20. Nyonya Alpeby

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Nona, nona."

Itu suara nyonya Alpeby yang membangunkanku.

"Ini Nyonya Alpeby nyata?"

Aku bangun dengan buram dan melihatnya di sampingku. Ia terlihat khawatir dan itu membuatku menanyakan mengapa demikian. Ia hanya memelukku dan mengelus rambutku seraya mengatakan tidak apa. Tidak ada apa-apa. Aku pun balas memeluknya dan membiarkan aromanya yang seperti hutan menenangkanku. Mimpi semalam, aku tidak tahu apa artinya tetapi beberapa kejadian sepertinya sudah menjelaskan.

Itu hari minggu, aku pun ke gereja pagi hari dan kembali ke hotel menjelang siang. Nyonya Alpeby terlihat sibuk padahal aku ingin mengajaknya makan siang bersama.

"Nona tidak ingin main dengan teman? Rasanya nona pernah bilang, siapa itu namanya Esme(?)" tanya Nyonya Alpeby yang akhirnya ikut bergabung denganku yang makan sendiri di restoran yang cukup sepi ini. Hanya beberapa orang karena memang makan siang di sini tidak termasuk dengan paket pesanan hotel pengunjung.

Aku menggeleng dan tersenyum. "Ya, aku yang meninggalkannya."

Nyonya Alpeby menanyakanku mengapa.

"Nyonya Alpeby adalah temanku. Teman sejatiku. Boleh aku memanggilmu bibi?"

Nyonya Alpeby terlihat agak bingung dan sepertinya mendeduksikan sesuatu. Aku tidak keberatan dengan apapun deduksinya karena memang nyatanya aku yang meninggalkan Esme. Termasuk ketika ia yang selalu berusaha mendekatiku terlebih dahulu.

"Esme memang teman, tapi aku meninggalkannya karena teman easy come, easy go. Namun, bibi tidak akan begitu kan? Bibi adalah teman sejatiku."

Bibi Alpeby makin tidak karuan bingungnya.

"Nona, tidak boleh begitu pada Esme."

"Aku jahat bukan? Dan kalau bibi yang meninggalkanku aku akan bunuh diri."

"Nona!"  Bibi Alpeby setengah berteriak di restoran hotel ini.

"Bibi, bibiku, sahabatku, dan semuanya aku harap ... Bibi tidak pernah meninggalkanku."

~
259 kata

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro