01; Arlanta's Life

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Note ; Buat yang ga tau, aku ubah 90% alur cerita disini. Silahkan dibaca~

Kukira akan membosankan karena aku, Hyun Soo harus menghadapi hari-hari sebagai anak kecil selama 5 tahun. Terutama di persembunyian, dimana hanya ada ibuku juga diriku. Ibu tidak memperbolehkanku untuk keluar dari rumah karena Anastacius brengsek itu bisa saja mencari kami. Sehari-hari yang kulakukan hanyalah belajar sihir dan mendengar cerita ibu yang sering menyandingkan kedua sahabatnya--Claude dan juga Felix--hingga di satu titik dimana ia juga menyukai keduanya.

Dan lima tahun kemudian ibu datang untuk membawaku ke istana dimana aku bertemu dengan Kaisar disana bernama Claude. Wajahnya cukup mirip dengan ayahku. Ya, aku tahu bagaimana wajah ayahku.

Maksudku, walau fisikku berusia kecil jiwaku berusia belasan tahun.

Ya, aku bukan berasal dari dunia ini. Nama asliku adalah Kim Hyun Soo, seorang pelajar yang harusnya saat ini berada di Harvard. Tempat yang sudah kuperjuangkan selama ini agar aku bisa bersekolah diluar Korea. Tetapi apa? Di perjalanan, pesawatku malah jatuh dan aku berakhir di dunia ini. Dunia webtoon yang sering dibaca oleh adikku, "Who Made Me a Princess" novel yang sering dibaca oleh adik perempuanku hingga aku bahkan menghapal setiap baris novel itu.

Tidak masalah jika aku harus isekai sebagai Ijekiel Alpheus sang pemeran utama atau Felix Robane atau prajurit tidak bernama. Tetapi, KENAPA AKU HARUS MENJADI ORANG BRENGSEK SEPERTI NATHAN?! Orang brengsek yang menghasut Claude, yang memfitnah Athanasia, dan tentu saja yang membuat Athanasia terbunuh. Ia juga orang yang pengecut. Setelah ketahuan jika ia memfitnah dan akan dihukum, ia malah menghilang.

Bisa mati lagi?

Yah, pokoknya aku sudah terlanjur berada disini selama 7 tahun dan 2 tahun di istana. Selama aku tidak mengingatkan Claude dengan kakaknya juga aku dalam keadaan baik-baik saja dan makmur. Jadi, aku akan hidup tenang disini hingga Athanasia lahir, menghindarkannya dari kematian dan hidup tenang dan bahagia.

"Penari Siodonna itu--" aku berjalan mencari Claude saat menemukan Claude meminta sesuatu pada Felix. Ini sudah beberapa minggu setelah ulang tahun dari Claude dan saat Claude bertemu pertama kalinya dengan Diana. Aku merasa kasihan pada Felix, maksudku ia harus menuruti kebiasaan Claude sejak ia dikhianati oleh Penelope dan kakaknya, menyewa pelacur dan tidur dengan mereka. Padahal Felix menyukai Claude lebih dari sahabat ataupun pengawal.

Maksudku, di novel memang tidak diberitahu banyak tentang Felix atau orientasinya. Felix juga tidak terang-terangan mengatakan jika ia menyukai Claude at that way. Tapi hanya orang buta yang tidak bisa melihat hal itu.

...

Dan Claude tentu.

Terutama setelah ini Claude mencintai Diana dan akan selalu mencintainya. Di novelpun sama sekali tidak diberitahu apakah Claude juga memiliki orientasi yang sama dengan Felix atau tidak. Yah, setidaknya Diana tidak hidup lama. Mungkin saja Claude akan menyukai Felix setelah itu.

Tunggu, perkataanku tadi kejam juga.

"Paman Felix," Felix menoleh saat aku memanggilnya, "biar aku yang memanggil kakak peri itu."

Aku tersenyum, Felix menatapku beberapa saat sebelum tersenyum dan mengangguk sambil menghela napas. Kurasa ia tahu alasanku. Setidaknya hanya ini yang bisa kulakukan. Felix adalah orang yang baik, aku tidak memiliki alasan untuk membenci atau menghindarinya.

⁰¹⁰¹⁰¹

"Kakak peri," aku mengintip dari celah pintu ruangan dimana Claude menyediakannya untuk Diana, kulihat Diana yang sedang duduk sambil memandangi langit malam kala itu. Ia menoleh padaku dan tersenyum, "boleh aku masuk?"

"Tentu, dan kau bisa memanggilku Diana," aku mengangguk. Beruntung ia menyuruhku untuk memanggilnya seperti itu. Rasanya lucu saja kalau aku memanggil kakak peri ke orang yang hampir sama umurnya dengan umurku sebelum mati, "ada apa?"

"Yang Mulia ingin bertemu denganmu."

⁰¹⁰¹⁰¹
2 tahun kemudian
⁰¹⁰¹⁰¹

Yah, singkat cerita pada akhirnya Claude membuat Diana tetap berada di istana. Mereka jatuh cinta pada pandangan pertama, Claude sangat menyayangi Diana begitu juga dengan gadis itu. Diana bukan orang yang buruk, ia baik dan juga sangat lembut. Tidak mengherankan jika Claude menyukai gadis itu. Tetapi maaf Diana, aku lebih memikirkan perasaan Felix saat ini, terutama saat Diana mengatakan ia tengah mengandung kala itu.

Felix tampak biasa-biasa saja, aku juga biasa-biasa saja. Maksudku, walaupun otp-ku itu Felix dan Claude tetap saja Diana itu tidak buruk, dan bisa menjadi selingan karena ia juga toh akan mati saat melahirkan Athanasia. Maaf Diana, tetapi aku ingin bertemu dengan Athanasia, dan aku masih ingin menjodohkan Felix dengan Claude.

Fufufu...

"Aku akan mengirimmu ke Arlanta untuk belajar sihir dan juga pengetahuan lebih dalam."

...

Kutatap Claude yang memanggilku pagi ini dengan tatapan datar. Kurasa kupingku harus dikorek dengan benar. Apakah ia baru saja mengatakan kalau ia akan mengirimku ke Arlanta? Sial, tidak begitu banyak informasi tentang Nathan di dalam novel tersebut apalagi masa kecilnya.

"Kenapa tiba-tiba?"

"Bukankah kau bosan dengan pelajaran yang diberikan pengajar di kerajaan ini? Kudengar kau sudah menyelesaikan buku yang bahkan baru diberikan 3 hari padamu dari pengajar sejarah kerajaanmu. Kekuatan sihirmu juga harus diasah sementara penyihir kerajaan tidak memiliki banyak ilmu," apanya, mereka tidak akan menjadi penyihir kerajaan kalau ilmu mereka tidak tinggi. Apa ia lupa kalau aku adalah anak dari penyihir kerajaan?

"Dan Felix juga Diana mengatakan kau perlu pengalaman diluar sana dan teman yang banyak. Jadi, kurasa lebih baik kukirim ke akademi disana," oh mereka berdua biang keroknya. Maaf saja, aku tidak suka dengan anak-anak bau kencur seperti yang seusia denganku. Lagipula aku baik-baik saja disini.

"Aku akan mengirimmu ke Arlanta minggu depan."

"Tiba-tiba seperti itu?!"

Ugh, baiklah tunggu. Kurasa Ijekiel bisa menyelesaikan pelajarannya sekitar 5 tahun. Dan itu disebut sebagai kelulusan tercepat. Kurasa aku bisa melakukannya juga. Kalau begitu, di waktu seperti itu harusnya tidak akan ada yang terjadi. Athanasia tidak akan kehilangan kendali sihir sampai usia 7 tahun. Baiklah, lagipula kurasa Arlanta akan punya banyak buku yang bisa kupelajari tentang sihir hitam dan juga bagaimana cara membantu mengendalikan sihir Athanasia.

"Kau keberatan?"

"Tidak sama sekali."

⁰¹⁰¹⁰¹

Pelajaran di Arlanta tidak begitu membosankan. Di novel tidak sama sekali diceritakan secara jelas kerajaan-kerajaan dan juga tempat diluar Obelia. Jadi, ini juga menjadi pelajaran baru untukku. Setahun pertama aku berkenalan dengan beberapa orang bangsawan seperti seorang pangeran kedua dari kerajaan tetangga Obelia. Namanya adalah Emerson Dandridge. Ia bukan pangeran mahkota, rambutnya berwarna putih pucat dengan mata berwarna abu-abu.

Ia seorang yang supel dan bisa menempatkan diri di segala situasi. Entah kenapa Emerson malah lebih melekat padaku ketimbang anak-anak lainnya yang lebih sering mencoba menarik perhatiannya. Ia bilang sesekali ingin mendapatkan suasana yang tenang. Yah, aku tidak masalah selama itu tidak menggangguku.

Lalu ada anak dari keluarga Duke Beamount. Oliver Beamount. Keluarga Duke terbesar kedua setelah Alpheus dan satu dari empat keluarga Duke yang ada di kerajaan Obelia. Warna rambut dan matanya mencolok, meski tidak merusak mata tetapi siapa yang akan tidak melihat warna pink lembut yang mewarnai rambut dan iris matanya itu?

Playboy, suka menggoda para murid perempuan, namun murid jenius yang membanggakan. Ia adalah teman sekamarku di asrama, jadi aku lebih sering berada dengannya. Orang yang merepotkan namun hampir selalu menempel padaku. Tetapi ia sangat berguna saat para wanita yang bak singa kelaparan itu mencoba untuk mendekatiku.

Lalu yang terakhir...

Lalu yang terakhir adalah Xavier. Si serigala abu-abu yang sempat di mention dalam cerita Who Made Me a Princess. Serigala abu-abu penyendiri yang dari namanyapun terlihat bagaimana sifatnya. Lebih tua dariku dua tahun, pendiam dan dingin, tetapi ia hanya selalu gugup dan tidak bisa berbicara banyak dengan orang lain.

Karena aku mudah menyerap pelajaran, di beberapa bidang aku diperbolehkan untuk mengambil pelajaran beberapa tingkat diatasku. Dan disanalah aku bertemu dengan Xavier.

Yah, kurasa mereka yang bisa kukatakan teman. Walau sebenarnya di dunia sebelumnya aku tidak memiliki pengalaman memiliki teman karena sibuk belajar. Tidak ada juga yang mau menempel pada diriku yang nerd di duniaku yang dulu.

Aku akan menyingkat tahun-tahunku di Arlanta.

⁰¹⁰¹⁰¹

"AJDGWIKCBQKD NATE!"

Oliver membangunkanku dengan lebay beberapa bulan semenjak kami bertemu. Mataku menatapnya malas, tidak biasanya ia membangunkanku karena biasanya aku mengguyurnya dengan air atau menariknya paksa. Atau jika aku sedang malas, aku akan meninggalkannya dan pergi ke kelas sendirian. Saat kubuka mataku, ia sudah berada diatasku dan tampak menarik kerahku.

"Lepaskan dan menjauh dariku," moodku selalu buruk saat bangun pagi. Seharusnya Oliver mengetahui hal itu. Namun, sepertinya Oliver terlalu panik hingga tidak ingat tentang hal itu, "ada apa?"

"Kau tidak dengar? Berita di Obelia, Kaisar Claude melakukan pembantaian di Istana Ruby!" Aku yang sedang menguap berhenti, menoleh pada Oliver dan mengerutkan  dahiku. Bukan, aku bukan kaget tetapi memikirkan jika ini adalah saat dimana Claude membantai semua orang di istana Ruby karena Diana tewas. Itu artinya sepupuku sudah lahir. Si manis Athanasia.

"Benarkah?"

"Apa-apaan reaksimu itu? Berita ini sudah tersebar bahkan diluar Obelia!"

"Oh, aku harus berekspresi lebih kaget? Baiklah," kutarik napasku, dan aku menghentakkan tubuhku, menarik kerah pakaian Oliver, "BENARKAH?! Kurasa aku harus kembali ke istana, apa yang harus kulakukan..."

"Caramu menyampaikannya jadi terdengar menyebalkan," kujulurkan lidahku tak acuh, menguap pelan setelah itu, "memang kau tidak khawatir?"

Sebenarnya lebih karena aku sudah tahu semua ini akan terjadi. Satu keuntunganku berada di Arlanta adalah Claude tidak akan bisa membunuhku.

"Menurutmu, aku tidak berpikir kalau Claude akan melakukan itu setelah ia membunuh kakaknya dengan keji?" Kurasa Oliver setuju dengan hal itu, ia tampak diam dan hanya bergumam. Setelahnya, aku mengirimkan surat yang segera kukirim dengan sihir teleportasi untuk Felix menanyakan keadaan istana. Felix segera membalasnya dan menceritakan tentang keadaan istana yang kacau dan bagaimana Diana meninggal.

Haruskah aku pulang dulu?

⁰¹⁰¹⁰¹

"Bagaimana keadaan Yang Mulia?"

Pada akhirnya aku meminta izin untuk kembali ke Obelia selama beberapa hari bersama dengan Oliver. Ayahnya juga berada di istana untuk membantu membereskan kekacauan. Jadi, ia juga ikut denganku.

"Masih mengurung diri di dalam kamar. Saya rasa sebaiknya anda istirahat terlebih dahulu saja," Felix menggeleng, ia menyuruhku istirahat karena perjalanan jauh, tetapi lihat saja. Felix terlihat sangat kurang beristirahat, "saya juga akan menyiapkan kamar untuk anda Sir Beamount."

"Kurasa aku akan pulang kerumah saja."

"Aku ingin melihat Athanasia," Felix menceritakan tentang nama yang diberikan Diana. Jadi, ini bukan satu hal yang akan menjadi masalah.

"Athanasia?"

"Tuan puteri berada di istana Ruby," sudah kuduga. Oliver sendiri tampak menatapku dengan tatapan penasaran. Dia bahkan tidak begitu mempermasalahkan kami akan pergi ke tempat bekas pembunuhan berantai. Aku tidak percaya ia masih berusia 7 tahun.

"Aku akan meminta pengawal menemani anda."

"Tidak perlu," Oliver dengan gamblang mengatakannya tampa ragu, "Nate hanya butuh aku untuk menjaganya~"

⁰¹⁰¹⁰¹

"Wah lihat pipinya."

"Tanganmu kotor, jauhkan," kutatap Oliver yang menusuk pipi Athanasia kecil dengan telunjuknya. Bayi berusia kurang dari 1 bulan itu tampak terganggu tidurnya. Kutatap tajam Oliver seolah mengatakan kalau ia sampai bangun dan menangis, aku akan membunuhmu. Oliver mundur beberapa langkah saat sihir berwarna hitam muncul diantara tubuhku.

"Uweee..." kutolehkan kepalaku ke Athanasia yang sedikit terganggu, aku menghilangkan sihirku dan menggendong Athanasia, sedikit menepuk punggungnya. Aku punya adik perempuan di kehidupanku yang dulu, tentu saja aku biasa menghadapi hal seperti ini.

"Tenanglah Athy," kubisikkan pelan padanya sambil bersenandung lulaby, "aku akan disini dan melindungimu dari apapun..."

Ia memandangiku dengan iris mata biru permatanya. Benar-benar manis, kalau di webtoon, Athanasia akan menyadari ia terlahir kembali usia beberapa bulan. Dan selama itu Claude tidak akan menyentuh Athanasia sama sekali. Kuharap itu tidak akan berubah. Aku masih menggoyangkan tubuh kecil itu perlahan, tidak begitu memperhatikan Oliver yang hanya memandangiku.

⁰¹⁰¹⁰¹

"Tenanglah Athy, aku akan disini dan melindungimu dari apapun."

Oliver menirukan perkataanku di kelas beberapa hari setelah kami izin kembali ke Obelia. Rasanya membuatku merinding melihat Oliver menirukannya, kenapa aku harus setuju ia ikut denganku?

"Kalau kau perempuan aku pasti sudah jatuh cinta padamu."

"Aku berterima kasih pada Tuhan melahirkanku sebagai laki-laki kalau begitu," aku tidak begitu mau menanggapi candaannya.

"Tetapi kurasa kalaupun kau laki-laki, aku akan menyukaimu," Oliver menatap dengan semu merah diwajahnya, aku mendadak merinding dan menatap anak berusia sama denganku itu.

"Jangan bercanda--"

BUGH!

"Maaf," aku sedikit mengaduh, menoleh dan menemukan seorang senior yang tampak hanya berdiri dan menatap dingin kearahku dan Oliver. Mungkin orang-orang akan aneh jika diberikan tatapan seperti itu, tetapi untukku yang sering melihat tatapan Claude, itu bukan sesuatu yang aneh, "maaf senior, kau menghalangi jalan."

"Ah," ia diam dan hanya menggeser tubuhnya.

"Dia minta maaf saja tidak, dasar orang aneh," Oliver menatap jengah kearah senior itu. Aku sendiri hanya memandanginya sambil ditarik berjalan menjauh darinya.

⁰¹⁰¹⁰¹

"Kau Nathan? Aku bisa memanggilmu Nate kan?"

Kulihat kearah pemuda berambut putih yang tampak menghampiriku saat tahun keduaku di Arlanta. Aku pernah melihatnya menjadi salah satu mentor sihir. Kurasa namanya senior Emerson, orang-orang bilang ia terlihat angkuh karena ia adalah seorang pangeran. Tetapi kurasa tidak seperti itu.

Ia bukan berasal dari keluarga Duke. Kenyataannya adalah ia seorang pangeran dari kerajaan tetangga.

"Tentu Pangeran, apa ada yang bisa kubantu?"

"Kurasa akan sedikit canggung jika seorang pangeran memanggilku dengan nada resmi seperti ini. Santai saja padaku," ia tersenyum, mataku membulat dan butuh waktu beberapa detik untuk mencerna perkataanku.

"Tunggu, apa?!"

"Jangan kaget," ia mengangkat kedua tangannya, mengarahkannya pada dua mataku hingga sihir yang kugunakan menghilang dan menampakkan iris biru permataku, "sayang sekali mata indah itu harus disembunyikan."

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Hm, entahlah?" Emerson tersenyum penuh arti dan memiringkan kepalanya. Aku tidak percaya dengan mudahnya pemuda itu bisa menghilangkan sihirku. Aku menganggap remeh hanya karena di novel sosok Lucas dan Eternitas sudah tampak kuat, "tenang saja, aku tidak berminat untuk memberitahukan itu padamu. Tetapi..."

Ia mengulurkan tangannya dan tersenyum.

"Kita berteman?"

⁰¹⁰¹⁰¹

Tahun demi tahun berlalu.

Aku disibukkan dengan pelajaran yang ternyata lebih seru daripada yang kuduga banyak hal yang tidak kuketahui diluar Obelia. Tanpa kusadari, aku malah melupakan targetku untuk lulus lebih cepat daripada Ijekiel yang membutuhkan waktu 7 tahun. Memang, sebenarnya aku sudah banyak melompat kelas dan bisa saja lulus tahun lalu.

Namun, ada satu dua hal yang membuatku memilih untuk memperlambat kelulusanku. Salah satunya karena pada akhirnya aku senang bergaul dengan teman-temanku disini terutama Emerson juga Oliver. Dan kurasa masih banyak hal yang bisa kucoba pelajari disini selain dari buku-buku pelajaran.

Jangan salahkan aku, aku lebih suka belajar dari mereka yang berasal dari kerajaan yang dimaksud daripada harus membaca di buku. Seperti tentang kerajaan dimana Emerson tinggal, kerajaan itu adalah kerajaan yang dipenuhi oleh penyihir sepertinya. Lahir dengan kekuatan sihir yang besar adalah sesuatu yang biasa.

Bahkan, untuknya yang baru bisa membangkitkan sihir di usia 5 tahun, itu adalah sebuah keterlambatan.

Itu hanya satu dari banyak hal yang kupelajari disini dan membuatku memutuskan untuk tinggal lebih lama disini.

"Yang harus kau lakukan hanyalah menggunakan formula di halaman 5 bukan halaman 3. Sihir seperti yang kau lakukan membutuhkan mana yang spesifik Emerson."

"Benarkah? Formula keduanya mirip, aku selalu tertukar satu dengan yang lainnya," Emerson menghela napas dan kami tampak sedang belajar untuk ujian tahun ketujuh pelajaran sihir disini. Aku terkekeh pelan, mencoret beberapa hal di kertas, "aku tidak mengerti kenapa kau tidak berusaha lulus dengan cepat. Aku yakin harusnya kau bisa menyelesaikan pelajaran disini sejak lama."

"Katakan saja aku suka mempelajari hal diluar pelajaran. Lagipula tidak buruk menghabiskan waktu dengan kalian bertiga," aku mencoba menggerakkan tanganku, namun satu gerakan salah dan tanganku terbakar oleh sihir api.

"Ouch."

"Tidak apa?" Emerson memegang tanganku dan memeriksa apakah ada luka bakar atau tidak. Aku terkekeh pelan, Emerson dan Oliver selalu seperti itu walaupun aku hanya terluka sedikit.

Terutama...

grep!

Seseorang tampak memegang tanganku dengan erat namun menariknya dengan lembut. Kulihat, Xavier tampak menatap kami berdua dengan tatapan datarnya.

"Apa yang kalian lakukan?"

"Ah, pawangnya datang," Emerson tersenyum tanpa rasa bersalah. Memang, aku dan Xavier adalah sepasang kekasih di tahun ke tujuhku di Arlanta. Hanya Emerson dan juga Oliver yang mengetahui hubungan kami berdua, "tadi Nate melakukan kesalahan di mantra sihir. Jadi tangannya malah terbakar."

"Aku hanya salah menggerakkan bagian ini."

"Tidak sepertimu. Bukankah ini bagian yang paling mudah?"

"Ugh bukan berarti aku bisa melakukannya," aku memutar bola mataku dan menoleh pada Xavier. Ia bukan seorang yang memiliki mana yang cukup untuk menjadi penyihir. Jadi, kurasa pembicaraan ini sedikit susah dimengerti olehnya.

"Ah, maaf. Apakah kau merasa bosan?"

"Tidak, aku akan suka dengan apa yang sedang kau bicarakan," Xavier berbicara seperti itu sambil memalingkan wajahnya. Wah, aku tidak menyangka ia akan berbicara seperti itu. Aku sedikit malu mendengarnya.

"Wah, aku seperti nyamuk diantara kalian. Ya sudah, biar aku obati dulu dengan sihir penyembuh."

"Thanks Emerson," entah kenapa sihir yang kumiliki tidak punya efek menyembuhkan seperti sihir lainnya. Jadi, aku tidak bisa mengobati, "eh!"

Xavier menarik tanganku dan tampak membawaku menjauh. Kudengar Emerson hanya menghela napas dan menggelengkan kepalanya saja.

"Jangan lupa gunakan pengaman! Dan pastikan pintu terkunci," memang ia pikir kami akan melakukan apa?!

⁰¹⁰¹⁰¹

"Bisakah aku menciummu?"

Xavier menatapku, mataku sedikit membulat. Mengenalnya selama 7 tahun dan berstatus kekasih sejak tahun lalu, ia tetap saja canggung untuk melakukan apapun padaku meski hanya menyentuhku. Aku terkekeh, menarik dasi yang ia kenakan hingga jarak kami cukup dekat. Saat ini, kamj berada di ruang kesehatan dan karena tabib sekolah tidak ada, Emerson yang mengobati lukaku.

Hanya ada aku dan dia.

"Bukankah sudah kukatakan tidak perlu meminta izin padaku? Atau, aku masih harus memberikan langkah awal padamu?" Aku berbisik, sedikit menggodanya yang saat ini wajahnya memerah. Ia melingkarkan tangannya di pinggangku, dan menatapku dengan semu merah di wajahnya.

"Kau selalu bisa menggodaku," ia berbisik, mendekat dan memberikan ciuman yang lembut awalnya. Namun, saat kudekatkan lebih dekat padanya, ia mulai mendominasi dan memasukkan lidahnya kedalam bibirku. Ciuman itu berlangsung cukup lama, napasku sedikit sesak karena kehabisan oksigen. Namun baik Xavier ataupun aku, kami tidak ada maksud untuk melepaskan momen itu.

Aku hanya membuka mata sedikit, saat mataku segera menangkap seseorang yang baru masuk dan melihat dengan jelas apa yang kami lakukan didepan mata.

Yang terpenting dan yang paling kacau.

...dia adalah Ijekiel.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro