(24) They're Back

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Semenjak perdebatan kemarin, persahabatan mereka renggang. Sekarang hanya ada the most wanted seperti Rescha, Bian, Arsha, Kenzie, Atha, Cherly. The nerd seperti Flo dan Abel.

Siswa siswi disana banyak yg tak terima karena mereka bubar, guru guru pun ikut kecewa dengan mereka karena selama ini mereka dikenal dengan solidaritas yg tinggi tanpa mengenal derajat. Ada juga yg senang karena bisa mendekati orang yg disukainya yaitu Rescha, Arsha, Flo, dan Abel.

Flo memutuskan Arsha pada malam harinya setelah kejadian itu dengan alasan tak terima jika dia membela Diana ketimbang membela Abel. Arsha tak terima dengan keputusan Flo. Tapi Flo sudah mutlak dengan keputusan itu.

Hubungan Abel dan Rescha kini tak diketahui kejelasannya. Ingin memutuskan Rescha namun tak berani memutuskan. Begitu juga dengan Rescha yg kekeh untuk mempertahankan hubungan ini. Rescha marah kepada Flo, karena ia selalu meyakinkan Abel bahwa dirinya tak perlu takut untuk memutuskan Rescha. Rescha terus saja mengoceh kepada Flo bahwa ia tak akan pernah mau putus dengan Abel. Namun perkataan Flo membuat Rescha terdiam.

Untuk apa mempertahan kan suatu hubungan jika salah satu dari kalian tidak mempercayai pasangan kalian sendiri. Ingat dalam sebuah hubungan harus ada kepercayaan karena kepercayaan itu sendiri yang mempertahankan hubungan kalian.

Rescha bertanya kepada Flo, apa salahnya ia membela sahabatnya itu ralat mantan kekasihnya itu, sudah terbukti dengan jelas bahwa Abel melukai Diana.

Flo menjawab dengan sinis, apa salahnya kau mencari bukti terlebih dahulu, bisa saja dia melukai dirinya sendiri dan menuduh Abel yg tak tau apa apa.

Rescha tak bisa menjawab apa apa lagi kali ini. Perkataan Flo membuatnya bimbang, apakah ia harus membela Diana atau Abel.

Bukan hanya Rescha, mereka pun sama hanya saja mereka lebih memilih Diana daripada Abel. Sikap Bian menjadi dingin ketika dia berhadapan dengan Abel. Ada rasa kasihan di hatinya, tapi ia tak peduli yg jelas disini yg bersalah adalah Abel.

Abel sendiri memang sedih, tapi ia tak peduli. Mungkin ini ujian hidup yg harus dijalani. Dan suatu saat ia akan mendapatkan kebahagiaan karena sudah tuntas menghadapi ujian ini.

Walau ia tak tau, kapan ujian ini akan berakhir.
__

Bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa siswi bersorak girang setelah tau jika bel ternyata tidak rusak. Mereka mulai membereskan buku buku yg berserakan, dan memilih untuk pulang atau pun jalan jalan.

Sama halnya dengan Abel dan Flo. Mereka pulang dengan sikap yg seolah olah memang tak terjadi apa apa.

"Abel pulang yok, tapi jalan kaki. Gue kangen masa masa kita pulang sekolah sambil jalan kaki. Sekalian kita kunjungi makan Rena", ajak Flo.

Abel hanya mengangguk lalu berkata, "Iya, aku kangen sama dia".

Mereka mulai berjalan sambil berbincang bincang. Flo yg bercerita tentang komedi, dan Abel yg membalas dengan tawaan. Flo merasa senang, setidaknya Abel sudah melupakan masalah di sekolah.

Saat mereka sudah sampai, mereka mendekati makam. Menyirami dan menaburkan bunga bunga. Tak lupa juga mereka melantunkan doa untuk sang sahabat agar dia tenang di atas sana. Setelah selesai mereka kembali berjalan, rencana kali ini Abel akan menginap di rumah Flo. Ia rindu dengan rumah itu.

Tiba tiba datanglah beberapa orang berpakaian serba hitam menghampiri mereka dengan seringaian. Abel menarik Flo agar Flo berada di belakangnya. Ia ingat siapa orang orang yg berada di depannya itu.

Mereka kembali

Ini yg Abel takutkan, mereka akan kembali dan menghancurkan hidupnya dan Abel. Ia berusaha melindungi Flo yg tubuhnya sudah bergetar daritadi.

"Penyamaran kalian itu tidak bisa mengelabui kami. Sekarang kami datang, setelah bertahun tahun kami menunggu akhirnya kami bisa menghancurkan kalian" ucap salah satu dari mereka yg diduga adalah ketuanya.

"Sebenarnya apa yg kalian inginkan, tidak cukup kah kalian menghancurkan dan membunuh salah satu dari kami. Kami mohon, jangan lagi kalian menganggu kami lagi" ucap Abel dengan tatapan tajam.

"Dulu saat kalian masih kecil, kami berencana hanya untuk menghancurkan bisnis orang tua Flo dan Rena. Tapi rencana itu seketika hancur dengan kedatanganmu. Dan itu membuat kami menginginkan kalian hancur, oh ralat menginginkan seorang Angela Cristabel Zefanya hancur. Dan kedatangan kami kali ini, membunuh satu orang yaitu Flo" ucapnya membuat Abel dan Flo bergetar ketakutan.

Abel berusaha agar dirinya tak terlihat ketakutan agar Flo yg tubuhnya kini benar benar bergetar tidak ketakutan. Ia sudah bertekad untuk melindungi Flo.

"Kenapa kalian kembali? Kenapa kalian begitu antusias untuk menghancurkan kami?. Tak cukupkah kalian membuat kami menderita?"

"Kau sudah tau jawabannya bukan. Jadi untuk apa kami menjawabnya" ucap mereka dan pergi meninggalkan Abel dan Flo.

Tubuh Abel merosot membuat dirinya terduduk di jalan dengan lemah. Tatapannya kosong, kejadian itu mulai terbayang di otak Abel.

Flashback on

"Zefa, Renza, ayo kita main di taman" teriak seorang gadis yg sedang berlari bernama Rena.

"Tunggu kita Rena!" teriak Zefa dan Renza dengan nafas yg tidak teratur.

Ketika mereka sudah berada di taman, mereka bermain bersenang senang menikmati hari dengan cuaca yg mendukung. Tiba tiba datang lah seorang laki laki dengan wajah yg sedikit seram. Perasaan tak enak muncul di hati Zefa, tapi ia menepis semua perasaan itu.

"Hei gadis kecil, kalian sedang apa?" ucap Laki laki itu.

"Kami sedang bermain" ucap Rena.

"Jangan panggil kami gadis kecil, kami sudah besar"

"Iya iya paman percaya kok" ucap laki laki itu.

Tiba tiba

"Hmppt" Zefa, Renza, dan Rena dibekap dari belakang menggunakan sapu tangan yg sudah dicampuri dengan cairan yg membuat mereka pening. Tak lama kemudian mereka pingsan, dan dibawa oleh laki laki ke dalam mobil.
__

"Uhuk.. Uhuk.. Kita ada dimana" ucap Rena dan Renza yg baru saja sadar dari pingsannya.

"Aku tidak tau, tapi aku menduga bahwa ini gedung tua yg besar. Kalian jangan takut, aku pasti akan mengeluarkan kalian dari sini" ucap Zefa sambil berusaha melepaskan tali yg mengikat tangannya. Setelah lama mencoba akhirnya tali itu terlepas.

Dia melepaskan tali pada kakinya dan juga melepaskan tali yg mengikat Renza dan Rena. Setelah selesai mereka pergi ke arah pintu yg Zefa duga adalah jalan keluarnya. Saat mereka hampir sampai, beberapa laki laki datang dan mengetahui jika mereka akan kabur.

"Kalian pergilah, aku akan mengatasi ini" ucap Zefa dan dia pun menghajar para lelaki itu. Jangan remehkan kemampuan nya. Walaupun ia masih kecil atau terbilang sudah menginjak usia remaja. Ia sudah pandai berkelahi. Para lelaki itu sudah mendapat banyak luka.

Zefa sudah berancang ancang untuk berlari dan kabur. Tapi tiba tiba teriakan Rena membuat ia lengah. Rena berlari menghampiri Zefa yg masih kebingungan.

"Zefa awas!!" teriak Rena dan Renza. Zefa melihat kedepan dan seketika ia terkejut, didepannya berdiri salah satu lelaki membawa pistol yg diarahkan kepadanya.

Dor!!

Zefa menutup matanya, setelah sekian detik menunggu. Ia tidak merasakan sakit apa apa. Ia membuka matanya, dan terkejut dengan apa yg dilihat. Tubuhnya seketika menegang, dan bergetar hebat. Ia melangkah, menghampiri Rena yg sudah tergeletak dengan pakaian penuh darah.

"Ren-Rena" ucapnya, ia merengkuh kepala Rena dan disandarkan di paha Zefa.

"Re-Rena, bu-buka matamu. Aku tau k-kau pintar be-bercanda. T-tapi kumohon, j-jangan seperti ini" matanya berkaca kaca.

"Rena, bangun!! Bangun lah!! Kumohon!! Renaaa!!!" teriakan Zefa menggelegar disana.

Flo pun sama ia terkulai lemas ke lantai. Tak percaya jika sahabatnya akan ditembak.

"Hahaha" laki laki itu tertawa. Mereka senang jika salah satu dari mereka menderita.

Bruakk!!

"Angkat tangan, kalian semua terkepung!!" datang lah para polisi dan orang tua Rena dan Renza.

Mereka terkejut dan berusaha untuk kabur, tapi sayangnya tiga dari mereka tertangkap dan hanya satu orang yg berhasil kabur. Sebelum ia berhasil kabur ia berkata, "Dari kalian semua baru satu yg mati, saya pastikan suatu saat nanti kalian lah yg akan saya incar dan saya akan kembali untuk membuat kalian menderita". Setelah berucap seperti itu, ia pergi melalui jendela yg tidak ditempati oleh polisi.

Orang tua Rena dan Renza terkejut melihat kondisi anak anaknya dan Zefa. Seketika orang tua Rena menangis. Ayah Renza menenangkan Renza dan Ibu Renza menenangkan Zefa yg terus menerus menyalahkan dirinya sendiri.

"I-ini salahku, harusnya aku yg mati. Jika Rena tak melindungi ku, dia gak akan mati. Harusnya aku yg mati. Ini salahku, ini salahku!! Hiks.. Hiks.. Maafkan aku, maaf membuat anak kalian menderita. Maaf. Aku akan melakukan apapun agar kalian memaafkan. Aku rela nyawaku hilang, demi menebus semua kesalahan ku. Hiks.. Hiks.. Maaf maaf" ucap Zefa lirih dengan tatapan kosong.

"Sudah, ini bukan salahmu. Ini takdir, kami ikhlas dengan kepergian Rena. Sekali lagi jangan menyalahkan dirimu sayang. Disana Rena sudah tenang, jika kamu menyalahkan dirimu seperti ini, Rena akan sedih." ucap ibu Rena kepada Zefa yg masih menatap dengan tatapan kosong.
__

Sekarang mereka sedang berada di rumah sakit untuk mengecek kondisi Zefa dan Renza. Para orang tua lega karena dokter yg memeriksa Renza bilang bahwa Renza tidak ada luka apa apa dan hanya mengalami shock saja. Mereka juga khawatir dengan kondisi Zefa. Dokter bilang Zefa tidak memiliki luka serius hanya saja kejadian ini membuat Zefa trauma dan psikis terganggu. Dokter pun menyarankan agar Zefa dibawa ke psikolog.

Mereka setuju dengan saran dokter, dan segera membawa Zefa ke psikolog. Diminggu pertama, memang tidak ada perkembangan apapun dengan psikis Abel. Dia masih saja menggumamkan kata, 'ini salahku' dengan tatapan kosong. Mereka khawatir, mereka terus berfikir bagaimana caranya agar Abel sembuh.

Hingga suatu cara muncul dipikiran mereka. Mereka akhirnya mencoba cara itu. Setelah melakukan cara itu, kondisi Zefa sekarang membaik. Cara dimana mereka mempertonton kan sebuah video dimana Zefa, Renza, dan Rena bermain bersenang senang bersama.

Mereka sudah mengambil kesepakatan. Kesepakatan untuk mengganti nama panggilan, karena mereka merasa bahwa nama panggilan akan ikut berpengaruh.

Mereka mengganti nama panggilan itu dari Zefa menjadi Abel, dan Renza menjadi Flo.

Setelah kesembuhan Abel, mereka membiayai Abel sekolah dengan jalur akselerasi sampai ia lulus S2 dan membangun perusahaan sendiri. Mereka melakukan itu bukan karena kasihan dengan Abel yg tidak diperdulikan oleh keluarganya. Melainkan karena mereka sudah menganggap Abel sebagai anak sendiri.

Flashback off.

👋👋👋

Double up, niatnya mau up jam 10 tapi karena ketiduran jadi up sekarang.

Thank you guys.

📍Angelazzr18
Perempuan yg berniat Double up buat para readers tersayang.

⭐Vote
💬Coment

See you and Bye bye

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro