Daisy 🌼 5

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seperti biasa, namanya juga anak famous yang selalu menjadi pusat perhatian.

Selalu menjadi objek pandang manusia tanpa alasan. Begitulah yang rey rasakan. Walaupun sejujurnya ia tidak suka menjadi pusat perhatian, tapi mau bagaimana lagi? Ketampanan dirinya tidak bisa dilewatkan begitu saja baik bagi perempuan atau laki‐ laki sekalipun.

Dengan santainya Rey berjalan dikoridor kelas 11. Ia berhenti didepan pintu yang bertulisan "11 IPA 2" kebetulan ada seorang siswi baru keluar dari kelas itu.

"Eh, lo!" Panggil Rey dengan tidak sopan.

Siswi berkacamata itu menoleh takut-takut.

"I..., iya kak?"

"Panggilin Daisy di dalam." Titah Rey.

"Ta..., tapi Daisy barusan keluar, kak."
Dengan sengaja Rey menendang botol minum bekas yang tergeletak di dekat kakinya, "Yang bener lo!" Sentak Rey.

Siswi itu tersentak, "Iya kak."

Rey menghela nafas, "Kemana?"
"Bi...biasanya Daisy suka ke... ke perpustakaan." Mendengar itu Rey langsung pergi meninggalkan siswi yang baru saja menghela nafas lega.

***

Sementara Daisy sibuk membaca novel online dari aplikasi di hanphonenya; Wattpad. Merasa bosan, Bangkit dan memilih meninggalkan taman. Ia berencana menyusul kedua sahabatnya, yaitu Indah dan Asri.

"Daisy." Daisy menghentikan kakinya tepat didepan Tutik--- salah satu siswi berkacamata di kelasnya.

"Tadi kak Rey ke kelas, dia-" Tidak ingin mendengar kabar yang tidak penting, Daisy hendak beranjak pergi. Dengan cepat Tutik menahan lengan Daisy.

"Tunggu, Sy."

"Kak Rey nyariin lo." Daisy mundur lalu menoleh pada Tutik.

"Ngapain?"

Tutik mengidikkan bahunya tanda tak tahu. "Gue kira lo ke perpus, jadi gue bilang aja ke kak Rey kalo lo di perpustakaan."

"Ya udah, thanks ya." Begitulah Daisy. Ia akan menjadi baik pada manusia berjenis perempuan. Tapi jika dengan manusia berjenis buaya, jangan harapkan Daisy yang baik.

Daisy mengubah arah tujuannya, ia berputar arah menuju jalur perpustakaan.

***

Keadaan perpus seperti biasanya. Tidak terlalu ramai, namun tidak sepi. Tapi hanya sebagian yang membaca buku, selebihnya mereka hanya menumpang tidur atau numpang wi-fi.

Maklum, pemburu wi-fi berkedok pelajar.

Termasuk dua siswi yang duduk anteng di pojok perpustakaan. Yang berambut pendek sibuk dengan instagram, yang satunya sibuk membuat vidio dengan aplikasi TikTok.

"Joget mulu lo." Cibir si rambut pendek yang bername tag 'Matahari Putri'. "Main apa kek gitu, bosen gue." Lanjutnya.

"Main apa emang? Abcd lima dasar? Tanya temannya berambut pirang diikat kepang.

"Gimana kita main dod yang kaya orang-orang." Lanjut gadis pirang yang bernama Anes.

"Dare or dare maksud lo?" Anes mengangguk. "Kita suit, siapa kalah bakal dikasih Dare. Gimana?"
Riri mengangguk, "Oke, siapa takut!" Tantangnya.

"Rock paper scissors" Riri mengeluarkan kertas, sementara Anes mengeluarkan gunting.

"Yeah, yes! Gue menang." Anes mengulurkan lidahnya mengejek Riri.
Riri meroling matanya, "Darenya jangan susah-susah."

"Iya, tenang aja...," Jawab Anes kurang meyakinkan.

"Gue takut lo balas dendam deh. Secarakan gue lebih cantik, jadi lo iri sama gue." Tuding Riri.

Pletak!

"Sembarangan!" Anes baru saja menjitak kening Riri yang selebar lapangan bola.
"Darenya...," Anes sengaja menjeda membuat Riri semakin penasaran.

"Apasih?! Cepetan elah!" Gerutu Riri.
"Tembak cowok yang lo suka." Lantang Anes. Riri melotot. "Gila lo!"

"Ih, dibilang gila lagi. Gak boleh ganti ya, harus lo turutin." Balas Anes.

"Lo tau kan, gue suka sama-"

"Karena itu! Gue pengen liat lo sama Rey pacaran." Potong Anes.

"Tapi susah..., lo tau kan gimana Rey?" Rengek Riri.

"Liat Daisy gak?" Merasa kenal dengan suara tersebut, Riri dan Anes sontak menoleh. Mereka melihat Rey yang bertanya pada salah satu siswa yang sedang membaca buku di perpustakaan.

"Sana." Perintah Anes. Riri mengehela nafas pasrah lalu beranjak menuju Rey yang hendak keluar.

"Rey!" Panggil Riri.

Rey reflek menoleh, "Kenapa?" Tanyanya datar.

Riri menelan air liurnya sendiri mendengar suara datar milik Rey.

"Eum..., itu..., eum..., anu...," Merasa tidak penting, Rey memilih mengacuhkan Riri yang sedang gugup dibuatnya.

"MAU GAK JADI PACAR RIRI?!" Lantang Riri membuat sepenjuru perpustakaan menoleh pada mereka.

Rey membalikkan badannya, lalu melirik name tag Riri.

"Matahari putri?" Batin Rey. "Kenal aja kagak. Tapi lumayan sih nambah koleksi ke 76."

"Nama lo Riri?" Riri mengangguk antusias. "Kelas?"

"12 IPS 4." jawab Riri. Rey mengangguk, "Oke, lo diterima." Semua orang yang disana membelakkan matanya kaget, termasuk Riri dan Anes.

Keadaan semakin ricuh saat Rey terseyum kecil. Padahal Rey hanya tersenyum tipis, tapi itu sudah menambah kadar ketampanan Rey naik 99%.

Senyum Riri mengembang, "Beneran kak?" Rey mengangguk pelan. Riri mendekat ke arah Rey, "Eits, mau ngapain?" Panik Rey.

"Peluk."

Rey menggerling matanya, "murahan."

"Gak segampang itu. Tunggu sebulan jadi pacar gue." Elak Rey.

Bahu Riri merosot, "Iya, maaf."
Tanpa ada yang tahu, Daisy melihat semuanya. Ia sudah berada di depan pintu sejak Riri Berteriak keras. Dari pada mengganggu orang yang kasmaran, lebih baik ia pergi, pikir Daisy.

Takut dikira pelakor.

Ahirnya Daisy memutar tubuhnya berbalik kearah kelas.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp