendekati meja Alif. Ia berparas sangat cantik dan bergaya modis.

"Alif," panggilnya lembut.

Alif yang sedang berdebat dengan Angga menolehkan kepala. Ia menatap sejenak siswi di depannya.

"Ada apa Wan?" tanya Alif.

"Hmmm... Boleh nggak gw satu kelompok sama loe," jawab Wanda. Ia memasang wajah memohon.

"Oke," balas Alif cepat.

"Thanks ya. Alif memang terbaik deh," puji Wanda, nama siswi cantik itu. Wanda langsung berpamitan untuk menuju ke lantai bersama sahabatnya.

Angga merasa geram. Segampang itu Wanda menjadi teman satu kelompok Alif, sedangkan dirinya harus bersitegang.

Plak!!

"Eh Anjir, sakit bego kepala gw!" omel Alif. Ia mengelus kepalanya yang terasa sakit akibat pukulan maut dari sahabat botaknya.

"Najis! Giliran cewek cantik ajah langsung di iyain. Gw yang sahabat loe di tolak mentah-mentah," cerosos Angga macam emak-emak nggak di kasih yang belanja.

"Hilih! Gw kira kenapa. Tenang kok, loe akan selalu ada di hati gw," sahut Alif dengan mengedipkan sebelah matanya.

Angga merinding disko. Ia takut sahabatnya itu sedang kerasakun Hantu centil.

"Najis!" seru Angga. Ia pun pergi meninggalkan Alif yang kini sedang tertawa kencang. Persahabatan yang indah.

😁😁😁😁😁

Di perpustakaan sekolah...

Jam kosong menjadikan murid-murid yang rajin untuk mampir di sini. Namun, ada juga murid hanya menumpang tidur dan bermain game.

Marsha, salah satu murid rajin memasuki kawasan perpustakaan. Ia menyapa petugas perpustakaan, lalu melangkah ke salah satu rak buku.

"Nah, ini dia bukunya," ucap Marsha senang.

Tetapi ada sebuah tangan lain ikut menyentuh buku tersebut. Marsha ingin protes, namun hal itu ia urungkan.

"Loe ambil ajah bukunya," ujar Marsha cuek. Baru saja ia akan melangkah pergi, sebuah tangan kekar menahan pergelangan tangannya.

"Plis... Jangan pergi dulu," mohon seorang siswa. Ia tetap menahan tangan Marsha dengan lembut.

"Tolong lepasin tangan gw!" seru Marsha dingin.

Tak ada pergerakan sama sekali. Marsha mencoba menyentakan tangan siswa itu.

Deg!

Siswa tersebut malah memeluk erat tubuh Marsha. Seakan ia tak ingin pisah dengan sosok gadis kecil dalam dekapannya.

"Sha, Alif mohon...," ucap siswa itu yang ternyata adalah Alif. Ia menyakitkan rasa rindu kepada Marsha. Sudah lama ia tak bertemu dengan gadis yang telah membuat dirinya uring-uringan tidak jelas.

Marsha ingin memberontak, tetapi hati kecilnya berkata lain. Ia juga rindu dengan Alif, sangat rindu.

Terlalu manis untuk dilupakan, kenangan yang indah bersamamu tinggallah mimpi. Terlalu manis untuk dilupakan, walau kita tak saling cinta. Takkan terjadi.

"Hiks...," tangis Marsha pecah. Ia tak kuat menahan bendungan airmata yang berkumpul di kelopak matanya.

"Sha, Alif rindu...," bisik Alif lembut. Ia semakin mengeratkan pelukan. Tangan lain mengelus punggung Marsha memberikan ketenangan.

"Hiks... Lif, kenapa sih Marsha nggak bisa benci sama kamu," gumam Marsha. Namun, masih dapat terdengar oleh Alif.

"Alif minta maaf. Alif nggak tahu harus berbuat apa. Alif galau...," balas Alif lirih.

Tangis Marsha semakin kencang. Ucapan Alif bagaikan curhatan hatinya. Di satu sisi ia tak ingin menyakiti sahabatnya, tetapi ia tak bisa menghilangkan rasa ini.

😭😭😭😭😭

"Zal, temenin gw ke perpus yuk," ajak Salwa. Siswi berambut hitam gelombang. Ia mengikuti salah satu ektrakulikuler yaitu menari. Dan ia menjadi wakil di eksul menari.

"Oke," jawab Zalfa. Ia menyimpan ponselnya di saku seragam.

Keduanya langsung menuju ke perpustakaan. Selama perjalanan mereka sesekali bercanda dan tertawa.

Sampailah Zalfa dan Salwa di perpustakaan. "Zal, gw ke rak buku pelajaran sejarah ya,"

"Oke Wa, gw juga mau cari novel," sahut Zalfa.

Zalfa sedang memilih novel yang akan dia baca. Tiba-tiba ia melihat dua sosok yang tak asing. Ia berada di belakang pemuda.

Alif dan Marsha mulai melepaskan pelukan. Momen kemesraan ini hanya bertahan sebentar. Suara buku jatuh mengkacaukan suasana.

Brak!!

"So-sorry, gw nggak sengaja," ucap Zalfa. Ia menahan airmata yang mungkin akan jatuh sebentar lagi.

Keduanya menolehkan kepala mencari sumber suara buku terjatuh. Marsha diam terkejut. Alif pun sama terkejutnya.

"Zalfa!" panggil Marsha. Ia berusaha mengejar sahabatnya itu, tetapi tangan Alif menghentikannya.

"Sha," tahan Alif.

"Tolong lepasin tangan gw, Lif. Gw nggak mau Zalfa salah paham," Marsha masih berusaha melepaskan pegangan Alif.

"Sha," mohon Alif.

"Alif!" seru Marsha. Ia baru saja membentak Alif.

Alif terkejut. Ia pun reflek melepaskan gengaman tangannya.

Marsha bingung. Ia ingin mengejar Zalfa atau menemani Alif. Ia menatap Alif sejenak.

"Gw ngerti. Maaf sudah mengganggu waktu loe," Alif pun melangkah pergi meninggalkan perpustakaan.

😭😭😊😭😭

Selamat malam all...

Kembali lagi dengan author tamvan di sini hehe

Selamat membaca!

(13/05/2020)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro