Yang menorehkan luka

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Di sebuah gubuk kecil di tengah sawah, Harsono dan temannya berteduh melepas penat. Sehari-hari mereka bekerja di sawah. Walau hanya beberapa petak lahan, tapi di umur mereka yang telah melewati setengah abad membuat cepat lelah.

''Anak perempuanmu sudah pulang Har. Hebat si Hana itu ya, dapat oleh-oleh apa dari dia?'' tanya laki-laki temannya, sambil mengupas ketela bakar.

Harsono menyesap kopinya pelan. Sesekali ia meniupnya pelan supaya lekas dingin. Beberapa minggu yang lalu Hana datang. Membawa sarung, baju koko, sekeranjang buah, dan beberapa lembar uang ratusan. Setelah itu mereka tak pernah bertemu lagi.

''Aku dengar dari Bagas, kalau Hana nyewa peternakan ayam milik Pak Dharma. Malah Bagas juga kerja di sana. Kita besanan bagaimana Har. Mau nggak Hana sama Bagas ya?''

Harsono tak menjawab. Sedari tadi dia hanya melihat pada buah ciplukan yang tumbuh di pinggir sawah. Buah kesukaan anaknya dulu.

*****

Hana dan Ibunya sedang sibuk di dapur mengupas kentang. Terkejut mendapati seseorang yang kini berdiri di ambang pintu dapur. Hana hanya melirik sekilas, kemudian melanjutkan pekerjaannya tanpa menyapa orang yang baru datang.

''Ngupas kentang banyak banget. Ada acara apa Bu?'' merasa sudah terbiasa dan tanpa sungkan, orang itu langsung duduk di depan Bu Rasika. Ikut mengambil kentang dan mengupasnya menggunakan sendok.

''Masak biasa saja. Ini buat pekerja di peternakan.'' Bu Rasika tersenyum ramah.

Dia, Annas Adhikari. Seseorang yang telah menorehkan luka, dalam hidup Hana. Luka yang selalu membekas. Tapi karena kisahnya dengan Annas pula, dia jadi kuat bertahan.

Hana baru kelas 3 SMA ketika mereka berkenalan. Umur mereka terpaut jauh. Annas berasal dari keluarga terpandang di kotanya. Dia juga seorang guru bahasa jepang. Muda, mapan, dan tampan. Annas menjadi si kumbang yang di harapkan banyak bunga.

Hana berteman dengan Inayah, sepupu Annas. Di rumah Inayah mereka bertemu. Pertemuan biasa bagi Hana, tapi luar biasa bagi Annas yang akan mengubah kehidupannya.

''Bu. Boleh nanti malam saya bawa Hana keluar?'' tanya Annas. Hana menoleh cepat. Salah satu sifat Annas yang sangat di bencinya. Laki-laki itu tak pernah menanyakan dulu apa keinginan Hana. Egois.

''Maaf. Aku nggak mau jalan sama suami orang.'' dia memandang Annas tajam.

Annas memang sudah menikah 5 tahun yang lalu. Perjodohan dengan perempuan yang sederajat dengan keluarganya pastinya. Hana tak peduli Annas mau menikah dengan siapa, kisah mereka sudah berakhir jauh sebelumnya. Hana menutup mata dan telinga, baginya laki-laki itu hanya masa lalu. Dari cerita sahabat-sahabatnya yang dia dengar, di malam pertama Annas menikah dia kabur ke Kalimantan. Hana tak bisa berhenti tertawa sendiri untuk beberapa hari. Biasanya mempelai wanita yang kabur, tapi ini kebalikannya. Pengecut.

Pernikahan mereka berantakan. Dan lagi-lagi Hana yang di salahkan. Apa lagi kemarin sebelum Hana pulang, Annas telah resmi bercerai. Dan yang membuat Hana muak, Annas selalu datang ke rumahnya sesuka hati. Seolah-olah ingin menunjukan pada semua orang bahwa Hana selalu menjadi miliknya.

Rasika pergi meninggalkan mereka berdua. Dia juga tak setuju kalau anaknya sampai keluar berdua dengan Annas. Maka ia memberikan waktu untuk menyelesaikan masalah mereka sekarang.

''Semua sudah lama selesai. Apa perlu aku lebih perjelas lagi.'' sebetulnya Hana sudah sangat lelah. Tapi selalu kalau melihat raut wajah Annas ia tak tega. Selama ini Hana masih membuka pintu untuk persahabatan, bukan untuk memberikan harapan.

Tapi Annas mengartikan lain. Ia beranggapan kalau Hana masih belum menikah sampai saat ini karena menunggunya.

Kalau ada orang yang punya indra lebih, Hana sudah mengeluarkan tanduk merah dan dua gigi taring tajam, di tambah asap yang keluar dari hidung dan telinga. Percaya diri sekali laki-laki yang pernah berstatus jadi pacarnya, dia tak pernah secinta itu pada Annas.

''Aul. Kita mulai lagi dari awal ya?'' pinta Annas memelas, dan telinga Hana gatal mendengar panggilan itu. Dulu, pada masanya mungkin terdengar imut. Hanya Annas yang memanggilnya Aul, Aulia Hana Harsika. Dan nama belakangnya pun meninggalkan kenangan pahit.

Hana menggeleng, mendesah frustrasi. Sahabat bisa jadi cinta, tapi hanya sedikit cinta yang bisa jadi sahabat.
-------------------------------------------------------------------
Nite... Nite
Gempas.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro