07. Another Strangers (2/2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hidup itu sekonyol itu, lebih konyol dari atraksi.

Siapa yang tahu hari ini akan bertemu dengan orang yang belum dikenal sama sekali?

Lebih konyolnya, harus berjuang bersama-sama, tanpa tahu siapa sebenarnya.

"Darimana bat itu kau ambil, hyung?"

Minho memainkan bat di tangannya dengan santai, mengayunkannya seringan mungkin sebelum menopangnya di bahu kanan, bibirnya tersenyum miring dipantul oleh cahaya lampu di sekitar lapangan dekat tangga tersebut.

Minho tampak seperti calon jelmaan iblis.

"Dari gudang penyimpanan barang olahraga tentunya. Omong-omong, pemuda di belakangku cukup berguna." Jawab Minho sambil menelengkan kepalanya ke belakang. Hyunjin melirik dengan tanda tanya di wajah. Setahunya, pemuda bermarga Lee ini pergi berdua dengan manusia siluman tupai.

Minho semakin menaikkan senyumannya, "Dia sedang mengambil alat untuk pengobatan pertama. Siapa pemuda itu, Jang ... Jung ... Jeongin? Iya, Jeongin, kau bisa memakai bat, kan?" tanyanya pada laki-laki yang paling muda berdiri tidak jauh darinya dan Hyunjin.

"Aku pernah memainkannya saat pelajaran olahraga kelas Sembilan."

Minho mengangguk, dia menyerahkan dua buah bat untuk Jeongin dan Seungmin, "Lupakan tentang pelajaran. Kita tengah berusaha untuk bertahan hidup."

"Kenapa di dunia ini ada zombie?" Tanya Hyunjin dengan nada nelangsa. Matanya memandang ke tanah dengan raut yang tidak bisa diekspresikan.

Terlalu banyak yang terjadi dalam waktu kurun kurang dari dua puluh empat jam.

"Tanyakan itu pada manusia tamak akan tahta, harta tanpa berpikir tentang nyawa yang berharga." Jawab Minho dengan ketus. Telapak kakinya yang menyentuh dengan tanah langsung terasa kebas. Dia sudah mencari di gudang penyimpanan alat olahraga, ternyata tidak ada sepasang sepatu yang layak dipakai.

"Ayo, jalan. Aku sudah siap."

Minho berdecih, itu Jisung dengan santainya berucap dengan tas lusuh di punggungnya; disertai dengan senyum lebar.

"Kau kira kita mau tamasya keliling kota? Aku serius, Jisung. Kau jangan berulah, aku tidak masalah kau tidak bisa bertarung, cukup dengan berdiri paling belakang; berteriak kalau makhluk aneh itu mendekatimu, menunggu kami untuk diobati. Mengerti?" Minho berucap panjang lebar dengan alis mata yang menukik tajam. Mata elangnya melihat empat pemuda lainnya dengan tajam; memperingati mereka.

Jisung diam, senyumnya luntur seiring ocehan Minho. Hyunjin dan lainnya hanya melihat Jisung, berniat menolong tetapi tidak cukup berani.

"Sudah, hyung. Ayo, kita bisa keluar dari sini bersama-sama."

Jeongin menarik lengan Seungmin untuk berjalan bersamanya. Di depan mereka ada Minho yang memimpin barisan, Hyunjin di belakangnya dengan Jisung yang daritadi melihat sekitar.

Laki-laki yang paling muda itu mendengar dari Minho, untuk ke pintu masuk utama, mereka harus melewati lapangan basket outdoor dengan gedung pusat yang terletak paling depan. Menurut pengakuan Hyunjin, tempat mereka disekap terletak di ujung kanan. Gedung khusus untuk laboratorium, indoor sports dan club dance.

Jeongin tidak begitu mendengar detailnya, dia sudah keburu pusing oleh luasnya sekolah ini. Sayup-sayup, Jeongin mendengar suara besi beradu dan disertai dengan teriakan dari dua manusia yang bersahut-sahutan.

Tanpa sadar, dia semakin meremas ujung lengan baju tidur yang dipakai Seungmin.

"Kau takut, Jeong?" Tanya Seungmin yang peka dengan kondisi adik kelasnya.

"Hyung dengar itu? Suara teriakan zombienya? Itu sungguh musuh yang kita hadapi?" Tanya Jeongin yang semakin ingin meringsut mundur ketika auman para zombie terdengar semakin jelas di telinganya.

"Sadly, yes, Jeongin. Kau ini imut sekali, jadi adikku saja. Mau, ya?"

Jeongin menatap Hyunjin yang membalas pertanyaannya, pemuda itu tersenyum sampai kedua kedua matanya menyipit terikut tersenyum.

"Jangan takut. Kita bisa lolos dari sini."

Jeongin menghembuskan napasnya sebagai jawaban dari kalimat Seungmin, mereka telah sampai ke lapangan utama setelah berhasil masuk dari gedung utama. Jeongin tersentak kaget ketika melihat dua laki-laki berada di tengah di kelilingi oleh puluhan zombie.

Napasnya tercekat ketika sebilah pedang menancap jantung zombie tanpa segan menariknya dengan kilat; memuncratkan darah di dini hari itu. Jeongin tidak tahu telah jam berapa sekarang, tetapi, Jisung mengatakan telah jam setengah empat pagi.

"Sekolah kalian juga mempunyai club bela diri?" Tanya Jisung tak percaya ketika sosok laki-laki bersurai blonde ash memegang double stick.

"Kami punya. Hyunjin adalah pemegang sabuk merah taekwondo." Jawab Minho dengan tenang. "Tetapi, aku tidak ingat, kita memiliki double stick untuk dipelajari."

"Berhenti mengoceh. Mereka sedang butuh pertolongan." Kata Seungmin dengan tatapan nyalang, maju ke depan dengan sebuah bat di tangannya.

"Aku akan di depan. Aku akan melumpuhkan mereka, kalian tinggal membuatnya sama sekali tidak bernapas." Ucap Hyunjin yang maju dengan tangan kosong.

"Kau senang menyusahkanku, ya? Aku ikut maju ke depan. Kalian lakukan sesuai ucapan Hyunjin, ah, tambahan jaga siluman tupai ini. Dia benar-benar payah dalam bela diri." Kata Minho sambil melakukan perenggangan sebelum mengikuti Hyunjin.

Jisung berdecih, batinnya ingin sekali menyerukan suara protes, memangnya apa yang salah jika seorang pianis tidak bisa bela diri?

Sepasang manik hitam Jisung melihat Minho yang langsung memukul kepala seorang zombie dengan kuat dari belakang. Suara debuman kuat yang mengambil perhatian semua jenis makhluk di sana. Para zombie itu langsung berpencar untuk menyerang.

"Apa yang kau lakukan?"

Jisung bisa mendengar suara dari pemuda yang memegang pisau sembari menusuk jantung zombie.

"Menurutmu? Kau harus berterima kasih pada mereka, aku nyaris tidak mau membantu kalian. Karena, nyawa kami lebih penting." Ucap Minho yang memukul perut seorang zombie dengan kuat sambil terpental ke arah Jeongin. "Lakukan yang harus kalian lakukan, kiddos!" teriak Minho sambil melihat kedua anak laki-laki tersebut.

"Awas! Belakangmu!"

Minho reflex menunduk, membiarkan sebilah pedang melewati atas kepalanya dan menusuk tepat di kepala sang zombie. Minho tercekat kemudian, segera berdiri untuk menyerang.

"Kita impas sekarang? Aku menolongmu tadi. Atau tidak mungkin kau juga harus ikut terbunuh karena, menjadi zombie."

Minho mendengus sebagai jawaban, fokusnya bulat total untuk mematikan sisa zombie yang tak banyak. Sempat matanya melihat Hyunjin bekerja sama dengan pemuda asing yang tampaknya lihai memakai double stick, Hyunjin menumbangkan setengah jumlah mereka tanpa alat bantu, sedangkan yang lain membunuh mereka.

Jisung keluar dari gedung utama setelah memastikan tidak ada lagi makhluk aneh itu berkeliaran di lapangan. Dia melihat yang lainnya tersengal-sengal berkumpul diikuti dengan Hyunjin yang dari ujung datang dengan tangan penuh darah.

"Kemarikan tanganmu, Yeonjin." Kata Jisung yang mengulurkan bantuan, menurutnya pemuda itu paling butuh pertolongan pertama.

"Yeonjin? Siapa? Mereka? Kau mengenal mereka?" Tanya Minho sembari menunjuk dua pemuda asing yang bersama dengan mereka sekarang.

"Namanya Hwang Yeonjin, kan?" Tanya Jisung sambil menunjuk Hyunjin yang tersadar akan situasi, lalu tertawa renyah.

"Hwang Hyunjin, Jisung."

Jisung membulatkan bibirnya, lalu tercengir karena, kesalahan kecil yang dia buat. Dia mengeluarkan antiseptic dan perban, melakukannya dengan telanten di atas luka tangan Hyunjin.

"Berkenan memperkenalkan diri? Daritadi aku kesusahan memanggil kalian." Kata Minho yang sekarang memilih duduk di atas lapangan, kedua kakinya diluruskan dengan bat disampingnya. Kedua matanya melihat dua pemuda asing dengan tatapan mengintimidasi.

"Aku Seo Changbin, dia Lee Yongbok ... aduh! Sakit, Yongbok." Pemuda yang tadi bermain dengan sebilah pedang semasa berperang dengan zombie mengaduh kesakitan saat pemuda lainnya mencubit lengan kekarnya kuat.

"Jangan pedulikan dia. Aku Lee Felix, cukup panggil aku Felix." Pemuda satunya yang double stick di tangannya. Senyumnya tersungging tampan di wajah.

Minho hanya diam, "Aku Lee Minho, dia Hwang Hyunjin, Yang Jeongin, Kim Seungmin dan cowok itu bernama Han Jisung. Senang bertemu dengan kalian, tetapi, kami akan pergi sekarang." Minho bangkit dari duduknya, melewati dua laki-laki itu diikuti oleh Hyunjin.

"Kemana?" Tanya Changbin ketikan melihat Minho berjalan mendekati tembok area sekolah.

"Pulang ke rumah. Gerbang sekolah tidak mungkin terbuka sekarang, jadi, aku akan memanjat dinding saja." Jawab Minho dengan santai; lalu kembali berjalan.

Changbin menggeleng dengan senyum tipis di wajah.

"Kau tidak bisa melakukannya."

"Hah?"

"Maksudmu?"

Minho berhenti berjalan ketika mendengar suara Changbin menggema. Matanya menatap penuh tanya ke arah pemuda asing tersebut.

"Aku bilang kau tidak bisa melakukannya."

"Kenapa?" Tanya Hyunjin yang gantian menatap heran Changbin dan Felix.

"Tembok itu memiliki daya listrik, aku dan Yong ... Felix sudah mencobanya. Kau mungkin tidak akan percaya pada perkataanku, tetapi, kau mungkin akan percaya dengan ini." Changbin berucap dengan tenang, dia perlahan berjalan melewati Minho dan melempar pedangnya ke arah tembok.

Sengatan listrik muncul ketika ujung mata pedang menggesek tembok tersebut.

Minho menghembuskan napasnya, "Sudah aku katakan untuk lewat pintu belakang. Hyunjin, ayo."

"Tunggu." Jisung menengahi pertikaian kecil dengan suara lugu.

"Kalian bilang ini sekolah, kan?" Tanya Jisung yang diangguki oleh Hyunjin.

"Bisa kita ke kantin terlebih dahulu? Sungguh aku kelaparan."

Minho menatap tajam Jisung, tidak menyetujui ucapan pemuda tupai itu di saat genting seperti ini.

"Tidak. Kita-"

"Ayo, kita ke kantin. Kita perlu berdiskusi untuk keluar dari sini, bukan? Kalau sekeliling sekolah ini dipagari tembok seperti itu, percuma juga kita ke taman belakang. Iya, kan, Minho?" Tanya Changbin yang menyimpan kembali bilah pedangnya.

Minho menghembuskan napas, kalah untuk kesekian kalinya.

"Tetap berada di sampingku atau Hyunjin selama kita ke kantin. Aku tidak mau kerepotan mencari kalian kalau kalian tersesat di area luas ini. Aku akan membiarkan kalian diterkam zombie kalau kalian sungguh tersesat."

Death Hunters
Chapter 07. Another Strangers 2/2 | Done

Selamat siang, good afternoon everybody.

How's your day?

So far so good, rite?

Selesai, untuk sementara orangnya mereka dulu. Jangan kebanyakan, nanti kalian pusing, Chris juga ikut pusing.

Oh, ya. Ayo kenalan!

Seo Changbin, belum diketahui berapa usianya, dia pemegang pedang tadi. Sudah dengan Felix sejak ditemukan oleh Minho.

Felix, usianya juga belum diketahui. Dia yang memainkan double stick atau disebut dengan nunchaku, itu yang melekat oleh Bruce Lee.

See ya ^^

To Be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro