love letter(s)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kau menulis surat untuknya lagi?"

"...iya,"

"Bukankah itu seperti kau sedang mempermainkannya?"

"....Entahlah aku tidak tau—"

"—aku hanya bingung, bagaimana cara aku mengatakannya,"
.

.

.

.

.

.

.

"Eh? Lagi?"

Kanao menghela napas kecil. Lagi lagi ia menemukan sepucuk surat cinta di laci lokernya.

"Surat lagi, Kanao?"

Gadis itu menoleh spontan, lalu mengangguk, "orang yang sama mengirimkanku surat lagi,"

"Kau tidak tahu siapa orang itu?"

Kanao menggeleng, "dia sedikit misterius. Aku tidak bisa mendapatkan petunjuk,"

Tanjirou mengangguk pelan. Kanao mengernyit.

"Ada apa?"

"Jika pengirimnya adalah orang yang sama, maka kemungkinan besar orang tersebut berada dikelas yang sama. Karena tidak mungkin jika ada anak kelas lain yang masuk kesini," Jelas Kanao dengan panjang lebar.

Tanjirou tertegun, "tapi siapa?"

Gadis itu menggeleng, tanda bahwa ia tidak tahu. Gaya penulisannya sangat berbeda dari semua teman teman dikelasnya.

Ataukah mungkin perkiraannya salah? Bagaimana jika surat itu bukan dari teman sekelasnya? Bagaimana jika anak kelas sebelah yang memberikan surat itu saat kelasnya sepi?

Ah, Kanao tidak tahu. Kanao pusing. Ia mengambil surat itu dan membukanya. Tanjirou mendekat, rasa ingin tahu pemuda itu cukup besar.

"Bolehkah aku ikut membacanya?"

Kanao mengangguk. Tanjirou berdehem pelan,

"Halo lagi, Kanao! Masih seperti biasa, aku mengirimkanmu surat, sepertinya kau masih tidak tau siapa aku, ya? Apakah aku benar benar sulit ditebak? Hei hei, coba tebak, apakah aku dari kelas yang sama denganmu? Atau mungkin aku berasal dari kelas lain? Yah, kurasa kau akan tau nanti. Oh dan ingatlah selalu, aku menyukaimu. Bahkan jika kau tidak mengetahuiku, aku tetap menyukaimu^^

Tertanda,
Your secret admirer," Ujar Tanjirou membacakan isi surat itu.

Kanao mendengus kecil, "kira kira menurutmu siapa, Tanjirou?"

Tanjirou menggeleng, "sudahlah, tidak usah dipikirkan. Sebentar lagi Rengoku-sensei akan datang kesini, jaa, aku kembali ke tempat dudukku ya," Tanjirou tersenyum, lalu melambaikan tangan.

Kanao mengangguk kecil, lalu tersenyum dan membalas lambaian tangan Tanjirou.

Gadis itu menghela napas, sudah hampir dua bulan ia mendapatkan surat dari orang yang misterius, dan itu membuatnya sedikit pusing.

Kanao menangkup kedua pipinya, "siapa pun pengirimnya—"

"—aku harap itu dari Tanjirou..."

🌙

"Ohayou, Tanjirou,"

Tanjirou tersenyum, "ohayou, Kanao,"

Kanao berjalan ke arah tempat duduknya dan meletakkan tas nya. Melihat itu, Tanjirou mendekat ke meja Kanao, "dapat surat lagi?"

Gadis itu mendongak, lalu menunduk untuk memeriksa laci mejanya. Ia menarik sepucuk surat berwarna putih dengan stiker berbentuk hati menempel sebagai perekat.

"Halo untuk yang kesekian kalinya, Kanao! Sepertinya aku masih anonim sekarang karena kamu belum tahu siapa diriku. Hei, apa kau mau kuberi satu clue? Baiklah, clue nya adalah, aku sering berinteraksi denganmu. Apakah itu cukup? Yah, mungkin tidak. Tapi hanya itu clue yang bisa kuberikan saat ini. Oh, by the way, kamu sangat cantik, Kanao ^^ Kamu tau itu kan?

Tertanda,
Your secret admirer," Kanao menghela napas saat usai membaca surat tersebut. Tanjirou tertawa kecil.

A/n : ini surat kok ga nyambung bener sih >:v maap saya gabisa buat isi surat yang uwu uwu.

"Benar benar orang yang aneh," Sahut pemuda itu.

Kanao menoleh, lalu mengangguk, "siapa ya kira kira? Nee, Tanjirou, apakah kau ada petunjuk lain? Kira kira menurutmu siapa?"

"E--entahlah,"

Kanao merebahkan wajahnya ke meja, "aku penasaran..."

Pemuda itu mengangguk, tanda bahwa ia setuju dengan Kanao. Sejauh ini surat yang diberikan tidak memiliki petunjuk, dan sang penulis surat baru menuliskan satu petunjuk saja sekarang.

Keduanya tampak berpikir keras, tenggelam dalam pikiran masing masing. Berbagai pertanyaan dan perkiraan memenuhi pikiran mereka.

Siapa yang menulisnya? Seperti apakah rupanya? Di kelas manakah dirinya?

Semua pertanyaan yang bermunculan di benak mereka membuat Kanao pusing. Teka teki misterius tentang siapa pengirim surat itu hanya diketahui oleh mereka berdua saja.

Aoi? Tidak. Kanao tidak memberitahu gadis itu. Kanao tidak ingin Aoi ikut pusing memikirkan siapa dan bagaimana rupa sang pengirim surat. Ia tidak ingin sahabatnya ikut andil dalam sebuah kasus yang bisa dibilang tidak terlalu penting ini.

Dan soal Tanjirou, pemuda itu memergokinya saat ia sedang membaca isi surat itu bulan lalu.

"Tanjirou,"

"Kanao!"

"Tanjirou, hei!"

"Kanaooo!"

Sebuah tangan menepuk pundak Tanjirou—dan Kanao—keduanya tersentak kaget.

"Ah gomen," Pemuda itu tertawa kecil saat melihat wajah kesal milik Zenitsu, sedangkan Kanao menyatukan kedua tangannya sebagai gestur permintaan maaf pada Makomo.

Keduanya terlalu larut dalam pikiran masing masing tanpa sadar bel telah berbunyi sejak lima menit yang lalu.

"Duduklah, Sanemi-sensei sebentar lagi akan datang," Ujar Zenitsu sembari menarik tangan Tanjirou menuju meja mereka.

Pemuda itu hanya diam dan mengangguk. Zenitsu menghela napas.

"Kau masih melakukannya?"

"Eh?" Tanjirou mendongak, ia mendudukkan dirinya di kursi. Zenitsu menghela napas lagi.

"Kau masih melakukannya, kan? Berpura pura membantu Kanao-san,"

Tanjirou tersentak, ia mengusap pelan tengkuknya, "yah, bukan maksudku berpura pura tapi--"

"Katakan saja padanya, itu tidak sulit," Pemuda bersurai kuning keemasan itu mengalihkan pandangannya.

Tanjirou cemberut, "ini tidak semudah seperti apa yang kau kira,"

"Lalu apa?"

"Aku hanya..."

"Berhentilah berpura pura dan katakan saja, Tanjirou,"

Tanjirou menghela napas, "tidak semudah itu, Zenitsu, aku--masih belum bisa..."

"Kau hanya tidak berani," Potong Zenitsu lagi.

Tanjirou tersentak, "yah... Kurasa begitu..."

Zenitsu berbalik menghadap Tanjirou, menatap pemuda itu lekat lekat, "kau hanya perlu mengatakannya. Kau hanya perlu mengatakan bahwa kau tau siapa yang menulis surat itu,"

🌙

"Hei, Kanao," Tanjirou yang sedang numpang duduk di bangku Makomo karena ingin membahas soal surat itu mulai membuka suara.

Kanao menoleh, tidak menjawab, hanya memberikan tatapan penuh tanda tanya.

"Bagaimana jika kita mencari orang yang menulis suratnya?"

Gadis itu mengernyit, "caranya?"

Tanjirou tersenyum, "tanya saja satu persatu orang yang kita kenal,"

"Hah?" Ujar gadis itu memberikan respon seperti tukang keong, lalu kembali mengernyit heran, "kau yakin? Apakah cara itu efektif?"

Tanjirou menggendikkan bahunya, "entahlah, tapi dia hanya memberikan pilihan antara teman sekelas, atau dikelas sebelah," Tanjirou memasang pose berpikir, mencoba mengingat isi surat kemarin. Kanao diam, mendengarkan pendapat dari pemuda itu.

"Ah ya, dan juga, kemarin dia bilang kalau dia sering berinteraksi denganmu, kan? Itu berarti orang yang bisa jadi dekat denganmu," Tanjirou menarik napas, memberi jeda pada kalimatnya, "atau bisa juga teman sekelas kita,"

Kanao mengangguk mengerti, "baiklah, kurasa kita harus menanyakannya pada teman sekelas kita sekarang,"

.

.

.

.

.

.

.

"Tidak ada, ya?"

Kanao mengangguk, "tidak ada yang bilang jika mereka menulis surat itu,"

"Yah, mana mungkin kan orangnya mau mengaku," Gadis itu membenamkan wajahnya ke meja, "itu pasti memalukan untuknya,"

Tanjirou mengangguk setuju, "kurasa kau benar,"

"Ohayou,"

Kedua manusia beda kelamin itu menoleh, mendapati pemuda bersurai emas dengan tampang mengantuk.

"Ohayou mou, Zenitsu/Zenitsu-san,"

Tanjirou tersenyum, "tumben kau agak siang hari ini,"

Zenitsu mengangguk kecil, "kakek lupa membangunkanku,"

"Uh... Lalu kakakmu?"

"Kaigaku sudah pergi sedaritadi," Pemuda itu berujar malas, ia membongkar isi tasnya, mengambil buku sejarahnya, lalu diletakkan ke dalam laci meja.

"Ah, iya, Zenitsu-san, apakah kau yang menulis surat untukku?" Tanya Kanao tiba tiba, membuat wajah Tanjirou yang duduk disebelahnya memucat.

Zenitsu menoleh, lalu menyeringai kecil, "yaah~ aku tidak pernah menulis surat untukmu, karena hatiku hanya untuk Nezuko-chan~"

Tanjirou bergidik ngeri. Zenitsu menatap pemuda itu lekat lekat.

"Mungkin ada seseorang yang tau tentang sang penulis surat," Zenitsu berujar santai, nada santainya terdengar seperti mengejek di telinga Tanjirou.

"Eh? Siapa? Menurutmu siapa, Tanjirou?" Kanao berbalik, menatap pemuda itu dengan wajah penasaran yang demi Tuhan sangat menggemaskan di mata Tanjirou.

"Entahlah, aku... Juga tidak tau! Tapi kurasa jika dia ingin menulis surat untukmu secara sembunyi sembunyi, dia pasti akan merahasiakannya, bahkan dari teman dekatnya sekalipun...!"

Kanao mengangguk kecil, "kurasa begitu,"

Zenitsu tersenyum tipis, ia kembali berkutat pada kegiatannya--mengambil buku dari dalam tas--dengan senyum aneh yang masih tersungging jelas dibibirnya, 'Berpura pura ikut mencarinya, ya?' pemuda itu kembali menyeringai, 'kau boleh juga, Tanjirou'

🌙

Kanao baru saja sampai ke kelas tepat sebelum 5 menit bel masuk. Ia melihat tas berwarna hijau-hitam di meja sebrang yang berarti Tanjirou sudah datang.

Gadis itu meletakkan tasnya, mendudukkan dirinya, lalu meraba raba ke dalam laci meja.

"Ah, surat lagi," Kanao menengok ke kanan dan kiri, mencari seorang pemuda bermarga Kamado yang belakangan ini sering datang lebih pagi daripada dirinya.

Namun hasilnya nihil. Pemuda itu tidak disana, "mungkin dia sedang ke kelas sebelah. Menemui Inosuke-san," Kanao mendongak, di meja Tanjirou hanya ada sebuah kumpulan stiker imut berwarna merah muda.

Kanao memicingkan matanya, lalu menghampiri meja pemuda itu. Ah, sekarang ia tahu, stiker itu berbentuk hati dengan warna merah muda dan merah tua.

Kanao mengernyit, "sepertinya aku pernah melihat stiker ini..." Gadis itu menggumam pelan, "tapi dima--"

"Eh? Kanao sudah datang, o--ohayou!"

Kanao menoleh, lalu mendapati Tanjirou yang tersenyum kecil.

"Ohayou mou, um, stiker ini..."

"Aahh! Nandemonai!"

"Eh?"

Tanjirou cepat cepat mengambil stiker itu, Kanao mengernyit heran, "kenapa?"

"N--nandemonai, ini--stiker titipan Nezuko!" Ujar pemuda itu lagi sembari terkekeh kecil.

Kanao mengangguk, "um... Baiklah, kurasa aku akan kembali ke tempat dudukku, dua menit lagi bel akan berbunyi," Ujar gadis itu lalu berjalan kembali menuju mejanya.

.

.

.

.

"Tsuyuri? Tsuyuri-san!"

"Ah, iya?!" Gadis itu tersadar dari lamunannya.

Kyoujuro tersenyum, "ada apa?"

"Aah, nandemonai, sensei!"

"Jika kau merasa tidak enak badan atau semacamnya, kau bisa pergi ke ruang kesehatan," Ujar pemuda berusia dua puluh lima itu lagi.

Kanao tersenyum kecil, "tidak, tidak~ aku tidak apa apa, sensei. Daijobu desu," Gadis itu menggerakkan tangannya keatas dan kebawah, membuat gestur yang menandakan bahwa ia baik baik saja.

"Kau yakin, Kanao-chan?"

Kanao mengangguk, "daijobu, Makomo-chan,"

Makomo mengangguk kecil, lalu kembali memfokuskan pandangannya kearah depan.

Kanao kembali berusaha fokus pada pelajaran. Namun, semua teori tentang surat itu terus mengganggu dibenaknya.

Gadis itu menunduk sedikit, mengintip surat yang ada di dalam laci mejanya.

"Hey, hey, hey! Kanao masih belum bisa menebakku, ya? Apakah aku semisterius itu? Ah aku jadi tersanjung (?). Mau kuberi satu petunjuk lagi? Baiklah. Orang orang bilang jika aku adalah anak yang ceria dan penuh semangat. Yah, kurasa itu saja petunjuk yang dapat kuberikan, teehee~ kurasa cukup sampai disini dulu. Oh iya, aku mencintaimu, Kanao! Walaupun aku sudah mengatakan ini tiap hari, rasanya masih belum cukup ya, hahaha! Semoga kau bisa mengetahui siapa aku, good luck Kanao ^^

Tertanda,
Your secret admirer,"

Mungkin kira kira begitulah isi dari surat itu. Kanao kembali menyimpan secarik kertas surat tadi ke dalam laci mejanya, lalu matanya tak sengaja menangkap amplop surat itu.

Ya, amplop dengan warna putih bersih dan sebuah stiker berbentuk hati merah muda sebagai perekatnya.

Tunggu--

Stiker hati merah muda?

Kanao mendongak, "masa iya sih...?" Gumamnya kecil, lalu menggelengkan kepalanya pelan, "mungkin aku harus bertanya nanti,"

.

.

.

.

.

Jam pertama telah usai. Sekarang waktunya istirahat. Gadis dengan surai legam dikuncir satu itu membereskan barang barang yang ada di atas mejanya.

"Kanao!"

Yang dipanggil pun menoleh, mendapati wajah tampan dengan senyum ceria yang terlukis di bibirnya.

"Hei, apa kita harus mencarinya lagi? Kita belum bertanya pada kelas sebelah," Ajak Tanjirou.

Kanao menggeleng, "kurasa aku sudah tau siapa orangnya,"

Tanjirou tertegun, "siapa?"

Kanao mengusap pipinya, sedikit ragu untuk mengatakannya, "sebelum itu... Boleh aku bertanya sesuatu?"

Tanjirou hanya mengangguk. Kanao menelan ludah.

"Nee, Tanjirou, apa kau yang menulis surat itu?"

Gotcha.

Tanjirou tersenyum tipis, lalu menghela napas kecil, "ah~ ternyata aku sudah ketahuan~"

Manik magenta milik Kanao melebar. Tebakannya ternyata benar. Tanjirou lah yang menulis surat itu.

"Yappari, memang kau yang menulisnya..."

Gadis itu menggenggam erat surat yang ada di tangannya. Kelas tampak sepi karena seluruh teman teman mereka pergi menuju kantin, hanya keheningan dan hembusan angin yang menjadi iramanya.

Ditambah dengan desiran jantung dari dua sejoli dengan wajah semerah persik melengkapi suasana saat itu.

"Nee, Kanao," Tanjirou membuka suara. Ia menatap lekat pada gadis itu.

"Aku menyukaimu. Tidak, aku mencintaimu," Pemuda itu menarik napas, "kira kira apa jawabanmu...?"

Kanao tertegun. Surai hitamnya yang dikuncir pun terbang terbawa angin. Manik magenta nya terlihat berbinar, ia menunduk, meletakkan kedua tangannya tepat di dada kirinya. Merasakan desiran jantungnya yang tidak teratur.

Semua karena seorang pemuda. Pemuda dengan marga Kamado yang sangat menawan. Pemuda yang mampu mencuri hatinya sejak pertama kali mereka bertemu. Pemuda yang telah membuatnya jatuh cinta, bahkan jatuh lebih dalam.

Gadis itu tersenyum, "aku... Juga menyukaimu. Bahkan mencintaimu, Tanjirou,"

Kanao senang.

Sangat senang.

Ia senang karena Tanjirou lah yang menulis surat itu.

Keduanya tersenyum. Dengan wajah semerah persik, dan irama dari desiran jantung, mereka berpelukan, saling menikmati kehangatan dari tubuh masing masing.

Merasa lega satu sama lain karena memiliki perasaan yang sama. Merasa lega karena tidak perlu lagi gelisah. Dan diam diam, seorang pemuda bermanik mata emas, tersenyum mendengar percakapan dari keduanya.












Omake :

"Hei, Kanao, bagaimana kau bisa yakin yang menulis surat itu aku?"

Gadis itu memasang pose berpikir, "kurasa karena clue yang kau berikan, dan tingkah Zenitsu-san yang aneh," Kanao tertawa kecil, "Oh, dan juga, aku menyadari stiker milikmu dan stiker yang ada di surat itu sama," Ujarnya lagi.

"Ah, aku memang ceroboh," Tanjirou tertawa, lalu mengusap tengkuknya pelan, "tapi berkat itu... Aku jadi bisa mengatakannya,"

"Huh? Mengatakan apa?"

"Mengatakan jika aku mencintaimu!"

"Eeehh?!"













Tamat yey!


Arigatou buat andinchewwyxbcba dan MetalCluster yang udah ngereq happy ending, hope you guys like it!

.

.

.

Um... Hai semua :v

Tenang saya masih idup😌 y'know lah kelean saya sibuk karena masih sekolah dan saya sibuk n̶g̶e̶b̶u̶c̶i̶n̶d̶a̶b̶i̶,k̶a̶m̶i̶n̶a̶r̶i̶d̶a̶n̶h̶a̶w̶k̶s̶ nggak deh canda (wlaupun sbnernya iya)

Intinya tugas saya banyak banget, bejibun banget help😭 maaf banget karena udah... Emm dua bulan ga up kayaknya:v pokoknya saya minta maaf yaaa🙏

Ya saya juga ga ngomong kalo maw hiatus sih🗿 intinya udah gitu aja:v nanti saya usahakan bakal up teratur lagi, teehee~

See u in the next chap~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro