06. Another Strangers (1/2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tidak ada yang tahu apa yang terjadi kedepannya,

Jika yang tadi adalah hanya sebatas orang asing,

Maka sekarang, kita harus berteman ... untuk bertahan hidup.

"Aduh!" 

Hyunjin memasang raut kebingungan, dengan mata yang masih terkunci erat pada pemuda asing yang berusaha untuk berdiri; dia bertanya, "Apa ada dari kalian yang mengenalnya?"

Jeongin menggeleng, "Tidak. Dia ... mirip tupai."

"Aku juga tidak mengenalnya."

Hyunjin berdeham ketika mendengar jawaban dari dua pemuda dibelakangnya. Hyunjin membulatkan matanya saat Minho berjalan ke arah pemuda asing itu.

Kenapa kakak kelasnya itu tidak bisa diam sampai mengambil tindakan yang tidak berbahaya?

Bagaimana kalau ternyata pemuda asing itu-

"Bangun."

orang jahat.

Hyunjin mematung ketika mendengar suara Minho memecah keheningan. Matanya langsung melihat ke arah pemuda Lee itu yang berdiri dengan tangan tetap di samping badannya. Pemuda yang mirip tupai seperti kata Jeongin mencoba untuk bangun.

Sepasang mata pemuda itu menatap bingung Minho, Hyunjin, Seungmin dan Jeongin, " Kalian ... siapa?"

"Bukan siapa-siapa." jawab Minho dengan santai. Mungkin kalau celana tidurnya memiliki kantung, kedua tangannya akan masuk ke dalam.

"Sepertinya dia juga sama seperti kita." bisik Jeongin yang masih bisa didengar oleh Hyunjin.

"Ini dimana?"

"Alangkah baiknya, kau memberitahu namamu. Aku tidak bisa memanggilmu dengan 'Hei' atau 'Woi' sampai kita bebas dari sini." jawab Minho dengan dingin.

"Dia memang seperti itu?" tanya Jeongin yang berusaha untuk memelankan suaranya, dia tidak mau disembur oleh pemuda bermarga Lee itu.

"Kalian akan terkejut nanti. Dia Lee Minho, aku Hwang Hyunjin. Maaf baru sempat memperkenalkan diri." jawab Hyunjin yang masih setia melihat mereka berdua.

Jeongin menganggukan kepala, lalu mengatakan 'Yang Jeongin' sebagai balasan dari perkenalan Hyunjin.

"Han Jisung. Itu namaku. Sekarang jawab." kata pemuda tupai itu dengan tatapan bingung melihat sekitar.

Hyunjin terpana, ternyata si Jisung ini tidak jauh bedanya dengan Minho. Dia rasa mereka berdua akan semakin dekat ke depannya. Coba lihat saja nanti.

"Jila Senior High School. Aku dan pemuda tinggi di sana adalah murid di sini." jawab Minho dengan santai seperti tidak ada masalah sama sekali.

Jisung melebarkan matanya, "Maksudmu, sekolah yang itu?"

"Ya, yang itu. Aku, Lee Minho. Pemuda lebih tinggi itu Hwang Hyunjin, dia adik kelasku. Kalau mereka berdua, aku tidak tahu siapa."

Seungmin berdecih, "Aku, Kim Seungmin. Sedangkan, dia adalah Yang Jeongin, adik kelasku. Kami tidak sekolah di sini."

Jisung memperkenalkan dirinya, "Lalu, kalian mau kemana?"

"Keluar dari sini mungkin panjat dari dinding sekolah." kata Minho sambil memandang Jisung.

"Aku ikut."

"Asal kau berguna, kau diterima. Aku hanya berjaga-jaga untuk tetap hidup." kata Minho lalu melanjutkan perjalanannya. Hyunjin tersenyum menyesal saat melihat raut wajah Jisung yang terluka, mirip seperti Jeongin tadi. Hyunjin menepuk pundak pemuda itu dengan pelan sebelum beriringan untuk mengikuti jejak Minho.

Hyunjin melihat sekitar sembari menuruni tangga perlahan. Berbekal dengan lampu kecil bak lampu tidur, dia dan yang lainnya berusaha untuk tidak tergelincir anak tangga. Pemuda itu juga masih tetap berjaga-jaga, tidak ada yang tahu, bisa saja kalau nanti akan keluar penculik mereka di lantai dasar nanti.

"Kalian tunggu di sini, aku akan memeriksa." kata Minho yang menghentikan pergerakannya, daritadi dia yang memimpin perjalanan.

"Hyung, aku akan ikut bersamamu." tawar Hyunjin sambil mengenggam pergelangan tangan Minho.

Minho melepaskan genggaman itu sambil menggeleng kepala, "Tidak. Kalian di sini. Tetap di ujung tangga ini sampai aku kembali. Berteriak jika ada masalah, aku akan secepatnya ke sini." Minho pergi setelah memberikan banyak nasihat kepada keempat yang lebih muda darinya.

Bibir Jeongin terbuka sedikit, "Itu orang yang sama tadi berkata aku tidak berguna selain kunci yang kumiliki?"

Hyunjin tersenyum tulus, "Iya, dia memang seperti itu. Padahal dia sudah tingkat tiga, tetapi masih tetap menemaniku kemana yang kumau."

"Dia lebih tua dariku." balas Hyunjin sambil melihat yang lain, lalu menunduk ke bawah, berharap kalau Minho tidak akan terkena masalah, "Aku di tingkat kedua."

"Sama denganku." balas Jisung, masih berusaha untuk mencerna semuanya.

"Aku juga kalau begitu." sambung Seungmin.

Hyunjin menghembuskan napas gusar, daritadi suasana berubah menjadi hening, berharap kalau yang memecahkan suasana adalah yang tertua. Sudah lima menit dari detik terakhir mereka berbicara, tidak ada tanda kalau Minho akan kembali.

"Hei, kalian."

"Hyung!" ucap Hyunjin yang tidak bisa menahan senyum bahagia. Bagaimanapun juga, hanya Minho yang dia punya sekarang. Begitu juga dengan Minho.

Napas Minho tersengal-sengal, wajar saja, dia berlari untuk mencapai tangga.

"Tenangkan dirimu. Aku tidak tahu dimana ruang kesehatan berada dan tidak mau membopongmu ke sana." kata Jisung sambil menyilangkan tangan di depan dada.

Minho mendelik kesal, setelah menetralkan napasnya dia berkata, "Tidak ada yang mencurigakan. Hanya saja, mungkin kita tidak bisa lewat pintu depan."

"Kenapa?" tanya Jeongin memotong ucapannya.

"Bukan hal yang mengerikan, kan?" sambung Seungmin.

Minho menghembuskan napasnya pasrah dijejelin dengan banyak pertanyaan, "Tidak ada. Aku melihat dua orang berusaha untuk melumpuhkan zombie."

"Zombie?!" pekik Jisung yang langsung dibekap oleh Hyunjin sambil berdesis mendiamkan. 

"Dimana mereka sekarang?"

Pertanyaan Seungmin mengambil alih atensi.

"Masih di depan pintu gerbang utama. Mereka mungkin bisa melawannya. Tetapi, kita lebih baik mengambil jalan aman, aku berpikir untuk melewati jalan belakang taman sekolah."

"Jangan, bodoh. Mereka mati siapa yang susah? Ingat! Kita juga berada di waktu dan tempat yang sama dengannnya. Kita akan diintrogasi kalau mereka menjemput ajal." oceh Seungmin yang tanpa sengaja menusuk hati Minho.

"Dia benar, hyung. Kataku, lebih baik membantu mereka." sambung Hyunjin dengan cepat dan tampak tenang.

"Tapi, kita-"

"Kita tidak akan terluka. Kita akan melindungi satu sama lain. Percaya denganku, Minho hyung."

Minho menatap netra Hyunjin lama-lama, kemudian menghembuskan napasnya.

"Baik. Tetapi, tepati janji kalian. Aku tidak mau repot-repot ke ruang kesehatan kalau kalian terluka."

"Thank you, Minho hyung."

Death Hunters
06. Another Stranger | Done

Haiii, I am back.

Minta kritik dan sarannya, dong. Aku menerima masukan sepenuh hati.

Stay healthy, ya. Soalnya, kita bakalan berperang besok. Sudah pada buat belum akunnya, yang banyak?

Ingat, mereka cuma punya STAY, begitu juga sebaliknya. Mereka percaya dengan kita, kita juga percaya dengan mereka.

Oh, ya, ada yang mau kenalan dengan manusia yang katanya mirip tupai?

See ya ^^

To Be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro