02; Baby

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

...

Tunggu. Ijekiel?!

Dengan segera kudorong Xavier agar kami terpisah dari ciuman itu. Kulihat Ijekiel yang tersentak melihat apa yang kulakukan, kami saling bertatapan, sebelum Ijekiel memiringkan kepalanya dan tersenyum polos.

"Kiel?" Suara salah satu anak dibelakangnya tampak membuat anak itu menoleh, "ada apa? Ayo masuk."

"Ah," ia kembali menatap kearahku dan pakaianku yang sedikit ahem berantakan, "tabib sedang tidak ada di ruang kesehatan. Sebaiknya kita minta bantuan senior kelas sihir saja Eugene."

"Eh? Baiklah," Ijekiel menoleh lagi padaku dan tampak menaruh telunjuknya didepan bibirnya. Wajahku memerah mendadak, tidak menyangka jika anak berusia 7 tahun itu akan datang dan melihat kondisiku seperti ini.

Sepertinya ada yang lupa...

"Ah!" Aku menoleh dan menemukan Xavier yang tampak tertunduk lesu karena mengira aku menolaknya karena tidak suka.

⁰²⁰²⁰²
Nathan's POV
⁰²⁰²⁰²

"Selamat siang senior."

Aku memutuskan untuk mendatangi Ijekiel setelah insiden itu. Ia sepertinya mengetahui tentang kedatanganku, dan hanya menatapku sambil tersenyum ramah. Itu hanya membuatku semakin kesal, kugebrak dinding di belakangnya dan hanya tersenyum kesal padanya.

"Kau melihatnya waktu itu bukan?"

"Melihat apa?" Ijekiel masih tersenyum dan memiringkan kepalanya. Usianya 7 tahun kan karena beda usiaku 7 tahun dan tahun ini usiaku 14 tahun. Itu artinya ini adalah tahun pertamanya di Arlanta. Jadi, Athanasia juga sudah bertemu dengannya.

"Di ruang kesehatan."

"Ah," Ijekiel tampak seolah baru sadar apa yang dikatakan olehku. Namun aku tahu ia hanya berpura-pura, "tidak apa-apa, aku tidak mengatakan pada siapapun tentang ciuman kakak."

Sial.

"Saya tidak akan mengatakan apapun pada yang lain termasuk ayah dan juga Yang Mulia Claude," oh jadi ia juga tahu tentangku yang berasal dari Obelia. Tentu saja, kurasa beberapa kali juga aku bertemu dengan Roger Alpheus meski hanya lewat, dan kurasa beberapa kali Ijekiel ikut dengan ayahnya. Tetapi aku tidak pernah sempat berbincang dengannya jadi ini kali pertama aku berbicara dengannya.

Ah, aku ingin menanyakan tentang Athanasia.

"Apakah kau sudah bertemu malaikat?"

"Malaikat?" Ia memiringkan kepalanya dan tampak menatap bingung kearahku, "oh, saya rasa saya melihat malaikat. Beberapa hari yang lalu, di ruang kesehatan. Anda terlihat seperti malaikat senior Nathan."

Bukan itu, wah anak sialan. Umur 7 tahun sudah bisa menggoda orang lain. Tentu saja ia harusnya tahu yang kumaksud adalah Athanasia. Apakah ia ingin menyembunyikannya?

"Aku tahu kau bertemu dengan Tuan Puteri di kediaman Alpheus."

...

"Maaf, tetapi saya memang pernah mendengar tentang tuan puteri. Tetapi, saya tidak pernah bertemu dengannya," serius? Apakah ia benar-benar sebegitu inginnya menyembunyikan pertemuannya dengan Athanasia?!

"Kau pernah menangkap seorang anak perempuan yang jatuh dari langit."

"Tidak, aku yakin jika ada anak perempuan yang seperti itu aku akan mengingatnya. Satu-satunya yang kutemui mirip dengan malaikat hanya kakak senior," ia mengatakannya dengan nada tidak bersalah. Kepalaku mendadak pusing karena dua hal. Rayuan anak berusia 7 tahun yang hampir termakan olehku, juga karena kenyataan jika Ijekiel tidak bertemu dengan Athanasia dalam 7 tahun ini.

Aku yakin Ijekiel bertemu 2x dengan Athanasia saat usia Athanasia 5 dan 7 tahun. Harusnya Lucas membawanya ke kediaman Alpheus. Apa yang terjadi?!

"Kakak senior tidak apa?"

Tidak menjawab perkataan dari Ijekiel, kuputuskan untuk menghilang dan meninggalkan dia begitu saja. Beberapa minggu lagi akan libur dan aku akan kembali ke Obelia. Aku akan mencari banyak informasi tentang Athanasia.

⁰²⁰²⁰²

"Dimana Athanasia?"

Aku tidak ingin mengambil resiko dengan menanyakan Athanasia kepada Claude. Awalnya aku ingin bertanya kepada Lily, tetapi aku tidak menemukannya dimanapun dan aku mengincar pilihan keduaku Felix. Mendengar pendapatku, Felix mengerutkan dahinya.

"Di istana Ruby tentu Tuan Muda."

"Ini jam minum teh Athy dan Yang Mulia bukan? Lalu apa kau tahu penyihir bernama Lucas?" Felix menatapku cemas seolah aku sedang melindur. Jawabannya, membuatku segera berlari kearah istana ruby mengabaikan teriakan dari Felix.

⁰²⁰²⁰²

Aku memilih untuk tidak kembali ke Obelia selama belajar di Arlanta karena aku ingin memberikan waktu yang banyak untuk Athanasia dan juga Claude. Tapi, jika tahu ada keanehan seperti ini, tentu aku bahkan akan dengan segera menolak permintaan Claude untuk aku bersekolah di Arlanta.

Kenapa Felix mengatakan Claude tidak pernah bertemu Athanasia? Kenapa Ijekiel mengatakan ia tidak pernah bertemu dengan Athanasia? Kenapa tidak ada Lily disini? Dan kenapa Lucas tidak ada? Pertanyaan itu berkecamuk dalam pikiranku, hingga saat dimana langkahku berhenti didepan istana Ruby.

"Tuan Puteri Athanasia, bagaimana kalau hari ini minum teh? Saya sudah menyiapkan cokelat yang anda sukai," aku melihat Lily disana, lalu seorang anak perempuan yang hanya duduk murung, menatap kearah kaki yang bergoyang.

"Ayahanda... tidak mengunjungiku lagi hari ini?"

"Yang Mulia sangat sibuk Tuan Puteri. Tetapi saya akan menemani anda," Lily tersenyum, Athanasia tampak tersenyum tipis. Berbeda dari apa yang ada di cerita, dimana Athanasia digambarkan dengan sosok yang ceria, yang kulihat saat itu adalah anak perempuan yang tampak murung dan pendiam sedikit pemalu. Ia juga tampak sangat sedih seolah tidak pernah bertemu dengan Claude.

Oh sial...

Aku terlempar bukan ke dimensi "Who Made Me a Princess".

...

Ini adalah cerita Lovely Princess.

"Athanasia."

⁰²⁰²⁰²
Author's POV
⁰²⁰²⁰²

"Kudengar Nathan kembali dari Arlanta."

"Itu," Felix tidak menyusul Nathan saat berlari menuju ke istana ruby. Claude memanggilnya untuk menanyakan posisi Nathan yang katanya pulang dari Arlanta setelah 7 tahun lamanya, "Pangeran terburu-buru menuju ke istana Ruby."

"Istana Ruby?"

"Ya, dan ia menanyakan," Felix ragu mengatakannya. Mereka tidak pernah membicarakannya sebelum ini. Tetapi ia sendiri juga kaget karena Nathan tiba-tiba menanyakan tentang Athanasia, "Pangeran menanyakan tentang Puteri Athanasia."

"Apa?" Felix sedikit menyerengit karena tatapan Claude. Claude tampaknya tidak suka, entah karena Nathan yang menemui Athanasia--seseorang yang ia buang, atau karena Nathan yang 7 tahun tidak kembali bukannya mencarinya atau yang lain namun langsung mencari Athanasia.

"Apakah saya harus memanggil Pangeran kemari?"

"Tidak, tidak perlu."

⁰²⁰²⁰²
Nathan's POV
⁰²⁰²⁰²

"Ah, selamat siang Tuan Muda. Sudah lama tidak bertemu dengan anda," aku hanya pernah bertemu dengan Lily saat Athanasia baru lahir. Aku mengangguk, dan Athanasia hanya menatapku sejenak sebelum mundur dan bersembunyi di belakang Lily, "Tuan Puteri, ia adalah Tuan Muda Nathan. Dia adalah sepupu jauh tuan puteri."

Sebenarnya tidak jauh juga. Kakak tiri ayahmu adalah ayahku. Athanasia menoleh pada Lily dan kemudian padaku. Yang kulihat, Lovely Princess Athanasia memang gadis yang pendiam dan tidak biasa bertemu dengan orang. Ah sial, kalau begini aku terlewat dua tahun dari Athanasia bertemu dan dekat dengan Claude.

"Hei," ia tersentak, tidak nyaman sepertinya dengan orang baru. Aku tersenyum dan mengulurkan tanganku, "namaku adalah Nathan. Kau bisa memanggilku Nate. Apakah aku bisa memanggilmu Athy?"

"Athy?"

"Ya, seperti teman-temanku menyingkat namaku dari Nathan menjadi Nate. Aku bisa menyingkat namamu dari Athanasia menjadi Athy?" Athanasia tampak ragu, menarik pakaian Lily dan menoleh pada maidnya itu. Lily tersenyum, ia mengangguk.

"Uh, apakah itu artinya... kakak akan menjadi temanku?" Ugh, seperti inilah reaksi anak-anak normal. Bukan seperti si pemeran utama yang diceritakan baik dan ramah ternyata seorang penggoda, "saya tahu kalau tidak ada yang mau berteman dengan saya. Tetapi, kalau kakak menyingkat nama saya seperti teman-teman kakak, berarti kakak adalah temanku?"

"Tidak."

Athanasia tampak membulatkan matanya dan menunduk malu juga sedih.

"Kau bisa menganggapku sebagai kakakmu."

⁰²⁰²⁰²
Author's POV
⁰²⁰²⁰²

"Kau ingin mengambil ujian kelulusan tahun ini? Kukira kau bilang kau ingin belajar lebih banyak daripada yang ada di buku," Oliver menatap Nathan yang sudah menyiapkan diri untuk kelulusan. Oliver tentu yang paling tahu jika sebenarnya Nathan bisa saja lulus sejak tahun kemarin. Tetapi, ia lebih memilih untuk tetap berada disana karena memang pertama karena hubungannya dengan Xavier, ia memutuskan menunggu pria itu untuk lulus.

"Aku berubah pikiran."

...

"Kau putus dengan Xavier? Aku punya kesempatan dekat denganmu dong," tukas Oliver tanpa rasa bersalah cukup untuknya mendapatkan pukulan telak di kepalanya dan membuatnya mengaduh.

"Kami tidak putus, dan aku ingin cepat lulus karena ada masalah keluarga," jawabnya sambil bergumam. Oliver berhenti mengaduh sambil tertawa sebelum menatapnya dengan tatapan serius.

"Apa yang dilakukan oleh Yang Mulia?"

"Tidak ada, ada sesuatu yang harus kuurus mulai sekarang. Lebih penting daripada ini semua," Oliver tahu jika Nathan suka belajar, ia suka mencari tahu sesuatu. Dan yang terpenting, hubungan Nathan juga Xavier sangat baik. Jadi, ia tahu jika apa yang dihadapi oleh Nathan adalah sesuatu yang sangat penting.

"Kalau begitu aku juga akan mengambil ujian kelulusan juga saja. Tidak akan seru kalau tidak ada kau," jawab Oliver dengan gampangnya. Nathan tampak menatap Oliver yang serius akan melakukannya.

"Naikkan dulu peringkatmu sampai 5 besar."

"Hei, aku bisa melakukannya kalau serius!"

⁰²⁰²⁰²

Sebenarnya Nathan sendiri juga tidak tahu apa yang harus ia katakan jika bertemu dengan Xavier. Pada akhirnya, yang bisa ia lakukan hanyalah menghindar. Tentu saja Xavier akan mendapatkan kabar Nathan yang mengambil ujian kelulusan tiba-tiba. 

"Sudah kuduga aku tidak salah merekomendasikanmu sejak dulu untuk mengambil ujian kelulusan. Kau mendapatkan nilai tertinggi untuk ujian tahun ini."

Butuh waktu 2 bulan sampai ujian kelulusan dimulai, selama itu juga ia menghindar dari Xavier. Hari itu kepala sekolah di akademi mengumumkan jika ia lulus dan mendapatkan nilai tertinggi. Ia tidak peduli dengan itu saat ini, jadi satu hal yang ia tanyakan setelah itu adalah--

"Aku tidak butuh wisuda. Aku akan kembali ke Obelia besok."

...

"Eh?"

⁰²⁰²⁰²

"Apakah Kak Nathan tidak kembali lagi hari ini Lily?"

Sejujurnya, setelah Nathan mengatakan untuk Athanasia memanggilnya dengan sebutan kakak, Athanasia yang tidak pernah memiliki keluarga yang menyayanginya selain Lily benar-benar menunggu Nathan yang berjanji akan menemuinya lagi. Tentu setiap hari selama berbulan-bulan sebelum Nathan kembali, ia menunggu di tempat pertama kali mereka bertemu.

"Saya rasa Tuan Muda sedikit sibuk, ia sedang belajar di Arlanta Tuan Puteri," Athanasia tahu, karena setiap kali ia menunggu Nathan, Lily akan mengatakan hal itu. Dan ia belajar jika Arlanta adalah tempat orang-orang untuk belajar dan butuh waktu lama untuk lulus disana, "tetapi Tuan Muda sudah berjanji pada anda bukan? Tuan Muda Nathan akan kembali menemui anda."

"Itu benar, aku tidak akan pernah melanggar janjiku."

"Kak Nathan!" Athanasia tampak menoleh dengan cepat saat mendengar suara yang bahkan hanya ia dengar beberapa kali. Ia sangat bersemangat, karena memang hanya Nathan dan Lily yang memperlakukannya dengan lembut.

"Apa yang kukatakan tentang panggilanku?"

"Eh-ehm, kak Nate?" Nathan memegang dadanya, bahkan di versi Lovely Princess, Athanasia tetap yang paling manis. Menurutnya, "kakak cepat sekali datang. Bukankah liburan di Arlanta baru beberapa bulan lagi?"

"Jadi kau tidak ingin bertemu dengan kakakmu ini?"

"Ti-tidak, aku sangat ingin bertemu dengan kakak," lihat, benar-benar manis kan? Nathan tidak pernah mengerti apa yang ada di dalam pikiran Claude yang tidak terpikat dengan keimutan dari Athanasia dan malah lebih memilih Zenith yang jelas ia tahu Claude tidak akan pernah terlalu bodoh untuk tahu jika Zenith bukan anaknya, "hari ini Lily membuatkan kue cokelat, apakah kakak suka kue cokelat?"

"Sangat suka," Athanasia tersenyum sangat lebar saat itu, dan segera menarik tangan Nathan. Lily yang melihat pemandangan itu tampak tersenyum lega. Bagaimanapun juga, selama ini hanya dirinya yang bersikap lembut pada Athanasia. Para pelayan lainnya enggan untuk mengurusnya sepenuh hati karena Athanasia adalah seorang dengan kepribadian tertutup.

⁰²⁰²⁰²

"Kudengar Nathan sudah kembali dari Arlanta dan lulus dengan nilai tertinggi."

Felix mendengar perkataan dari Claude dan tidak yakin harus memberitahukannya dulu atau tidak. Tentu saja Felix tahu jika Nathan sudah kembali. Ia juga sudah pernah bertemu dengan Nathan di hari pertamanya kembali ke istana. Tetapi, setelah itu ia kembali menghilang dan pergi menuju ke istana Ruby.

"Tuan Muda sedang pergi ke istana Ruby, Yang Mulia," Claude menghentikan apa yang sedang ia kerjakan, tampak menatap Felix dengan tatapan tidak bisa ditebak. Dua kali, Nathan kembali dari Arlanta dan sama sekali tidak menyapa atau memberitahukan keberadaannya pada Claude. Ia mengetuk-ngetukkan jemarinya pada meja kayu didepannya.

"Apakah saya harus memanggilnya Yang Mulia?"

"Tidak perlu," Felix hanya diam, menatap Claude yang bahkan tidak menatapnya. Semenjak kematian Diana, tentu Claude semakin menutup hatinya, menghabiskan waktu untuk bekerja tanpa istirahat. Felix sangat khawatir tentu saja.

"Bagaimana kalau anda beristirahat dulu? Saya bisa membuatkan teh untuk anda."

"Tidak perlu, kau bisa kembali ke tempatmu dan beristirahat," Felix terdiam, ia menatap kearah Claude berharap ia bisa membuat Claude beristirahat dan sedikit tenang.

"Segala keagungan dan kemuliaan Matahari Obelia..."

⁰²⁰²⁰²

Nathan ingin membantu Athanasia untuk bisa berani menghadapi ayahnya. Maksudnya, ia yang membaca webtoon Who Made Me a Princess tentu saja tahu jika Claude itu suka dengan orang yang melawan dan tidak membosankan. Tetapi yang susah adalah Athanasia terlalu tertutup dan tidak percaya diri.

Claude menyayangi Athanasia kok, di webtoonnya ia bahkan tidak ragu untuk mengorbankan nyawanya.

"Jika ayahanda menyayangiku, pasti ia akan sering mengunjungiku dan akan mengunjungiku seperti yang dilakukan oleh kak Nate bukan?" memang apa yang dikatakan oleh Athanasia ada benarnya, tetapi Nathan tahu Claude tidak akan mungkin memulai duluan.

"Pertama, kau harus bisa membiasakan diri untuk memanggil Yang Mulia dengan sebutan papa."

...

"Bu-bukankah itu memalukan?" memang sih, sedikit geli mendengarnya. Tetapi satu langkah Athanasia saat Claude menanyakan dirinya adalah sebutan papa. Memang menggelikan tetapi Claude akan suka dengan panggilan itu.

"Dan jangan bersifat kaku didepannya."

"Bagaimana--"

"Contoh kakakmu ini," ia memukul dadanya sendiri dan bangga karena beberapa kali melawan Claude. Athanasia tertawa kembali, Nathan berpikir bagaimana jika ia membawa kabur Athanasia saja dan tinggal diluar istana.

"Oh satu lagi, bagaimana kalau kita pergi keluar besok?"

"Keluar?"

⁰²⁰²⁰²

"Waah," besoknya Nathan benar-benar membawa Athanasia pergi keluar dari istana. Ia menggunakan teleportasi dan membawa Athanasia menuju ke pasar, "bagaimana kakak bisa melakukannya?!"

"Sihir, aku bisa menggunakan sihir. Dan itu bisa digunakan untuk hal seperti ini," Nathan menutup mata Athanasia dengan satu tangannya, mengubah warna iris Athanasia menjadi berwarna merah. Athanasia melihat di etalase toko dekat mereka dimana iris matanya berubah menjadi merah.

"Ka-kakak bisa ajari aku?!"

"Hm, nanti akan ada yang mengajarimu. Benar juga, sebentar lagi waktunya ya," Nathan memikirkan di usia Athanasia yang ke-7, ia akan membangkitkan kekuatan sihir. Di webtoon, Athanasia akan dalam keadaan sekarat namun ada Lucas. Tetapi, Lucas tidak ada dan tidak bertemu dengan Athanasia.

Tetapi di novel tidak disebutkan jika Athanasia membangkitkan kekuatan sihir. Nathan hanya bisa berharap jika Athanasia tidak bertemu dengan si Hitam. Ia menghela napas, tampak berjalan mengikuti Athanasia dari belakang.

"Ayo beli pakaian untukmu."

"Eh?"

⁰²⁰²⁰²

Pakaian milik Athanasia tidak begitu banyak yang bagus. Tentu saja karena uang yang diberikan oleh Claude sering dikorupsi oleh beberapa maid yang jahat. Mungkin di webtoon Athanasia bisa melawan, tetapi jika disini Athanasia bahkan berbicara dengan kaku didepan para maid.

"Kak..."

"Hm?"

"Apa kita tidak terlalu banyak membeli pakaian kak?" 

"Tidak juga," Nathan menunjuk kearah tumpukan tas kertas dari beberapa toko baju. Ia memiliki uang yang banyak yang diberikan oleh Claude untuk uang sakunya. Ia tidak banyak menggunakan uang itu selain untuk kebutuhan sehari-hari yang benar-benar penting seperti membeli buku, dan seragam.

"Aku sudah mengabari Lily akan mengajakmu untuk berbelanja. Jadi kalau barang ini seperti ini," dengan sekali jentikan, tumpukan itu menghilang, "dan muncul didepan Lily."

FYI, Lily cukup kaget walau tahu Nathan akan membelikan pakaian untuk Athanasia.

"Tidak akan jadi masalah."

Athanasia menatap kearah Nathan sebelum tersenyum simpul. Nathan mengusap kepala Athanasia dan menghela napas. Akan susah untuk bisa mengikuti alur dari Who Made Me a Princess karena ia terlambat 2 tahun untuk memulai.

"Baiklah, kau ingin membeli sesuatu? Kau harus mencoba beberapa makanan disini," Nathan menarik lembut tangan Athanasia yang sedikit ragu namun pada akhirnya mengangguk dan mengikuti Nathan. Mereka menuju ke pasar dan membeli makanan juga kue. Melihat beberapa burung yang ada disana dan--

BRUK!

Suara itu adalah Athanasia yang tampak terjatuh karena menabrak seseorang. Ia mengaduh, dan suasana pasar yang ramai membuat ia terpisah dari Nathan yang sudah berjalan berbelok melihat perhiasan yang akan cocok dipakai oleh Athanasia.

"Ma-maafkan aku..."

"Tidak apa--aku juga yang salah dan--" yang ditabrak berhenti berbicara, anak perempuan berambut cokelat panjang dengan mata berwarna biru itu tampak membulatkan matanya seolah sadar siapa yang ada disana, "--aku minta maaf, kau tidak apa-apa?"

"Ya..."

"Baguslah, apakah kau tersesat? Datang kemari dengan siapa?" Athanasia akan menunjuk Nathan namun ia tampak kebingungan karena Nathan yang harusnya ada didekatnya malah tidak ada. Panik, ia tampak menunduk dan tidak mengatakan apapun.

"Namaku adalah Zenith, Zenith Margarita."

"A--" ia akan menyebutkan namanya namun berhenti berbicara, "Athy, kau bisa memanggilku begitu."

Nathan selalu memanggilnya Athy, lagipula nama Athy tidaklah begitu khusus. Gadis kecil itu tersenyum, tampak menatap kearah Athanasia sebelum mengulurkan tangannya.

"Ayo, aku juga sedang mencari kakakku. Aku akan menemanimu," Athanasia tampak ragu namun menggandeng tangan Zenith begitu saja. Mereka berjalan, tampak mencari keberadaan dari Nathan dan kakak Zenith.

⁰²⁰²⁰²
Zenith's POV
⁰²⁰²⁰²

'Benar-benar anak yang suram,' Zenith menoleh kearah Athanasia yang tidak mengatakan apapun. Ia memperhatikan dengan teliti dari atas hingga bawah, matanya terpicing dan menyembunyikan senyuman miringnya.

'Yah, sepertinya di novel tidak disebutkan Zenith bertemu dengan Athanasia di pasar. Tetapi kurasa Zenith juga tidak sama sekali pernah kabur dari kediaman Alpheus untuk pergi ke pasar,' ia mendengus, tampak menatap kearah Athanasia.

'Anak malang, tetapi yang akan menjadi pemeran utamanya adalah aku, aku akan menjadi pusat perhatian dan mengambil semua milikmu,' Zenith tersenyum miring, tampak menatap iba namun dengan raut mengejek. 

'Dan kau, hanya ditakdirkan untuk mati.'

⁰²⁰²⁰²
Author's POV
⁰²⁰²⁰²

"Athy, bagaimana bukankah kalung ini sangat manis untuk--" Nathan yang sudah mendapatkan yang cocok untuk Athanasia--semua perhiasan dari ujung kanan ke ujung kiri dari toko itu, ia baru menyadari Athanasia tidak ada.

"Athy? Athanasia?" Ia menoleh dan tidak menemukan siapapun disana. Ia baru saja akan meletakkan kalung itu kembali saat seseorang menabraknya, "maaf, aku tidak melihat--"

"Tidak apa-apa," ia dan orang itu menunduk untuk mengambil perhiasan yang terjatuh karena disenggol oleh Nathan, "oh, senior malaikat?"

Nathan ingat suara itu, ia menoleh dan menemukan Ijekiel yang memberikan sebuah cincin padanya yang sudah terulur dan akan diterima oleh Nathan. 

...

"Bocah mesum."

TeBeCe

Jadi, di cerita ini bakal Bashing!Zenith aka Zenith jadi nyebelin dan antagonis. Dia juga bukan Zenith di cerita tapi orang yang traveller juga kaya si Nathan. Jadi statusnya sekarang itu :

- Nathan (Dimension traveller - Who Made Me a Princess) - 14 tahun 
- Athanasia (Lovely Princess - non traveller) - 7 tahun
- Zenith (Dimension Traveller - Lovely Princess) - 7 tahun

Jadi Zenith itu cuma pernah baca novelnya, dan Nathan sudah baca webtoonnya. 

Komen dong gimana ceritanya. Pengen gitu kaya cerita² lain yang komennya banyak 🥲 tapi emang ceritanya aneh dan ga menarik sih mungkin...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro