Sealed With a Kiss

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Though we've got to say goodbye for the summer
Darling, I promise you this
I'll send you all my love everyday in a letter
Sealed with a kiss ~ Jason Donovan

-------------------------------------------------------------------

Pria di depannya menatapnya intens sambil menaikan sebelah alisnya. Sementara Hana sudah mulai gusar, ''Apaan liat-liat begitu?'' tanya Hana sewot.

Tanjung makin memicingkan matanya, ''Aku mau. Lalu?'' tanya Tanjung.

''Hah. Gila ya kamu.'' Hana bingung, ia menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

''Iya. Gila karena kamu. Jangan bilang kalau aku gombal, bukannya kamu yang sudah menantangku,'' Tanjung menggeser tubuhnya, ''Kau tau? Tadinya aku belum mau mengakui, aku tau seperti apa hubungan kamu sama keluarganya Lala. Bukannya mau sok jadi pahlawan, tapi semuanya makin jelas saat kamu pergi begitu saja.

''Aku kehilangan cerita lucu-lucu kamu, aku rindu berdiskusi atau sekedar berdebat denganmu, boleh aku bilang kalau aku juga cinta sama kamu? Berpura-pura tak mencintai ternyata lebih sulit dari pada berpura-pura mencintai.'' Tanjung menatap Hana lekat, ia ingin Hana tau bahwa apa yang dikatakannya adalah kejujuran.

''Lalu Sawala?'' Hana tersenyum miris.

''Kami sudah berpisah,'' ujar Tanjung.

''Karena aku?''

Tanjung meraih tangan Hana, ''Bukan. Bukan karena kamu. Jangan merasa bersalah, salahkan saja aku yang brengsek dan egois ini.''

Cinta yang saling berbalas bukankah itu indah? Tapi apakah dengan cinta saja sudah cukup untuk saling memiliki? Mungkin ada beberapa orang yang bisa ikhlas dan punya hati lapang, bahwa cinta tak harus memiliki.

Jatuh cinta tidak pernah memilih apakah seseorang itu sudah ada yang punya atau belum. Kalau Hana tak memperjuangkan cintanya, mungkin saja Tanjung masih bersama Sawala.

*****

Ini adalah akhir pekan. Hana merasa perjalanan kali ini berbeda, dia sangat menikmati. Mobil merayap padat setelah keluar dari Tol Cikopo-Palimanan. Biasanya ia berharap bisa meminjam pintu ajaib milik Doraemon, untuk pergi pulang dari rumahnya ke Bekasi. Hana bosan melewati kota Cirebon, Indramayu, Tegal, Brebes, ia merasa kota-kota itu terlalu panjang.

Hana merapatkan selimutnya. Sudah tengah malam, mungkin subuh mereka baru sampai. Ya, Hana pulang dengan Tanjung. Mereka harus meminta restu pada orangtua bukan? Mungkin terkesan terburu-buru, tapi mereka sudah dewasa. Dan Hana tau apa yang dia mau. Dia siap melangkah bersama Tanjung.

Tanjung menarik Hana lebih dekat, ''Dingin?'' dia mengecilkan AC mobilnya, kemudian tangan kirinya meraih tangan Hana, menggenggamnya, mencoba memberi kehangatan.

''Ini seperti mimpi,'' gumam Hana, ''gimana kita bisa sampai ke tahap ini?'' lanjutnya pelan.

''Dimulai dari kamu nembak aku di depan toko roti kan?'' ucap Tanjung tertawa.

Hana merengut kesal dan malu, ''Dimulai 24 jam yang lalu.''

Tanjung tersenyum dan meraih beberapa helai rambut Hana dan menatapnya berkilauan di tangannya, ''Saat kamu makan bebek bakar buatanku dengan lahapnya.''

''Tapi malamnya aku harus menguras isi perutku, sambalnya terlalu pedas,'' jawab Hana, Tanjung meringis.

Pria itu tertawa, ''Aku benar-benar kaget waktu di depan toko roti itu. Harusnya itu adalah bagianku.''

''Jadi seperti itu, makanya jawabnya lama.''

''Hei. Itu baru tiga detik dan kamu langsung kabur. Oh ya, aku punya sesuatu buat kamu.'' Tanjung memberikan sebuah kotak kecil, dan kembali menjalankan mobil setelah lampu hijau kembali menyala.

Hana menerima kotak kecil itu dan segera membawa ke pangkuannya, ''Boleh aku buka?'' tanya Hana. Tanjung hanya mengangguk.

Hana menahan napas ketika melihat sebuah cincin di dalam kotak tersebut. Dia menatap Tanjung dengan pandangan bertanya, sementara laki-laki itu balas menatapnya sambil tersenyum. Hana meraih cincin tersebut dan mengamatinya, cincin kecil dengan sebuah berlian yang berpendar indah. Hana kembali menatap Tanjung yang juga sedang mengamati ekspresinya.

''Ini ....''

''Setelah aku di putuskan Sawala, aku tak punya siapa-siapa lagi. Jadi kamu harus bertanggung jawab seumur hidupmu. Jangan kemana-mana, tetaplah selalu di sisiku,'' ucap Tanjung dengan nada yakin.

Hana terbelalak menaap Tanjung yang sedang mengulum senyum, ''Gombal. Berusaha sok romantis huh?'' ucapnya sambil tertawa.

Tanjung ikut tertawa dan mengusap rambut Hana, ''Jadi?''

''Apa boleh buat. Yess!'' jawab Hana mantap.

''Terimakasih,'' ucap Tanjung penuh kelegaan sambil menenggelamkan Hana ke dalam pelukannya.

*****

''Huh. Padahal aku sudah bilang nggak suka berondong.'' Hana menyenderkan punggungnya di kursi, menutup wajahnya dengan selimut.

''Kamu mau makan berondong?'' Tanjung salah dengar karena dia sibuk dengan makanannya.

Entah sudah sampai kota mana tadi ketika Hana merasa kelaparan. Akhirnya mereka memutuskan untuk istirahat sejenak sambil mencari makan.

''Apa kata mereka kalau akhirnya aku dapat berondong, seperti menjilat ludah sendiri.'' Hana berkata dari balik selimut, suaranya tertahan dan terdengar lucu bagi Tanjung.

''Maksudmu yang berondong itu aku?''

''Aku kan lebih tua satu tahun darimu.''

Tanjung menegakkan kembali kursi yang di duduki Hana, ''Menyesal hmm. Mau mundur? Jangan harap.'' Tanjung menunduk dan menarik selimut yang menutupi wajah Hana. Menciumnya lembut namun hanya sebentar.

Hana tersentak, jantungnya berdebar kencang, gugup. Sebelum kesadarannya kembali, Tanjung sudah menciumnya lagi. Lambat, hangat, dan dalam. Tanjung menggenggam erat tangan Hana, sementara Hana reflek berpegangan erat pada kerah baju milik Tanjung.

-------------------------------------------------------------------
7:05 pm
Gempas 03012016

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro