5

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tak terasa, hampir satu minggu mereka bersama. Bertemu di tempat yang sama. Dermaga danau buatan dekat komplek rumah Agam.

"Rumah lo di mana?" tanya Agam seraya mengayunkan kakinya dalam air.

"Perumahan dekat sini. Lo?"

Agam mengangguk, "sama. Perumahan Selong Permai bukan?"

Mata Diva berbinar. "Oh ya. Lo di situ juga. Gue blok M. Lo?"

"Yah, sayang. Blok kita jauh. Gue blok D."

"Yah .... Padahal gue kira blok rumah lo deket."

Agam hanya tertawa. Kemudian mengacak pelan rambut lurus Diva. Membuat empunya merengut, melihat rambutnya acak-acakan.

"Tuh, kan. Berantakan jadinya."

"Enggak usah monyong. Gue ceburin tau rasa lo."

"Jahat banget sih."

"Biarin."

Agam bangkit dari duduknya, kemudian berlari. Menghindari Diva, yang baru saja ingin berlari mengejarnya.

"Gam ... Awas lo!"

"Enggak kena." Agam malah mengejek. Membuat Diva semakin kesal dan berusaha keras mengejarnya.

Hampir mengitari seluruh tepian danau, mereka kembali ke dermaga,  beristirahat di sana karena lelah berlari.

"Gila! Capek banget gue." Agam mengusap dahinya yang bercucuran peluh.

"Ah, gini doang capek. Cemen sih," kata Diva bercanda. Agam hanya tertawa.

"Muka lo pucet." Diva menatap Agam seksama.

"Biasa ini mah. Btw, luka lo, gimana?" kata Agam, mengalihkan pembicaraan.

"Hampir sembuh." Diva kembali menunjukkan senyum manisnya.

"Wah, perkembangan pesat dong ya."

"Haha, iya. Makasih, itu juga karena lo."

"Kalau boleh tau, siapa yang buat lo terluka?"

Diam. Diva terdiam setelah mendengar apa yang diucapkan Agam. Ia kembali ingat peristiwa tragis itu. Sungguh menyakitkan. Luka itu, rasanya kembali menganga, walau tak sesakit dulu.

Agam yang melihat keterdiaman Diva, menunduk. Merasa bersalah. Seharusnya, ia tak mengungkit hal itu. Seharusnya ia diam dan menikmati waktunya dengan Diva.

"Maaf gu--"

Diva menggeleng. "Enggak apa. Udah seharusnya lo tahu masalah ini."

Gadis itu, menghela nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya. Agam diam, berusaha menjadi pendengar yang baik.

"Gue punya cowok. Dia yang bawa gue pertama kali ke sini, dia juga yang buat gue suka tempat ini. Gue sayang banget sama dia, dia pun begitu. Hubungan kami, baik-baik aja. Harmonis tanpa masalah berarti. Tapi sayang, dia pergi ninggalin gue, dia kecelakaan. Tepat di hari, ulang tahun gue. Satu bulan yang lalu."

Tak ada air mata yang keluar dari mata Diva. Hanya saja, pandangan sendu tak dapat teralih dari matanya. Gadis ini kuat. Agam tahu itu.

Dengan gerakan perlahan, Agam merengkuh gadis itu dalam pelukannya. Membuat air mata yang semulanya tak ada, kini meluruh seiring eratnya pelukan.

"Jangan membuat masa depan lo hancur cuma karena ini Div. Hidup lo masih panjang. Cinta lo memang pergi, tapi itu tidak berarti lo juga harus pergi. Relakan dia Div, dengan cara itu, luka yang lo rasakan akan sembuh perlahan. Hanya melerakan kuncinya," bisik Agam.

Tbc...

190518

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro