1. New Year Wishes

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Haiii readers
Jangan lupa tinggalkan jejak dulu❤️
.
.
.

Ruang terbuka hijau milik salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur ini disulap menjadi ruangan terbuka yang dihiasi dengan pohon natal dan lampu sorot yang hangat. Setiap titiknya sudah disiapkan petasan untuk dihidupkan saat jam cinderella berbunyi. Pesta akhir tahun dirayakan dengan meriah. dihadiri jajaran komisaris dan seluruh karyawan dan staff yang tidak berhalangan hadir.

"Happy New Year 2024!" Pergantian tahun telah tiba. Petasan meledak indah di langit membentuk tulisan sama seperti tema pesta. Mereka bersorak bahagia dengan meniup terompet, menyalakan kembang api, berdansa ria, tertawa bebas melepaskan penat seharian bekerja.

Saat semua orang menikmati pesta malam taun baru itu, berbeda dengan 3 seorang gadis yang memilih untuk menepi di sudut RTH. Mereka memilih untuk memakan hidangan yang telah disajikan. Mulai dari makanan berat, ringan, buah-buahan, dan minuman, semua ada tinggal memilih mau mencicipi yang mana. Ini salah satu bentuk rasa terima kasih perusahaan atas pencapaian karyawan selama setahun terakhir.

"Gue gabisa lama-lama di sana. Introvert garis keras modelan kayak gue mending di sini deh," ucap gadis berambut half ponytail yang bernama Lyra.

"Ya jelas lo milih di sini orang banyak makanan! Btw makanannya enak semua," tutur gadis dengan riasa bold dan pipi apple check yang bernama Brina.

"That's right guys, we need to recharge our energy. So let's cheers!" gadis yang memakai navy a-line dress setinggi lutut itu mengajak teman-temannya bersulang. Dia bernama Kirei. Dari kejauhan seorang laki-laki muncul dari kerumunan orang yang tengah berpesta.

"Halah sok-sok cheers segala. Orang minumnya cuma sirup jeruk sama teh hangat tuh. Gak usah sok keras," laki laki berambut mullet itu Viko. Karyawan divisi sales canvassing yang punya kelebihan cepat akrab sama orang. Makanya ngga heran setiap bulan pasti penjualannya selalu achive karena mudah bergaul dengan customer. Dia karyawan yang sering dapet bonus tiap bulannya.

"Ya gapapa minumnya bukan vodca, bir, wine atau apalah. Bisa dibukain pintu rumah aja udah syukur," ucap Kirei kepada rekan kerjanya satu departemen itu.

"The most important, nggak ada tuh acara dimarahin istri," sindir Brina yang membuat Viko berpura-pura melayangkan tinju kearahnya.

"Jangan banyak-banyak loh mas kalau minum, ntar ga dibukain pintu sama bini lo terus tidur di office lagi." Kirei yang sering dapat jatah masuk kerja shift pagi sering mendapati Viko menginap di kantor. Dia selalu tidur di sofa yang ada di ruangan marketing.

"Aman itu mah. Besok tanggal 1 kan udah payday. Bisa gue sogok tuh bini gue. Cewek kalo udah dikasih lembaran merah segebok mau dia pusing pun langsung sembuh."

"Yaudah sini bagi gue duit merah sekoper. Gue akhir-akhir ini pusing banget, Bang." Brina berpura-pura memijat pelipisnya.

"Kalau itu mah gue juga mau anjir. Udahlah, gue mau sapa temen-temen yang lain. Kalo ga gini 'kan gue jarang ketemu mereka. Bye, girls." Laki laki yang sudah menginjak kepala tiga itu meninggalkan Kirei dan dua orang temannya.

"Sales canvassing emang kerjanya ga pernah di kantor, ya?" tanya Lyra yang sedari tadi hanya diam menyimak pembicaraan.

"Ya iyalah, Ra. Canvasser itu harus door to door. Mas Viko wajib kontak langsung sama pelanggan. Dia juga sering ada kunjungan dengan bekal promosinya yang udah hafal diluar kepala. Nggak kayak kita team produksi yang setiap hari kerjanya di kantor terus," jelas Brina yang diakhiri dengan keluhnya.

"Bosen juga gue kerjanya terus-terusan di kantor. Mana team gue kayak gitu lagi. Lo mah enak, Rei, bisa hybrid. Mau kerja dimana aja bisa. Jadi nggak bosen," tutur Lyra. Brina dan Lyra berada di satu Departemen Produksi. Dimana Brina divisi RnD (Reset and Development) dan Lyra divisi QC (Quality Control).

"Bersyukur aja lah kalian. Justru gue yang bisa kerja dimana aja ngga menutup kemungkinan buat gue selalu siap kerjain perintah si bos meskipun udah diluar jam kerja."

Kirei berada di Departemen Marketing di divisi Konten Marketing dan Branding. Dia adalah admin sosial media & KOL spesialis. Memegang kendali penuh brand awarness perusahaan, membuat Kirei harus on time dengan segala content planner-nya.

"Ya semoga di tahun baru ini perusahaan semakin berkembang dan dipimpin oleh pemimpin yang baik," doa Brina.

"Semoga gaji gue naik," celetuk Lyra dengan wajah polosnya.

"Ini mah amin yang paling gue semogakan, Ra."

"AMIN!!!" seru tiga gadis yang sudah berteman sejak bangku SMK itu.

Malam puncak telah selesai, ditutup dengan band ala-ala anak kantor yang ikhlas menyumbangkan bakat mereka. Setelah selesai acara ada yang langsung pulang dan ada yang masih berkumpul bersama. Termasuk Kirei dan dua orang temannya bersiap untuk pulang.

"Lo nggak mau nebeng kita aja? Gue janji ga akan ngebut kok. Paling nggak juga kecepatan 100km per jam," tawar Brina.

"Gila lo kira ini jalan tol apa? Lo bawa anak orang jangan lupa," jawab Brina yang dibalas anggukan mantap dari Lyra.

"Bercanda elah. Bisa habis gaji gue ditilang polisi terus gara-gara banyak melanggar lalu lintas. Jadi nebeng aja sama gue."

"Nggak usah deh, kakak gue mau jemput kok."

"Bukannya kakak lo kerja di luar kota?" tanya Lyra.

"Lagi cuti lah orang besok tanggal merah juga. Lo lupa kali, Ra? Jangan-jangan besok lo mau masuk kerja?"

"Heh gue tau, ya, kalau besok kita libur. Kan udah di-share keputusannya. Ya gue kira kakak lo ga balik kampung soalnya kan kerjanya jauh, hehehe."

"Iya balik kampung dia, kangen kali berantem sama adiknya ini."

"Btw, nih sweater gue lo pake. Noh lihat dress lo atasnya kebuka. Pamer body lo? Lo aja tepos. Daripada masuk angin pake aja sweater gue," ceplos Brina.

"Gue harus sakit hati apa bersyukur ya punya temen kek lo, Bri. Tapi kenyataan sih kalau gue tepos. Berat badan empat puluh kilo aja gue gak ada."

"You're not alone, i'm skinny too. Nggak papa ini body orang koreyahhh." Lyra menepuk pundak Kirei.

"Udah pake tuh sweater, jangan lupa balikin tapi. Itu dari mantan gue soalnya. Elo juga sih pake dress terbuka tapi nggak bawa syal atau apa gitu biar ga kedinginan. Jadi ga tega gue." Brina menyampirian sweaternya ke tubuh Kirei.

"Kalo lo cowok mah udah gue pacarin kali, Bri."

"Gue kalo jadi cowok juga pilih-pilih lah anjir buat jadiin pacar. Minimal kayak Han Sohee." Brina tersenyum penuh kemenangan membuat Kirei mengacungkan jari tengahnya.

Setelah memutuskan pulang sendiri, Kirei menunggu taksi online di dalam lobi kantor bersama teman-temannya yang juga menunggu dijemput. Dia sengaja berbohong karena tidak ingin merepotkan Brina yang rumahnya berbeda arah. Kasihan jika Brina harus bolak-balik, apalagi ada Lyra. Nanti mereka capek.

Dari kejauhan, Kirei melihat sosok yang begitu familiar. Laki-laki itu bernama Guntur. Kepala Departemen Marketing atau bisa disebut dengan CMO.

"Malam, Pak." Sebagai karyawan yang baik Kirei menyapa karena sudah eye contact dengan atasannya meskipun dibaluti rasa canggung.

"Malam, Kirei. Semoga pestamu tadi menyenangkan, ya. Besok cuti bersama tahun baru, yang dimana seluruh karyawan diliburkan. Kamu aman 'kan?" tanya Guntur sambil menaikkan alisnya.

"Besok saya ada acara keluarga yang diadakan setiap tahun. Untuk sosial media juga sudah saya handle tadi sebelum closing. Besok saya pastikan semua berjalan baik dibawah kendali saya, Pak."

"Good job. Kamu masih junior tapi sudah seperti ikan koi, ya. Pertahankan, saya pulang dahulu." Guntur berjalan meninggalkan Kirei yang masih setia dengan senyum karirnya.

"Gue antara seneng sama sedih dipanggil ikan koi sama, bos bledek. Udah berkali-kali dia muji gue kayak gitu. Ikan koi itu artinya emang pembawa keberuntungan dan kemakmuran. Tapi gue tetep gak rela njir cantik-cantik disamain kayak ikan koi."

"Ya daripada disamain kayak lele mending koi lah. Lele itu udah item, kumisan, makan eek lagi." Begitulah percakapan Kirei dan Brina tempo hari lalu saat makan siang.

Jam menunjukkan pukul satu lebih lima menit. Kirei sudah menguap tak terhitung berapa kali jumlahnya. Matanya berat, dia yang tak terbiasa bergadang dan tipe morning person sangat mudah diserang kantuk. Bosan menunggu jemputan dia duduk di teras depan lobi, melamun sambil melihat mobil Guntur dan mobil-mobil lain yang pergi meninggalkan basement.

"Dih bener kata mereka, mending gue tadi nebeng Brina sama Lyra daripada gue ngang ngong di sini nunggu jemputan. Mana ketemu bos bledek yang basa-basi nyuruh gue besok tetep kerja lagi dari rumah lagi. Arghhh!"

Dari sini Kirei percaya bahwa selain pilihan orang tua, pilihan bestie juga berpengaruh dalam kehidupannya.

______

catatan author:

haiii, masih santai santai dulu lah yaa perkenalan sama tokohnya. chapter ini ditulis mendekati deadline wkwkw😭

sangat menerima kritik dan saran yang membangun🙏

semoga suka yaa❤️
jangan lupa tinggalkan jejak bintangnya di pojok kiri bawah

terimakasih

21 feb 24

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro