Daisy 🌼 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jam weker yang terletak di nakas kamar Daisy sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Tapi sang empu tak kunjung membuka matanya, ia malah menenggelamkan tubuhnya kedalam selimut tebal miliknya.

Drrtttt!! Drrttt!!

"Akhhh!" Erangnya kesal. Daisy menyerah, ia meraih jam weker di nakas. Saat menoleh, seketika mata Daisy melotot tak percaya.

"Astaga! Jam tujuh!!" Dengan rusuh Daisy langsung bangkit dan berlari kedalam kamar mandi miliknya.

Setelah siap dengan seragamnya, Daisy segera turun menuju mobil. Daisy memiliki mobil, sejujurnya, ia jarang memakai mobil. Karena malas, dan repot kata Daisy.

***

Untungnya gerbang sekolah belum tutup. Setelah memarkirkan mobil, Daisy berjalan menuju kelasnya. Ini hari pertama Daisy bersekolah kembali, setelah seminggu kemarin ia izin.

"Daisy!" Daisy sontak menoleh dan mendapati Indah, sahabat Daisy.

"Masuk juga lo! Gue kira lo lupa sekolah." Cerca Indah merangkul Daisy.

"By the way, si Asri sakit, udah dua hari. Rencananya, gue pengen jengukkin. Lo mau ikut ngak?" Daisy mengernyitkan dahinya.

"Bisa sakit tuh anak? Sakit apa?"

"Biasalah, kemarin dia liat Dery godain anaknya mbok Roro." Lagi lagi Daisy mengerutkan dahinya. "Mbok Roro?" Beo Daisy.

Indah mengangguk, "Ibu kantin. Anaknya kan masih kelas 10. Kemarin anaknya tuh datang ke sekolah, yaudah deh, jadi sasarannya si Dery."

"Bodohnya tuh cewek malah baper sama si playboy." Sambung Indah.

"Asri sad girl." Gumam Daisy dan dibalas kekehan kecil oleh Indah.

Asri juga sahabat Daisy. Mereka hanya bertiga, Daisy, Indah dan Asri. Jika Indah cerewet dan penyabar, berbeda dengan Asri yang suka marah marah alias galak. Apalagi tentang Dery, mantan Asri yang paling Asri benci. Ia akan mencak-mencak dan berkata "pengen gue telen idup-idup tuh bocah!" Asri juga bodoh, sudah tau kalau Dery playboy, masih saja mau dengan Dery.

***

Setiap hari Selasa, sudah menjadi jadwal rutin untuk murid kelas 11 IPA 2 --- kelas Daisy dkk, untuk jam olahraga. Setelah mengganti baju, Daisy dan Indah segera pergi ketengah lapangan basket. Karena hari ini akan pengambilan nilai praktek bola basket.

"Lo kok gak kabarin gue, kalo hari ini praktek?!" Tanya Daisy sedikit kesal pada Indah. "Gue kan belum siap siap."

Indah hanya cengengesan, "Gue juga. Gak papa lah, ini masih nilai harian. Bulan depan baru ambil nilai bulanan."

"Sama aja! Nilai ya tetap nilai."

"Ya deh, yang anak baik mah beda." Indah menggerling matanya. "Emang baik. Baru tau Lo?" Canda Daisy.

***

Kini saatnya giliran Daisy, dan sialnya tim Daisy berisikan orang-orang malas dan membenci basket. Salah satunya Indah, ya, mereka satu tim.

Dengan lemas Daisy berjalan ketengah lapangan bersama timnya. Bola sudah ditangan salah satu anggota tim Daisy.

"Sini!" Seru Daisy. Dengan sigap ia menangkap bola orange tersebut. Sayang, anggota tim lawan menghadang jalan Daisy. Namun Daisy tetap mengdribel bola sembari mencari celah.

"Indah tangkap!" Seru Daisy melemparkan bola pada Indah yang berdiri didekat ring lawan.

Beruntungnya indah berhasil menangkap bola besar itu. Ia berbalik hendak memasukkan bola ke ring. Dengan keyakinannya, Indah melempar bola basket itu dengan semangat. Ralat, terlalu bersemangat hingga bola basket keluar dari lapangan dan menghantam kepala seseorang di koridor kelas.

Brakh!

"Mati." Gumam Indah. Semua orang disana terdiam, kaget sekaligus merinding melihat siapa korban dari perbuatan Indah.

Dengan panik Indah berlari menuju Daisy. "Sy... Gimana donk? Gue gak sengaja." Ucap Indah.

"Ngapain lo bilang gitu ke gue? Bilang ke dia lah." Daisy menunjuk cowok yang menjadi korban.

"Anjir! WOY! SIAPA YANG LEMPAR INI BOLA!!" Pekik cowok itu membuat sepenjuru lapangan semakin tak bergeming.

"Tolong donk Sy... Plis... Gue takut sama kak Rey." Mohon Indah. Bahu Daisy menurun saat ia menghela nafas, "oke." Dengan wajah datar dan langkah kaki yang tegap sehingga membuat sepatunya menimbulkan suara, Daisy mendekat kearah cowok yang sedang mengusap usap kepalanya yang terlapisi rambut hitam nan panjang.

Cowok itu menoleh pada Daisy yang sudah berhenti didepannya. "Gue minta bola." Singkat Daisy.

"Oh..., Jadi ini bola punya Lo?!" Tanya cowok itu dengan mata melotot yang seharusnya membuat takut semua orang tapi tidak dengan Daisy.

"Ngak, punya sekolah." Cowok terdiam, membenarkan jawaban Daisy. Dianya saja bodoh, jelas-jelas di bola itu tertulis besar nama SMA ANTASARI, kenapa masih tanya bola siapa?

"Ya, maksud gue. Lo yang mainin?" Daisy mengangguk santai. "Sini." Pinta Daisy.

"Santai banget lo setelah buat kepala gue memar." Daisy mengerutkan dahinya.

"Tapi bukan gue pelakunya."

"Mau ngelak lagi Lo, hah?!" Pekik cowok yang diketahui bernama Rey itu.

"Jadi mau lo mau apa? Gue bayar?"
Tanya Daisy.

"Gue gak butuh duit Lo. Gue lebih kaya dari lo!" Jawab Rey. Daisy menggerling matanya,

"jadi lo mau apa?!" Kali ini Daisy bertanya dengan nada tinggi. Rey tersentak, "berani banget lo sama gue. Untung Lo cewek." Rey melempar bola basket itu tepat ke perut Daisy.

Bukh

Dengan cepat tangan Daisy menangkap bola yang sudah mengenai perutnya secara kasar. Daisy terdiam, lalu melirik Rey sebentar.

Bukh!

Daisy melempar balik bola orange itu tepat diperut Rey. "Akhhh!" Erang Rey kesakitan.

"Satu, sama." Ucap Daisy dengan smirk andalannya lalu berbalik menghiraukan tujuan awalnya untuk mengambil bola basket.

"WOY! TUNGGU PEMBALASAN GUE CEWEK BANTET!!"

Daisy mengacuhkannya. Seolah tak dengar, daisy berjalan santai melewati lapangan dan berjalan memasuki kelas.

Tapi sebenarnya, kaki Daisy ingin sekali berbalik dan tangannya yang gatal ingin memukul mulut Rey yang seenaknya memanggil dia bantet. Walaupun daisy sadar diri, ia tahu, ia bantet. Tapi kenapa harus diteriakin bantet sih Rey!!!
Ah, kadar kebencian Daisy pada laki laki semakin meningkat sekarang.

🌼🌼🌼

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp