2. Halaman satu dan dua

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seperti biasa, absen dulu dengan cara tap bintang di pojok kiri bawah yaa readers ❤️

.
.
.

Mau tidur selarut apapun, Kirei tetap bangun di jam empat pagi. Dia baru bisa beristirahat jam setengah dua dini hari dan jam empat subuh dia terbangun. Matanya berat, meskipun sudah memejamkan mata berulangkali dia tidak bisa tertidur lagi. Akhirnya dia hanya rebahan di atas kasur untuk mengumpulkan nyawa.

Mengingat ini adalah hari pertama di tahun baru 2024, Kirei tidak ingin waktunya terbuang sia-sia. Dia mulai turun dari ranjangnya dan bebersih diri agar tubuhnya kembali segar. Setelah mandi, Kirei membuka tirai jendela kamarnya, membiarkan sirkulasi udara berganti. Angin pagi berhembus menerpa kulit wajahnya. Meskipun pemandangan kamarnya hanya ruangan samping rumah yang biasa untuk menjemur pakaian, tapi udaranya tetap sejuk karena Kirei menanam beberapa bunga dan toga di dalam pot-pot yang cantik.

Kirei duduk di depan meja lalu mulai menjurnal meskipun kepalanya masih sedikit berat. Buku warna putih yang tersusun rapi di rak dia pilih untuk buku catatan. Dia menuliskan semua energi dan afirmasi positif, tak lupa juga list yang akan dia raih di tahun ini. Meskipun bukan pencapaian besar, setidaknya Kirei punya target untuk tahun ini dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Jika saat cuti kerja teman-temannya memilih untuk berlibur, kuliner atau family time, berbeda dengan Kirei yang tahun barunya diisi dengan membersihkan rumah, menata layout ruangan, memandikan Bimo kucing ras warna hitamnya, membenarkan atap yang bocor, lalu berakhir dengan memasak untuk makan siang.

Hidup sendirian sejak tiga tahun terakhir setelah orang tuanya meninggal membuat Kirei merasa kesepian. Kakak perempuannya hanya menjenguk dia hanya sedang cuti saja. Tapi Kirei menjalani kehidupannya dengan penuh rasa bersyukur. Saat sedang mencuci piring, satu pesan notifikasi masuk di ponsel Kirei.

Ting!

Kakak: dek gue belum bisa pulang, masih ada kerjaan yang harus diselesein cepet. sorry ya, gue udah transfer duit jajan lo kok.

Alih-alih membalas pesan sang kakak, Kirei buru-buru mengecek Mbanking-nya, dan benar saja saldo rekeningnya bertambah dua digit. Benar kata Viko kalo cewek dapet duit pasti seneng banget hidupnya. Seketika rasa kantuknya menghilang. Senyumnya mulai terlukis indah. Kirei merasa mempunyai tenaga sekarang.

Kirei langsung membuka online shop untuk membeli sesuatu. Dia membuka keranjang belanjanya. Terlihat banyak produk-produk yang masih tertinggal di dalam keranjang. Dia sendiri tak tahu kapan akan membeli barang-barang yang ada di keranjang online shop-nya.

Jemarinya meng-klik satu persatu pilihan opsi beberapa produk. Tak lupa mengklaim gratis ongkir dan memeriksa alamatnya. Saat proses payment akan berlangsung, terdapat notifikasi pesan lagi dari sang kakak.

Kakak: jangan beli kain lagi kalo lo sendiri gaada waktu luang buat njahit! gue rela duit lo abis buat beli seblak daripada habis buat beli gombalan kain yang bisanya cuma nyempit2in ruangan.

"Oh, what a pity, sis. Kain-kain cantik ini lebih menggoda daripada seblak yang sangat tidak sehat." Mata Kirei berbinar-binar melihat kain-kain cantik di layar ponselnya. Tak memperdulikan pesan kakaknya dia langsung proses payment detik itu juga.

Kirei: udah terlanjur kak hehe, tysm, 143 ^^

Mungkin jika Kirei sedang bertelepon, dia akan mendengar sumpah serapah sang kakak yang sangat pedas.

Kirei yang tadinya berada di dapur kini menuju ke ruang tengah. Di sudut ruangan itu ada sekat yang menghubungkan ruang keluarga dan studio jahit miliknya. Kirei adalah alumni mahasiswa yang mengambil prodi tata busana. Sama seperti Brina dan Lyra, meskipun pekerjaan dan jurusannya sangat melenceng sekali.

Kirei mengedarkan pandangannya, melihat basecamp mininya yang mulai berdebu. Sudah terhitung ada tiga bulan dia tidak memegang mesin jahit. Semenjak pekerjaan di kantor mulai padat, dia tidak lagi menekuni hobinya ini. Terlihat beberapa desain karya akhir tertempel di papan moodboard-nya. Sejenak dia merindukan masa produktifnya dan meluangkan waktu untuk menjalani hobinya. Dia juga melihat banyaknya kain bertumpuk di rak khusus kain. Ide cemerlang pun datang.

Kirei menarik nafas dalam-dalam. Dia mulai melirik jam di ponselnya. Jam menunjukkan pukul sebelas lebih tiga menit. Tanpa menunggu waktu lama dia mulai berberes dan membersihkan ruangan menjahitnya. Setelah selesai, dia bergegas untuk mengeksekusi kain yang menurutnya bagus untuk dijadikan sebuah pakaian.

Kirei ingin membuat rok pita berwarna putih tulang. Dia mulai mengukur badannya, membuat pola, memotong kain, mengobras, sampai tahap finishing. Dia tidak sabar memakai rok pitanya saat di kantor besok pagi.

-💸💸💸-

Ruangan minimalis beraroma kopi ini tempat dimana karyawan bisa mendapatkan segelas kopi hitam atau teh panas. Pagi ini pantry masih sepi. Kirei mulai menyeduh sereal yang dia bawa sendiri dari rumah. Baru saja dia ingin meninggalkan ruang pantry dia berpapasan dengan Yuda, salah satu admin Finish Good.

"Pagi, Kirei. Udah gue tebak pasti lo ada di sini. Aroma serealmu itu loh baunya khas banget kecium dari luar. Khas bayi gitu," kata Yuda.

"Ya namanya juga sereal bayi, Mas. Kalo baunya pop mie itu mah punya lo sendiri," kekeh Kirei sambil menunjuk tangan Yuda yang sedang membawa popmie yang akan diseduh.

"Iya nih mau gue bikin sarapan sama telor setengah matang. Gue bawa dua satunya di tas. Lo mau sarapan pop mie bareng?" tawar Yuda.

"Makasih, Mas. Mungkin lain kali aja. Sereal sama pop mie itu satu hal yang tidak sejalan. Ntar rasanya aneh di perut," tolak Kirei kepada laki-laki yang terpaut satu tahun di atasnya itu.

"Salah gue juga sih nawarin pop mie buat sarapan. Jangan dicontoh deh kelakuan gue. Ga sehat." Yuda mulai membuka tutup pop mienya setengah lalu menggunting bumbu-bumbunya.

"Udah tau ga sehat masih aja diterusin. Agak laen emang anak gudang satu ini."

"Gue baru nyoba varian ini, Rei. Makanya gue beli. Gue cicipin enak apa enggak gitu," jawab Yuda membelakangi Kirei karena sedang menyeduh mienya.

"Ya udah nanti kalau enak kasih tau gue, ya." Yuda mengacungkan ibu jarinya. "Ngomong-ngomong, gue nanti mau kirim paket endorsment. Gue nanti mau cek stok ya, Mas."

"Beres deh. Gue hari ini full di warehouse kok. Kecuali besok, gue ada rapat sama admin produksi."

Perbincangan Kirei dan Yuda berakhir setelah Yuda memutuskan makan pop mie di pantry setelah menggoreng telur setengah matangnya. Sedangkan Kirei memilih untuk makan di ruang kerjanya.

~💸💸💸~

Ruangan divisi marketing konten dan branding satu ruangan dengan divisi marketing sales satu. Ruangan ini adalah ruang yang sangat ramai dibandingkan ruangan tim yang lain. Orangnya unik-unik dengan segala sifat dan karakteristik setiap individunya. Team branding dan sales ruangannya hanya terpisah partisi kayu yang biasanya juga dibuat properti konten karena aesthetic.

Kirei datang satu jam lebih awal sebelum jam kerja dimulai. Alasannya simpel, dia ingin membentuk ruang kerja yang nyaman versi dia sendiri. Satu jam itu Kirei gunakan untuk mendengarkan musik, bernyanyi, sarapan, baca novel, bahkan masih ada waktu untuk nonton drakor. Mood yang baik akan terbentuk jika suasana sekitar kita juga baik. Kirei selalu mengelola itu.

Team Kirei ada enam orang termasuk dirinya. tiga diantaranya cewek dan tiga cowok. Bel masuk kurang lima belas menit teman-temannya mulai berdatangan. Pertama ada perempuan dengan kacamata minus blucromic tebalnya yang bernama Tara, admin desain grafis. Kedua ada Gera, seorang fotografer yang seumuran dengan Kirei. Ketiga ada pria paruh baya dengan perut buncit dengan kapasitas sabar setebal kamus bahasa inggris namanya Pak Praday. Dia adalah SPV team Marketing Konten dan Branding.

Yang terakhir ada Anikha sebagai talent konten dan Boy sebagai editor. Mereka berdua adalah tim berangkat mepet sebelum jam masuk kantor berbunyi.

"Guys, gue bawa bakpia, nih, oleh-oleh dari Jogja kemarin." Anikha menunjukkan dua tas kresek hitam yang dia tenteng. Anak-anak pun mulai mengerubungi mejanya lalu Anikha membagikan kotak bakpia satu persatu.

"Gue lihat story lo kemarin di Parangtritis, ya?" tanya Boy.

"Iya, deket sama rumah Oma gue soalnya. Jadi sekalian main ke pantai."

"Kalo gitu oleh-olehnya Nyi Roro Kidul dong. Masak bakpia doang," celetuk Gera yang sedang mencicipi

"Lo aja sini gue jadiin tumbalnya. Bersyukur lo udah gue bawain bakpia daripada cuma cerita doang." Anikha menarik topi Gera sampai menutupi matanya.

"Kalian kemarin ngga ikut pesta kantor, ya? Gue sendirian bambang. Team gue nggak ada sama sekali yang dateng." Kirei menunjukkan wajah sedihnya.

"Gue udah tiap tahun selalu ada acara sama keluarga. Toh juga acaranya gak wajib 'kan? Gue udah sewa villa soalnya. Si Gera, Tara, sama Anikha juga lagi kumpul sama keluarganya masing-masing." Setelahnya berbicara Boy mendapatkan tatapan maut dari ketiga temannya.

"Apasih, orang gue kemarin nge-grill sama sahabat gue kok." Tara memutar bola matanya malas lalu melemparkan senyuman ke Kirei.

"Sebelum gue ke rumah kakek sama keluarga gue ngedate dulu sama pacar gue," tambah Anikha.

"Tapi 'kan sama aja kumpul keluarga." Gera yang berada di belakang Kirei menepuk jidatnya sendiri.

"Sok tau lo, Bro. Siapa bilang gue ada kumpulan keluarga? Malam tahun baru gue check in anjir," sanggah Gera yang kini ganti mendapatkan tatapan aneh dari teman-temannya. "Eh, em ... maksudnya gue ada job ngefoto di luar kota jadi harus check in di luar kota," ralatnya.

Tara yang gemas pun menyeret bapak muda anak satu itu ke belakang."Boy, lo paham ga si kalau Kirei udah gak ada keluarga? Peka dong, Boy. Kasihan dia kalau tersinggung gimana? Meskipun dia kelihatannya baik-baik saja tapi kalau dalamnya rapuh, lo apa ngerti?"

Suasana menjadi canggung beberapa menit sebelum Pak Praday masuk ke dalam ruangan. Anak-anak kembali ke mejanya masing-masing.

"Pagi semua, eh jangan duduk dulu sini kumpul dulu." Akhirnya anak-anak membentuk lingkaran kecil.

"Karena udah lama kita nggak briefing, kita adain lagi, ya, teman-teman." Terlihat team sales juga sedang briefing kecil. Biasanya mereka jika briefing akan diserentakkan dalam satu meja. Jika ini diadakan briefing terpisah pasti ada yang ngga beres.

"Maaf saya agak terlambat masuk ke dalam ruangan. Saya tadi ada rapat semua SPV per-divisi dengan bapak komisaris. Jadi, dalam rapat tersebut ada berita baik dan berita buruk." Seolah menceritakan dongeng kepada anak-anaknya, briefing Pak Prade membuat team branding sangat penasaran.

"Untuk kabar baiknya merujuk ke kita semua." Anak-anak bersyukur dan bernafas lega. "Tapi tidak dengan kabar buruk yang menimpa teman kalian," ucap Pak Praday sambil melihat ke arah perempuan yang berjarak empat meter darinya. Spontan anak-anak pun mengikuti pandangan Pak Praday.

Kirei yang ditatap intens oleh teman-temannya hanya bisa menarik nafas panjang dan tersenyum. Seolah dalam lubuk hatinya berkata, "Gwenchanna."

Juga dibombardir pertanyaan, "Kabar buruk apa?"


Bersambung ....
next part selanjutnya ❤️

23 Februari 2024

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro