Gosip Abah Tercemar

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Written by HairunnisaYs

•••

Mereka mencari tibat keliling dunia eh keliling di sana-sana aja. Sampai suatu ketika mereka kehabisan bahan bakar dan Ninis mengajak serta anak-anaknya ke SPBU terdekat. Di sana mereka melakukan kewajiban sebagai umat manusia yang beriman dan bertawaqal yakni ANTRI PANJANG.

"Mak, kenapa kita harus antri? Biar cepet kan nerobos aja ke depan atau ancam mereka dengan ancaman andalan emak." oceh Ayun.

Buls melirik ke arah Kakaknya dengan antusias, "Emang bisa, Kak."

"Bisalah, coba aja sana."

"Enggak, Ah. Soalnya Emak belum berkomentar. Takut atuh, ntar ditendang diam-diam."

"Heleh, cemen lo pada." ejek Ayun.

Ninis menatap mereka semua dengan tatapan tajam layaknya samurai. Sekali tebas kepala melayang di udara.

"Apa masih ada yang mau ngoceh!"

Mereka semua menggeleng takut, Nadnad sendiri asyik mengupil, sesekali mencicipi rasa upilnya. Konon katanya upil rasanya asin dan ia sangat penasaran."

"Nadnad. Kamu ngapain?" teriak Ninis saat gadis itu mencolek sesuatu ke mulutnya.

"Anu Mak, ada Mbah Dukun sedang mengobati pasiennya. Konon katanya upil rasanya asin. Ini Nanad mau buktiin bener apa enggaknya, jangan-jangan hoax."

Mereka yang ada di sana mendadak spechless mendengar ucapan Nadnad. Ninis sampai mengeluarkan taring saking kesalnya.

"Kenapa, Mak. Mak mau cicip juga?" tanya Nadnad polos.

Ninis menatapnya tajam. "Sekali lagi kamu melakukan hal itu, siap-siap namamu keluar dari kartu keluarga tercemar!"

Ancaman Ninis membuat Nadnad murung. Ia membuang muka keluar jendela. Seketika matanya membelalak saat melihat Tibat sedang menangis di depan toilet. Bahkan yang keluar dari toilet memberi Tibat uang.

"Mak, ada kabar gembira."

"Ada apa, Sih?" tanya Bongbong penasaran tapi gengsi dong.

"Look, Mak. Ada Tibat di sana!"

Mata Ninis melebar saat melihat putrinya jadi pemulung. Saat gilirannya sudah dekat. Ia segera mengisi bahan bakarnya terlebih dahulu. Selesai dengan itu, ia segera memarkirkan mobilnya ke samping. Kemudian ia memberi sesajen pada putrinya.

"Kalian tunggu di sini, Mak akan menjemput Tibat." Mereka semua menganguk setuju.

Ninis berjalan dengan cepat, ke arah Tibat yang masih menangis sambil mengantongi uang ratusan ribu. Ia melihat kedatangan Ninis. Tibat berjingkrak ria.

"Emak.....!" teriaknya drama.

"Tibat....! Anak kodok emak."

Keduanya berpelukan di sana, bedanya tidak ada musik tenggelamnya kapal titanik yang terdengar.

"Lihat Mak, apa aku berguna sekarang." tunjuk Tibat pada uang yang ada di sakunya.

"Kamu tidak hanya berguna bagi Emak, tapi juga bagi bangsa dan negara karena sudah mengurangi populasi kemiskinan."

Bongbong yang melihat itu semua hanya bisa mengonggong eh maksudnya bengong. Apa-apaan emaknya, anak ngemis kok malah bangga. Dia juga bisa ngemis kalau cuma segitu doang, tapi gengsi dong. Masa anak tjantek, pintar dan kurang baik sepertinya harus ngemis. Iyuh, kalau Tibat sih wajar karena lahir dari benih kodok.

"Anakku, ayo kita pulang, uang hasil kamu ngemis harus kita sumbangkan ke Suzuya. Lumayan bisa beli minyak goreng dan adek-adeknya. Lets go girl!" teriak Ninis dengan semangka 45.

Mereka pun pergi ke Suzuya dengan tujuan membelanjakan uang hasil Tibat ngepet di SPBU. Anak itu hanya bisa menghela napas pasrah, padahal niatnya uang itu untuk membeli makanan segudang agar dia dan saudara-saudaranya tidak kekurangan makanan lagi.

Cerita pun selesai saat uang tersebut habis! Nyesek sih jadi Tibat, emaknya benar-benar mata duitan. Betewe Ayun, Nanad dan Bongbong ngapain gigit jari yak? Pasti ngiler nih liat belanjaan emaknya yang maha sades.

"Oh iya, Tibat! Malam ini jabatan kamu naik jadi Woman in the cry," ucap Ninis bangga.

"Mak, itu jabatan apaan?" tanya Nanad kepo begitu juga dengan Ayun dang Bongbong yang mencuri dengar.

"Jabatan tertinggi kalau kalian bisa menghasilkan uang kayak Tibat. Jangan lupa dipotong pajaque 100%."

Ninis beranjak dari sana dengan hati senang gembira tak terkira. Ternyata memiliki banyak anak seru juga yah, bayangkan kalau semua anaknya mengemis, pasti populasi kemiskinan langsung berkurang. Ah, tapi tidak baik mengemis nanti dikira dia emak durhekong pada anak.

Di ruang tamu, Nanad menatap iba pada Tibat yang giginya sudah mengering. Sedangkan Ayun, maaf aing lupa siapa yang boneng di sini hahaha. Lupakan! Anggap saja si boneng sedang beruntung karena tidak disebutkan namanya di sini. Tapi sama aja sih, wong udah tersebut di atas hahaha.

Betewe kapan ya terakhir kali kita merasa bahagia? Hm mungkin 10 tahun yang lalu kali yak, lama amat njir! Karena 2010 terakhir emak menjadi kaya. Setelah itu dia misqueen gara-gara kualat nyumpahin mantan suaminya. Anehnya petir malah menjadikannya bumerang. Kalau biasanya ni yak, saat seseorang menyumpahi seseorang terus terdengar suara petir menggelegar, artinya sumpahannya manjur dong! Lah, ini kagak sama sekali. Aku jadi herman jangan-jangan si petir sudah digosok eh disogok sama mantan suaminya Emak. Bentar kutanyak dulu sama mantan suaminya emak.

"TANTI CHAN is coming soon menggigil? Kok namanya aneh." Tanya Ayun.

"Eh Kurap Kuda poni, bukan menggigil tapi TANTI CHAN is coming soon memanggil!" teriak Nanad kesal. Padahal yang rabun dirinya malah yang salfok Ayun.

"Ya maaf atuh, maklum aing mendadak laparse," sambung Tibat dari arah dapur.

Bongbong mengembuskan napasnya bosan, di antara semua saudaranya, hanya dia yang pintar dan sombong. Sisanya ambyar, betewe emaknya pas hamilin dia ngidam apa yak! Jadi penisirin.

"Selamat malam mantan suaminya emak tercemar limbah pabrik, mau nanyak dong Bah!"

Tibat memasang telinga kanan, Ayun memasang telinga kiri dan Bongbong memasang kedua telinganya untuk mendengar percakapan mereka dengan si Abah.

"Perasaan ini masih sore, ada apa?" tanya Abah TANTI CHAN is coming soon datar.

"Wih, Abah kok dingin yak, kayak kulkas mang kasep. Betewe Abah mau intervius dong, boleh nggak?"

"Apaan intervius?"

"Interview dodol garuk," kata Bongbong membenarkan.

"Ah, interview maksudnya Bah, ini menyangkut perceraian Abah sama Emak. Apa yang menjadi motivasi tersebar Abah menceraikan Emak?" tanya Tibat.

"Hah, tersebar? Terbesar kali." dengkus Bongbong.

"Sama aja, beda letak huruf doang."
Bela Ayun. Bongbong menggelengkan kepala ratusan kali melihat kebodohan saudaranya. Sungguh terlala.

"Hm, pertanyaannya sungguh menyakitkan. Sebenernya saya udah nggak mau mengungkit masalah kelam itu tapi baiklah, anggap saja  saya sedang waras karena menceritakan kembali pada kalian."

Mereka berempat mendengarkan dengan seksama. Ninis yang pergi keluar untuk mengambil sesuatu, mendadak curiga pada mereka. Ia memutuskan untuk menguping dengan seksama.

"Emakmu menghianati saya pada masa itu, dia pernah bilang kalau saya akan menjadi suami terakirnya."

Mereka mengangguk sedih mendengarnya, jahat juga emaknya pada masa itu. "Terus Bah, kami mau nanyak dong, sebenernya kami ini anak siapa?"

"Ya mana saya tahu! Tanyak sama Tuhan yang menciptakan kalian lengkap bersama emak yang mengandung kalian dong."

"WOY PENDUSTA!" teriak Ninis kesal. Ia merebut ponsel Tibat dan menatap TANTI CHAN is coming soon dengan garang.

"Lontong ya, jangan meracuni otak anak-anakku, mereka sudah cukup tercemar jangan cemari lagi dong!"

"Mak, tarik napas napa, ngegas mulu, ntar cepat tuir loh!" TANTI CHAN is coming soon tertawa di seberang.

"Biarin! Pengen banget ngutuk elu, tapi trauma, takut aing kualat! Dasar bangke paus!" Ninis langsung menekan tombol merah.

"Ya elah mak, sesi interviusnya belum selesai udah dimatiin ponselnya."

"INTERVIEW bangke paus!"

Ninis memelototkan matanya mendengar ucapan Ayun yang barusan. "Ayun, ngomong apa kamu? Siapa yang ngajarin, hah!"

"Lah, itu tadi emak ngatain Abah bangke paus, Ayun kan belajar dari emak.

"Subhanallah ya Gusti Allah, tolong ubah saja mereka jadi duit! Hamba ikhlas."

"Kami yang nggak ikhlas MAK!" teriak mereka berempat dan kisah selesai. Udah selesai guys hahahahha.

•••

tane_chan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro