BAB 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Now playing: Stay Stay Stay by Taylor Swift

Clarice terus mengusap telapak tangannya selama menyusuri koridor sekolah hingga ke ruang loker. Ya, Tuhan. Bagaimana reaksi yang harus ditunjukannya jika bertemu dengan salah satu cowok yang menulis surat untuknya kemarin? Apakah ia harus menyapa dengan ramah dan menanyakan perihal surat itu? Apakah ia hanya perlu melempar senyum singkat? Atau terus berjalan dan pura-pura tidak tahu seolah-olah tidak ada yang pernah terjadi? Yeah ... sepertinya opsi terakhir paling keren.

Sesampainya di depan loker, Clarice segera memasukkan bekal dan sweaternya cepat-cepat. Ia berharap tidak bertemu dengan siapapun yang dikenalinya, karena salah satu pengirim surat adalah seorang yang dikenalnya. Teman lama. Dan lokernya cukup berdekatan dengan Clarice.

"Hai, Clarice." Clarice segera berbalik begitu mendengar seseorang menyapanya. Ia baru saja ingin membalas seperti biasa, tetapi ... tidak jadi. Seseorang yang sedang tak diharapkannya muncul sekarang.

"Oh ... hai, Noah." Clarice tak yakin bahwa suara yang dikeluarkannya tadi berasal dari pita suaranya sendiri. Terlalu parau dan aneh. Cewek itu lalu membersihkan tenggorokan supaya suaranya berubah rileks.

"Kau ... tidak apa-apa? Kau terlihat aneh hari ini, Clarice," ucap Noah sambil melingkarkan lengannya di bahu Clarice. Seperti biasa, Clarice menganggap itu sebagai hubungan antarteman.

Clarice tersenyum miris. Kau masih bertanya mengapa aku terlihat aneh? Bagaimana bisa bisa aku tidak terlihat aneh setelah surat aneh yang kau kirimkan itu, Noah? protes Clarice dalam hati. Namun, Clarice pikir akan sangat memalukan jika ia merespons dengan jawaban seperti itu.

"Eh ... Noah. Itu, aku ingin menanyakan sesuatu," ucap Clarice tiba-tiba.

"Ya? Tanyakan saja. Biasanya kau juga santai denganku," jawab Noah sambil terus berjalan menuju kelas Trigonometri.

"Ini agak privasi. Mungkin setelah kelas Trigonometri nanti, aku akan menemuimu di kafetaria," simpul Clarice.

"Baiklah." Noah kemudian melepaskan lengannya dan mempercepat langkah menuju ruang kelas.

"Kelas kita akan bersama di pelajaran Trigonometri, kan?" Clarice tiba-tiba menghentikan langkah ketika Noah berjalan meninggalkan dirinya. Noah pun berbalik dan tersenyum lebar. "Kau meninggalkanku, Noah." Clarice berpura-pura kesal sambil menyusul langkah temannya itu.

"Haha ... aku benar-benar lupa. Ayo!" ucap Noah sambil menarik pergelangan tangan Clarice dan memasuki pintu kelas Trigonometri yang diajar oleh Mrs. Henryk.

Clarice selalu berharap ia dapat berteman dengan cara seperti ini bersama semua orang. Ia masih belum siap untuk terikat pada satu orang tertentu, seperti yang dilakukan oleh remaja-remaja lain. Okay, Miracle memang tak pernah terikat dengan seseorang ketika pacaran. Ia bisa saja menonton bioskop drive-in di malam Jum'at bersama Rocky dan minum-minum di bar bersama Jacob di malam Minggu. Miracle begitu ... bebas. Clarice tak akan dapat membandingkan diri dengan sahabatnya itu.

Tapi, setelah kejadian tentang surat cinta itu ... akankah semuanya tetap berjalan seperti biasanya? Kenapa harus Noah yang menjadi salah satu pengirim suratnya? Akan lebih mudah jika salah satunya dikirimkan oleh orang lain yang sama-sama tak dikenalnya. Ia bisa masa bodoh. Namun, kenyataan berkata bahwa Noah yang mengirimkannya.

***

"Clarice ...," panggil Noah setengah berbisik di sela-sela pelajaran Trigonometri yang membingungkan.

Clarice pun menggeser kursinya sedikit mendekati Noah ketika Mrs. Henryk mulai membelakangi kelas untuk menuliskan hal baru di papan tulis dengan pena digitalnya. "What's up, bro?" tanya Clarice sambil menaikkan sebelah alisnya. Sesekali ia menoleh gelisah ke depan kelas, takut kalau Mrs. Henryk memergokinya tidak fokus di kelas.

"Kau paham apa yang dimaksud dengan rumus sindemi, condomi, dan tandesa?" tanya Noah sambil memperlihatkan buku catatannya yang berisi tulisan berantakan.

"Condomi? Apa itu? setahuku, kita sedang belajar tentang Cosami," ralat Clarice sembari mengangkat alis.

"Yah ... apapun itu. Bagaimana maksud rumusnya ada apa gunanya menghitung itu?" tanya Noah sebal sambil mengeluarkan erangan pelan dari tenggorokannya.

"Itu tidak terlalu sulit kalau kau paham logikanya. Aku akan mengajarimu," ucap Clarice dengan percaya diri.

"Hmm ... memahami logikanya? Logikaku tidak pernah masuk dalam pelajaran ini," gerutu Noah sambil menarik bukunya kembali.

"Itu salahmu sendiri untuk mengambil pelajaran ini, Noah. Aku akan mengajarimu saat di kafetaria nanti," jawab Clarice sambil kembali memperhatikan Mrs. Henryk yang menerapkan prinsip-prinsip segitiga yang rumit.

"Ya, bagaimana lagi? Aku tidak akan pernah sekelas denganmu jika tidak mengambil pelajaran ini," jawab Noah pelan. Cowok itu tidak berharap Clarice mendengarkannya, karena ia tahu bahwa itu mungkin akan membuat canggung hubungan pertemanan mereka. Namun ... Clarice mendengarnya. Secara tidak sengaja.

Clarice pun memalingkan wajahnya sambil menggigit bibir bawah. Wajahnya memerah. Ia tidak tahu arti dari reaksi fisiknya ini, tetapi rasanya ia ingin langsung keluar saja dari kelas dan menjauh dari Noah. Kelas Trigonometri yang harusnya menantang bagi Clarice ini sekarang malah menjadi ancaman dengan Noah di dekatnya.

***

Seusai pelajaran Trigonometri, Clarice segera menuju loker untuk menukar buku-bukunya. Namun, sebelum ia sempat melakukan aktivitas itu, kegiatannya terhentikan karena sebuah sticky note tertempel di pintu lokernya. Clarice cepat-cepat mencabut sticky note itu dan meremas-remasnya—takut kalau-kalau semakin banyak orang lain yang melihatnya. Itu akan merepotkan sekali. Ia bahkan tidak tahu siapa yang iseng melakukan hal ini padanya.

Clarice segera memasukkan buku sketsa ukuran A3 untuk pelajaran Digital Art setelah jam istirahat, kemudian berjalan sesantai mungkin menuju kafetaria sekolahnya—dengan sticky note warna pink dari orang misterius dalam remasan tangannya. Clarice menghampiri mesin penjual makanan di sudut kafetaria, lalu memasukkan uang dua dolar, dan beberapa detik kemudian hamburger keju keluar.

Clarice pun berjalan menuju salah satu meja kosong di sudut, tempat di mana tidak banyak murid senior yang berkerumun. Clarice meletakkan hamburgernya di atas meja dan melepaskan tas ranselnya di samping kursi. Gadis itu baru saja mengendurkan cengkeramannya terhadap sticky note sebelum Noah tiba-tiba datang dan duduk di seberangnya. Clarice cepat-cepat meremas kembali sticky notenya kembali.

"Hai, Clarice. Kau makan sendiri?" tanya Noah sambil tersenyum lebar. Cowok itu membawa taco sosis di tangan kanannya. Entah mengapa, secercah kenangan makan taco itu membawanya sekilas pada kenangan bersama keluarganya beberapa tahun silam.

"Kau mau taconya, Clarice? Ambillah. Aku akan membeli lagi," ucap Noah sambil meletakkan taconya di samping hamburger Clarice. Pria itu mulai beranjak dari tempat duduknya.

"Oh ... bukan, bukan. Aku bukan menginginkan tacomu, kok. Ambil. Aku mau makan hamburgerku," ucap Clarice sambil mendorong taconya kembali kepada Noah. Gadis itu berpura-pura lahap memakan hamburgernya.

"Uhuh? Benarkah kau tidak mau?" ujar Noah memastikan. Clarice pun mengangguk mantap sambil berusaha tersenyum lantaran mulutnya yang sudah disumpal segigit besar hamburger. "Baiklah." Noah kembali duduk di seberang Clarice.

"Hei, ngomong-ngomong, kenapa kau datang ke sini?" tanya Clarice dengan nada tak suka. Sesekali, ia mengelap pinggiran bibirnya yang terkena lelehan keju mozzarella.

"Huh? Bukankah kau yang menyuruhku menemuimu di kafetaria? Kau aneh, Clarice. Apakah sebagian molekul otakmu tergeser karena terlalu banyak belajar?" tanya Noah sambil mengernyitkan keningnya.

"Hmm ... pertama, tadi pagi aku bilang bahwa 'aku akan menemuimu di kafetaria'. Jadi, bukan kau yang datang tiba-tiba ke tempatku dan mengganggu istirahatku ...."

"Itu sama saja," tukas Noah.

Seolah tidak mendengar bantahan Noah, Clarice tetap melanjutkan ucapannya. "Kedua, aku tidak tahu bahwa otak punya satuan molekul. Jangan sok scientist, Noah. Aku sama sekali tidak aneh." Sambil mengerucutkan bibirnya, Clarice menunduk ke bawah meja dan membuka sticky notenya perlahan-lahan.

"Oke, oke. Baiklah, Miss Barack. Jadi, kita langsung saja. Apa yang ingin kau bicarakan dengan memanggilku ke kafetaria?" tanya Noah sambil menumpangkan pergelangan kaki kiri ke atas lutut kanannya.

Noah memerhatikan gadis di hadapannya yang masih memandang ke bawah meja sambil mengerutkan kening. "Clarice? Kau mendengarku?" ulang Noah. Cowok itu pun beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Clarice.

"Have a nice day. I like your moccasins ...." Noah mengintip dari balik bahu Clarice untuk membaca tulisan buruk rupa yang tertera di atas sticky note.

Clarice mendongak mendadak karena kaget, sehingga Noah spontan menegakkan punggungnya cepat-cepat. "Hei, apa yang kau lakukan?"

"Aku bertanya kepadamu dan kau tidak menjawab." Noah berkacak pinggang kesal.

"Maaf," ucap Clarice dengan suara lirih. Perlahan-lahan, gadis itu meremas kembali sticky notenya dan hendak menyelipkan ke saku belakang celananya.

"Tidak apa-apa. Sekarang aku tertarik dengan tulisannya. Apa itu?" tuntut Noah.

"Oh ... hmm? Tulisan apa?" Clarice berpura-pura tidak tahu. Ia memasang rupa bodoh di wajahnya sambil menggigit hamburgernya tanpa merasa berdosa.

"Jangan pura-pura bodoh, Clarice," ucap Noah. Tangannya meraih saku belakang Clarice, berusaha mengambil sticky note tersebut. Namun, Clarice mengubah posisi berdirinya sehingga Noah tak berhasil mendapatkan kertas tersebut. Noah menggenggam kedua tangan Clarice di belakang tubuh cewek itu, kemudian merogoh saku Clarice dan mengambil sticky note.

"Noah!" seru Clarice tak terima. Clarice berusaha merebut kembali sticky notenya, tetapi Noah berjalan menjauh dan telanjur membacanya.

"Siapa Jefferson Royce?" tanya Noah dengan nada menginterogasi.

Skakmat. Clarice berdecak pelan. "Aku tak tahu. Tapi kemarin dia termasuk salah satu cowok yang mengirimkan surat cinta kepadaku. Bersamaan juga dengan surat darimu," jelas Clarice sambil menundukkan kepalanya.

"Apa? Surat cinta dariku?" Raut wajah Noah langsung terlihat bingung. Cowok itu terlihat mengingat-ingat sesuatu, sebelum kemudian berkata, "Itu terkirim?" Pertanyaan dari Noah adalah sesuatu yang tak pernah Clarice duga. Clarice pikir, Noah akan langsung menjelaskan semuanya ketika ia mengungkit masalah ini. Namun, ternyata tidak.

"Apa maksudmu dengan pertanyaan 'itu terkirim'?" Clarice balas menanyainya.

"Uh ... lupakanlah," ucap Noah tanpa memandang ke arah Clarice. "Kau harus berhati-hati pada cowok seperti Jefferson Royce ini, Clarice." Noah akhirnya mengembalikan sticky note kepada Clarice.

"Ia agresif," ucap Clarice dan Noah bersamaan. Dan kemudian mereka pun tertawa bersama-sama.

Clarice selalu merasakan persahabatan dengan Noah sebagai sesuatu yang sesederhana ini. Ketika mereka selalu memedulikan dan melindungi satu sama lain. Tetapi, sedikit banyak surat cinta itu memengaruhi semua ini.

Clarice sudah hampir melupakan surat cinta yang terus menghantui pikirannya sepanjang hari ini. Namun, tiba-tiba ekspresi Noah yang melunak ketika menatapnya dengan intens mengingatkan Clarice akan semua itu. Ia sudah mengungkitnya sedikit tadi. Akan sangat menyusahkan jika ia harus membangun situasi baru di lain waktu. Clarice pikir ini waktu yang tepat untuk menanyakan itu.

"Ehm ... Noah. Soal surat cinta yang kau berikan kepadaku kemarin. Apakah kau benar-benar mempunyai perasaan terhadapku?" tanya Clarice tiba-tiba. Sedetik kemudian, ia sadar bahwa itu adalah pertanyaan paling tak berotak yang pernah ditanyakannya pada seorang cowok. Rasanya ia ingin menampar mulutnya. Tapi, mungkin itu akan semakin memperlihatkan kekonyolannya. Entahlah. Andaikan perkataan dapat ditarik kembali, Clarice ingin meralat semuanya.

Footnote:

Drive-in= bioskop di luar ruangan dengan para pengunjung yang menonton film sambil duduk di dalam mobil mereka sendiri yang diparkir di depan layar besar.

Senior= siswa SMA tahun keempat, tahun terakhir dalam sistem pendidikan Amerika Serikat

Taco= makanan khas Meksiko yang terdiri atas gulungan atau lipatan tortilla yang diisi dengan berbagai masakan

Moccasins= sepatu yang terbuat dari kulit rusa atau kulit lembut lainnya, dengan bagian atas dijahit dengan jahitan kasar.

***

Hurray ... Secret Love Letters update lagi. So, menurut kalian Jefferson Royce bakal jadi cowok kayak apa? Clarice sama Noah bakal gimana?

P.S. Maap telat upload Bab 2. Hehe ...

Jangan lupa voment, yaww. Love you, all.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro