7

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari kedua tanpa Agam.

Diva benar-benar sendiri sekarang. Agam kembali tak datang.

Semalam, ia telah mengirimkannya pesan. Namun, belum dibaca sampai sekarang.

Diva hanya bingung. Mengapa hanya sebentar ia bersama Agam? Di mana dia? Mengapa tiba-tiba hilang tanpa kabar?

Sebenarnya Diva khawatir. Takut terjadi sesuatu pada cowok itu. Ia takut cowok itu pergi, setelah lukanya benar-benar sembuh. Diva tidak mau terluka lagi, sungguh. Nasihat bijaknya, sungguh mampu membuat Diva berpikir jauh. Kini, ia tengah berusaha melupakan kisah tragisnya di masa lalu. Dengan begitu, lukanya akan sirna secara perlahan.

Entah mengapa, Diva langsung merasa nyaman dengan cowok yang baru saja mampir di hidupnya itu. Diva hanya ingin Agam di sampingnya, seperti beberapa hari belakangan ini. Menemaninya dan menghiburkan ketika kenangan tragis itu kembali menghantuinya.

"Lo di mana sih Gam?"

Tak ingin pertanyaan itu tidak mendapat jawaban. Diva memutuskan untuk menelfon nomor Agam.

Tak lama, telponnya pun diangkat.

"Halo?"

"..."

"Ini bukan suara Agam. Siapa ya?"

"..."

"Oh. Agamnya ada?"

"..."

Matanya melebar terkejut, mendengar apa yang dikatakan orang yang mengangkat telfonnya. Ia tak percaya jika kini, Agam berada di sana.

"Oh ya sudah. Saya akan ke sana. Terima kasih," ucapnya sebelum memutuskan sambungan telepon. Setelah itu, bergegas menuju rumah sakit dekat terdekat.

Tbc...

210518

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro