Daisy 🌼 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sepulang sekolah nanti, Daisy dan Indah berencana berkunjung ke rumah Asri yang katanya sakit.

Kring!

"Yasudah, tugasnya dilanjutkan dirumah saja. Selamat beristirahat." Pamit guru yang sedang mengajar dikelas Daisy.

"Jadikan Sy?" Tanya Indah menghampiri meja Daisy. Daisy mengangguk sembari membereskan barangnya.

"Ayok." Mereka berdua jalan beriringan menuju parkiran sembari mendengarkan Indah yang bercerita tentang keadaan sekolah selama Daisy tidak hadir seminggu kemarin.

"Gokil banget sih, gue - AAAA!" Daisy yang disamping Indah sontak terkaget.
"Sialan!" Umpat Daisy. Bukan, bukan untuk Indah melainkan untuk motor yang baru saja melewati mereka. Daisy menduk guna melihat seragamnya yang kotor terkena percikan lumpur. Lalu ia menoleh pada si pelaku yang sudah berhenti didepannya.

"Woy! Hati-hati donk!" Pekik Daisy. "Kak Rey, itu Sy." Bisik Indah.

"Dua, satu." Teriak Rey dari balik helmnya sembari mengacungkan jempol. Setalah itu Rey melajukan motor hitamnya.

"Ck, gue balik, deh!" Mood Daisy sudah turun sekarang. Dan itu ulah Rey si sialan!

"Ya udah, gue juga. Baju gue kotor banget." Indah mengangguk. Tanpa pamit lagi Daisy berjalan meninggalkan Indah dengan mood yang hancur.

***

Sampai dirumah, Daisy langsung membersihkan dirinya. Setelah itu, ia hanya berbaring dikamar.

Retina Daisy tak sengaja menangkap bingkai foto yang berisi foto dirinya dan sang kakak diwaktu kecil. Daisy membaca tulisan kecil di bingkai.

Selamat ulang tahun Isy

Kak ana sayang Isy

Daisy tersenyum membacanya. Bayangan bayangan Ana --- sang kakak masih bergentayangan di kepala Daisy
.
"Tersenyum belum tentu bahagia. Senyum hanya sebuah garis lengkung yang memiliki sejuta rahasia." Kata-kata itu Ana tuliskan di buku diary miliknya.

"Isy kangen." Daisy bangkit dari tidurnya, lalu merampas hoodie oversize dan tas kecil miliknya. Setelah memasukkan hanphone dan dompet, Daisy langsung turun ke bawah.

Kali ini Daisy pergi dengan taksi. Setelah sampai ditujuan, Daisy membayar kargo taksi lalu melangkah ke rumah Ana dua tahun terakhir ini.

"Hi, Assalamualaikum kak Ana." Salam Daisy. Ia berjongkok menyentuh nisan yang bertulis nama "Anatasya Mahesa"
"Isy rindu kak. Isy rindu cerita sama Kakak. Banyak banget yang pengen Isy ceritain ke kakak." Ucap Daisy.

"Isy...," Daisy menunduk merasakan air matanya akan mengalir. "Isy cape." Gumamnya.

"Hiks..., Boleh gak sih, Isy susul kakak aja?" Ujarnya. "Percuma Isy disini, gak ada yang perduli sama Isy. Mama, sibuk sama butiknya. Sama halnya dengan papa, dia sibuk sama perusahaannya." Adu Daisy.

"Bahkan, Isy udah gak pernah dengar kabar mereka sebulan ini. Hiks... Isy sendiri disini kak." Isy menghapus air matanya.

"Sampai kapan Isy harus diam kaya gini? Isy pengen jadi diri Isy sendiri. Bukan jadi Daisy yang cool dan pendiam kaya gini, kak! Hiks..., Isy cape harus pura-pura tegar." Kata Daisy masih terisak.

"Daisy?" Daisy yang dipanggilpun menoleh ke sumber suara. Sekumpulan laki laki bertubuh tegap tinggi menghampiri Daisy.

"Kalian?" Gumam Daisy. "Mau apa lagi kalian?" Tanya Daisy tajam.

"Mau bikin kakak gue sengsara lagi? Cukup ya, kakak gue udah tenang disana. Mending kalian pergi deh, gak usah ganggu kak Ana." Sarkas Daisy.

"Kita kesini cuman berkunjung. Aku kangen Ana." Jawab cowok yang berdiri paling depan sembari memegang sebuket bunga putih.

"Kangen?" Beo Daisy. "KANGEN BUAT DIA SENGSARA LAGI?! IYA BAR?!" Kelakar Daisy.

"Sadar diri, Bar. Lo yang buat kak Ana kaya gini!" Tuding Daisy.

"Bocah mending diem deh, lo tuh gak tau apa-apa." Daisy menoleh pada gadis yang berdiri dibelakang.

"Iya, gue emang gak tau semuanya. Karena kalian nutupin itu dari gue." Jawab Daisy.

"Tapi, gue tau kalo kak Ana di bully gara gara dia pacaran sama BARA MANANTA ketua geng brengsek yang pernah gue kenal." Sambung Daisy dengan emosi menaikkan nadanya saat ia menyebutkan nama paling berkesan baik di hidup Ana, tapi berkesan buruk di Daisy.

"Jaga ya mulut Lo!" Tuding gadis tadi mencoba mendekati Daisy. Namun dengan sigap Bara menghadap dan memberi isyarat pada gadis itu.

"Gue minta maaf-"

"Gak guna, Bar." Potong Daisy. "Kak Ana gak bakal bisa balik lagi, percuma."

"Urusin tuh pacar baru lo. Dan jangan pernah temuin gue!" Setelah itu Daisy pergi meninggalkan makam.

Bara Mananta namanya, lelaki yang tak kalah tampan dengan Rey dan sudah berstatus mahasiswa semester awal.

Dikenal dengan nama Bara si penguasa jalanan, mantan ketua geng motor yang terkenal sering bermasalah dengan polisi. Itu hanya masa lalu saat bara masih SMA. Sekarang, ia sudah menjadi mahasiswa teladan.

Walaupun begitu, siapapun yang mendengar nama bara akan tetap merasa takut. Ketahuilah, Bara tidak sejahat yang kalian pikir. Ia akan menyerang orang yang mengusiknya lebih dulu. Sayangnya, wajah Bara tampan di atas rata-rata, membuat Bara tetap menjadi tipe ideal kaum hawa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp