Perkenalan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Semilir angin membelai lembut wajahnya. Hana duduk bersila, sebelah tangannya menopang dagu. Menikmati keindahan bukit yang menghijau di kejauhan. Suara burung dan gemericik air mancur membuat harmoni musik yang indah.

Hana menunggu pesanan di warung lesehan Jagung Kuning milik Tanjung. Lama menunggu sahabat-sahabatnya datang, dengan suasana yang indah dan nyaman malah membuatnya mengantuk. Akhirnya dia memilih untuk memesan makanan terlebih dulu.

Sengaja dia memilih tempat lesehan paling ujung sesuai permintaan Hanum. Dan memang tinggal tempat itulah yang kosong, karena sedang ramai pengunjung.

Jagung Kuning lumayan besar dengan posisi yang strategis. Dekat dengan Kantor Kecamatan dan pasar. Menjadikan tempat itu selalu ramai pengunjung. Harga yang terjangkau dan menu yang variatif. Dan Hana baru tau kenapa dinamakan jagung kuning, karena tak ada nasi beras dalam menunya, digantikan dengan nasi jagung.

Hana sedang menguap ketika seseorang berjalan menuju arahnya.

''Pesanan datang. Maaf nunggu lama.'' orang itu meletakkan bebek bakar dan lemon tea pesanan Hana. Ia ikut duduk.

''Uumm Tanjung. Tadi aku hanya pesan satu porsi,'' ucap Hana gugup.

''Oh. Ini jatah makan siangku,'' Tanjung tersenyum ramah, ''kebetulan tadi pas lagi masak ada pesanan yang sama, dan ternyata itu kamu. Keberatan kalau aku gabung di sini?''

Merasa canggung, Hana hanya mengangguk. Terdiam dan sejenak melupakan rasa laparnya.

''Ini aku yang masak sendiri loh, spesial buat kamu,'' ucap Tanjung memecah keheningan. Dia juga gugup, ini baru pertemuan kedua mereka.

''Modus, atau aku harus merasa tersanjung nih. Tapi kamu salah alamat.'' Hana mengaduk lemon tea-nya dan menyeruputnya pelan.

''Bukan modus, beneran tulus. Lagi pula sudah dapat lampu hijau dari orangtuanya.'' Tanjung tersenyum. Terburu-buru, tapi dia merasa perlu mengenal kakak dari gadis yang sedang dekat dengannya.

''Oh ya tentu aja.'' tiba-tiba Hana merasa pemandangan sawah yang menghijau berubah jadi ladang kaktus yang tandus. Hana benci mengakui, tapi memang dia selalu merasa iri pada Sawala.

''Bagaimana. Apa masakanku enak?'' Tanjung menatap Hana, ''Tapi kamu terbiasa dengan menu internasional, pasti bebek bakar ala koki jadi-jadian tak ada rasanya.''

''Ini enak. Lebih enak lagi kalau gratis.'' Dia mengelap keringat di dahinya, sambalnya terlalu pedas.

''Seharusnya kamu yang bayar pake Dollar.''

''Ada.Nanti aku bayar sepuluh Dollar mau?

''Boleh. Ngomong-ngomong apa pekerjaanmu di sana?''

''Ngosek WC,'' jawab Hana singkat. Bukan malu karena pekerjaannya, tapi mulutnya sedang mengunyah bebek bakar yang rasanya tiada dua.

''Apapun pekerjaannya.''

''Minumnya teh botol.'' potong Hana cepat. Mereka tertawa bersama. Sesaat pandangan mereka terkunci, ''Aku lebih suka ngopi.''

''Mau ngopi?

Hana menggeleng, ''Lain kali aja.''

Obrolan terus berlanjut walau makanan di hadapan mereka telah lama habis. Kecanggungan mereka telah hilang. Dari Tanjung, Hana baru tau kalau laki-laki itu adalah cucu Haji Saenudin Rumi. Dari lahir sampai dua tahun yang lalu Tanjung masih tinggal di Palembang.

Setelah Ayahnya meninggal, dia dan Ibunya pindah ke rumah kakeknya. Dan sukses membangun Jagung Kuning. Dua tahun yang lalu juga, tempat yang sedang mereka duduki masih jadi hamparan persawahan milik Harsono, ayah Hana.

***

''Aduh!'' Hanum menjerit kaget, ''Gila kamu ya Na.'' meringis sakit, dia mengelus lengannya.

Hana sedang butuh pelampiasan. Mau melempar gelas nanti Ibunya marah. Sasarannya lengan Hanum yang besar penuh lemak.

''Rasanya aku ingin membunuh Harsontoloyo. Apa masih pantas di sebut Ayah. Tega banget dia pada kami. Dulu aku memohon, mengemis, tapi dia nggak peduli.'' mata Hana mengkilat penuh amarah.

''Tapi lihatlah sekarang, dia menjual tanah pada Tanjung Umbara. Data dan Sawala juga bisa kuliah. Lalu aku dan Raka punya apa.'' Hana menunduk kecewa dan lelah.

Hanum merasa iba, kembali dia mendekati Hana dan memeluknya erat. Memberi kekuatan bahwa Hana masih memiliki sahabat.
-------------------------------------------------------------------
Gempas.
29122015

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro