bab empat belas

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Holla.....

Sekarang aku bakalan rajin update ah,
soalnya udah di penghujung bulan dan
aku mau nepatin janji ke kalian untuk bertemu di akhir bulan iniiii...

Happy reading para insaider <3

Suara pintu dibuka membuat mata Indira yang semula terpejam kini terbuka. Dari balik tirai pembatas, Indira dapat melihat bayanan dua perempuan yang berjalan mendekat.

Mata Indira terus mengamati interaksi dua orang itu dari balik tirai, hingga salah satu dari mereka keluar. Karena, kepalanya yang tiba-tiba berdenyut, Indira kembali memejamkan matanya.

"Kamu suka Anan?" Perempuan yang tengah berbaring di brankar sampingnya tiba-tiba buka suara, membuat Indira membuka kembali matanya perlahan.

"Enggak," jawabnya singkat.

Detik berikutnya, sebuah tangan menyingkap tirai tipis berwarna putih yang menjadi pembatas antara keduanya. Refleks Indira menolehkan kepalanya dan mendapati sosok yang tak asing.

"Kamu Indira kan?" tanyanya dan langsung dijawab anggukan oleh Indira.

"Aku tanya sekali lagi, kamu suka Anan?" Natya--- perempuan yang menempati brankar itu mengulangi pertanyaannya.

"Dan aku jawab sekali lagi, enggak!" tegas Indira.

Natya menampilkan senyum tipis. "Bagus kalau gitu. Aku cuma mau ingetin kalau Anan itu Anan, bukan Milan," ucapnya terus terang.

Indira tergemap kala Natya menyebutkan nama Milan. Ia menatap lawan bicaranya. Bagaimana bisa perempuan itu tau tentang hal itu?

"Kamu--"

Tak membiarkan Indira menyelesaikan ucapannya, Natya leih dulu memotongnya. "Iya. Aku tau tentang Nadir sama Milan. Karena, gak ada satu hal pun yang aku gak tau tentang Anan."

Sorot mata Indira menunjukkan kebingungan.

Masih dengan senyuman, Natya kembali bersuara setelah beberapa saat terdiam. "Aku juga tau tentang kalian yang sering keluar bareng," katanya.

"Itu Anan yang ajak," Balas cepat Indira yang takutnya Natya berpikir aneh-aneh.

"Iya, Ra. Santai. Anan jelasin ke aku kok semuanya. Aku gak marah kamu sering keluar sama Anan, soalnya Anan juga terus terang, dia gak bermaksud main api pula."

"Lagian aku gak mau membatasi relasi pertemanan Anan. Karena, aku juga ngerti kalau Anan perlu punya dunianya sendiri, dan di dunia itu gak melulu harus tentang aku atau ada aku."

Indira menatap kagum Natya. Perempuan itu terlihat sangat baik, sorot matanya terlihat sangat teduh dan caranya berucap juga sangat lembut.

Natya mengubah posisi tubuhnya yang semula miring kini terbaring lurus menghadap langit-langit UKS. "Indira, ingat ini baik-baik, ya!" titahnya membuat Indira mempertajam indera pendengarannya.

"Anan itu Anan, sekalipun ada jiwa Milan yang hidup di dalam tubuhnya, tetep Anan adalah Anan." Jeda beberapa detik sebelum Natya melanjutkan ucapannya. "Dan kamu adalah Indira, bukan Nadir, walaupun jiwa Nadir hidup dalam diri kamu."

Indira tak membalas apapun, membiarkan otaknya mengunyah ucapan Natya baik-baik. Sejenak ia melirik Natya dari ujung matanya, menatap perempuan manis yang tak kunjung tenggelam senyumnya sedari tadi.

"Nadir dan Milan itu cuma masa lalu, Indira. Di kehidupan sekarang, kamu gak perlu lagi mikirin dua orang itu. Fokus saja menjadi diri kamu sendiri, Indira bukan Nadir," lanjut Natya yang semakin membuat Indira berpikir.

Setelah beberapa saat Indira memutar otaknya mencerna setiap ucapan yang keluar dari mulut perempuan di sampingnya, akhirnya Indira menemukan kalimat yang tepat untuk membalas.

"Nadir dan Milan itu masa lalu yang menolak berlalu, Nat. Kisah mereka belum selesai, masih ada episode berikutnya."

"Terserah kamu, Indira. Terserah kamu mau melanjutkan kisah kamu itu, yang jelas sekarang ini Anan milik aku---Natya, bukan kamu ataupun Nadir!" peringatkan Natya dengan nada tajam di akhir kalimatnya.

Indira tak ingin memperpanjang pembicaraannya lagi. Ia mengubah posisinya membelakangi Natya. Slang beberapa detik, suara pintu dibuka terdengar. Indira tak  ingin tau siapa pelakunya, ia tetap bertahan pada posisinya.

Dapat Indira rasakan jika orang tadi berjalan mendekat, kemudian Natya berucap, "I love you, Nan."

"I love you too, Nat," jawab lelaki itu tanpa ragu.

Hati Indira sedikit mencelos. Tangannya meremas selimut putih yang menutup setengah tubuhnya. Perasaan tak karuan menyerang dirinya.

Yeayyy udah di bab empat belas nieee

aku bakalan post 25 bab lebih sedikit,,,

so, happy waiting asksksksk

see you

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro