12 - Deretan Senja hingga Bintang Malam

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Lihat, langit jingga yang begitu sempurna.

Memaksaku terpaku pada rona jingga malu-malu yang begitu menawan.

Yang masanya jingga terang seakan sedang memasang film romantika yang begitu mesranya.

Perlahan baskara menelusup dalam garis cakrawala di ufuk barat. Tenggelam dengan kenangan kelam. Dalam gegap gempita malam yang begitu syahdu. Dengan sepoi angin yang menjadikannnya nada-nada lembut yang menawan.

Manis. Walau perasaan entah saat baskara meninggalkanku. Tanpa membiarkan kusimpan rona jingga menawan miliknya. Jingga yang memudar seakan tahu rasaku mulai pudar. Untuk seorang lelaki yang hilang dalam sepi.

Lihatlah, Memudarnya rona jingga mesra menjadi kelamnya langit biru pekat yang menyelimuti. Seakan tahu tak ada celah untuk secuil cahaya menelusup dalam hatiku.

Juga sekejap semua mulai terganti, menjadi segelap jelaga. Namun, dengan manik yang menjadi aksen pemanis dalam sebuah keterpurukan.

Bintang buta katanya. Bintang yang tak ingin begitu terang hingga bisa menemani bulan dalam sebuah perjalanan waktu. Bintang tipis ini kehilangan arah. Kehilangan heliumnya sudah pasti. Tapi tak terganti untuk penantian ini.

Tanpa sadar aku pernah menanti seperti bintang.

Dia hanya memuja satu asma dalam terangnya. Dia hanya mengikhlaskan dirinya mati. Laksana Bintang Katai Putih yang telah mati. Tapi tak pernah putus dia menyerukan asma-Nya. Ya, dia hanya memuja asma Allah SWT yang begitu diagungkan.

Tanpa sadar aku juga melakukannya, saat kau pergi dan membuatku seakan mengalami kematian. Aku tersadar aku tetap memuja asma-Nya. Dalam tiap-tiap doa yang kurapalkan malam tadi.

Salviniamei
00.37
15/10/2016

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro