Action

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Di sinilah kami sekarang, menjalankan rencana demi bisa menyusup. Aku dan Serra benar-benar terlihat seperti wanita penggoda. Sial sekali kau, Andrew! Aku masih tak terima dengan pakaian yang kami kenakan sekarang.

Ia tidak setengah-setengah dalam mengorbankan kami, terlebih setelah syarat yang dilontarkan oleh Serra. Padahal niat kami baik, agar dapat membantu mereka di saat-saat genting. Aku tahu jika Andrew dan yang lainnya khawatir. Kemudian, bisa saja kami hanya menjadi beban bagi mereka. Karena bagaimana pun rencana kali ini sangat berisiko.

"Baiklah gadis-gadis, tunjukkan pesona kalian!" Kevin yang paling semangat sejak kemarin. Ia sering kali mengatakan ingin melihat wanita seksi dan membujuk kami berdua untuk mengenakan pakaian terbuka. Kali ini semuanya terwujud.

"Diam dan lihatlah!" Serra sendiri sepertinya begitu menikmati peran kali ini. Aku tahu ia juga ingin menunjukkan sesuatu kepada salah satu pria itu. Sayangnya, ia menjatuhkan hati pada pria yang paling sulit dalam kelompok kami.

"Show time!"Aku masih bisa mendengar suara Henry beserta siulannya yang memang sebelas dua belas dengan Kevin. Mereka benar-benar cocok menjadi anak kembar.

"Ayo kita lakukan." Aku mengangguk setuju dan membulatkan tekad.

Lihatlah kami, wahai para pria.

Kami memulai aksi dengan melenggokkan tubuh sesensual mungkin. Aku memakai tank top tipis dan bra berenda serta rok mini dengan rambut sepinggang yang dibiarkan terurai. Berbeda dengan Serra yang mengenakan atasan off shoulder memamerkan bahu dan punggung disertai hot pants, rambutnya dikucir kuda.

Semua pakaian ini disediakan langsung oleh Andrew. Entah mengapa aku merasakan sisi lain dari si jenius. Ia yang pendiam ternyata memiliki imajinasi liar. Terbukti dari pilihan pakaiannya. Aku bahkan sempat berpikir jika sang ahli strategi sudah membayangkan betapa menggiurkannya wanita ketika mengenakan pakaian ini.

Apakah pikiranku mulai kotor sekarang? Oh, tidak!

Di depan kami sudah berdiri beberapa pria yang menjaga perbatasan area selatan ini. Aku rasanya ingin mencongkel bola mata mereka yang melihat kami seolah hidangan lezat dan siap disantap kapan pun.

"Selamat sore, Nona! Ada yang bisa kami bantu?"

Ah, sikap yang manis di hadapan wanita.

Serra memasang ekspresi malu-malu, memilin ujung rambut yang dikucir kuda sambil menggigit bibir tipisnya. Ia sangat berbakat dalam hal ini. Aku sendiri hanya tersenyum seraya menyelipkan untaian rambut ke balik telinga.

"Maaf, Tuan. Kami mendapat panggilan untuk datang ke sini, tetapi sepertinya orang itu tidak bisa menjemput," ucap Serra memulai dramanya.

"Dan sudah hampir malam untuk kembali ke distrik," lanjutku cemas.

Pria-pria itu saling menatap satu sama lain, mereka menjauh dari kami ke salah satu pos yang tersedia. Aku tahu drama ini langsung ke poin yang kami rencanakan. Serra tak ingin berlama-lama, maka dari itu ia memilih risiko lebih besar. Namun, jika mereka termakan dua kalimat itu, tingkat keberhasilan kami mencapai delapan puluh persen.

Mereka kembali dengan senyum mencurigakan. Aku merasa pengorbanan ini akan berlanjut ke tingkat yang lebih serius. Jika sampai terjadi, Andrew benar-benar akan menerima hadiah terbaik dariku.

"Jika kalian mau, silakan menunggu di pos kami sampai besok pagi. Kita bisa mengobrol sedikit untuk menghabiskan waktu."

Benar dugaanku. Ini memang drama terbaik yang pernah ada. Kami berdua saling menatap satu sama lain. Meyakinkan diri jika takkan ada hal buruk yang terjadi. Karena biar bagaimana pun, aku masih menjaga kehormatan sebagai seorang wanita.

Akhirnya kami mengangguk menyetujui usulan pria-pria itu. Semoga pengorbanan ini tidak sia-sia. Aku harap mereka bisa melakukan tugas dengan baik. Tolong lindungi kami, Tuhan!

Malam kembali berkuasa dengan hawa dingin yang begitu menusuk. Pakaian ini tak membantu sama sekali. Aku butuh selimut dan kehangatan. Serra pun tak jauh berbeda denganku. Kami memeluk tubuh masing-masing, berusaha menciptakan kehangatan bagi diri sendiri.

"Dingin?" Sebuah suara berat tiba-tiba berbisik di telinga dengan embusan napas hangat yang membuat merinding. Aku tak berani menoleh karena posisi kami sangat dekat. Aku hanya diam, ini berbahaya.

Sial! Apa yang harus kulakukan? Pria itu kini melingkarkan tangan kekarnya pada perutku. Memang hangat, tetapi bukan dia yang kuinginkan. Napasnya semakin memburu dan tangan nakal itu bergerak naik. Aku tahu ini tidak seharusnya terjadi, tetapi aku butuh kehangatan.

Pandanganku beralih kepada Serra yang bahkan sudah berbaring dengan seorang pria berada di atas tubuhnya. Tidak! Bukan seperti ini! Wanita itu hanya diam, pasrah terhadap perlakuan pria penjaga. Aku tahu Serra juga masih memegang teguh prinsip yang sama.

Apakah ini yang kau inginkan, Andrew? Aku tahu mereka masih di sana mengawasi. Menunggu waktu yang tepat untuk bergerak. Namun, sampai kapan? Bahkan tank top-ku sudah terlepas dan hanya menyisakan bra berenda. Serra? Entahlah!

Aku hanya memejamkan mata, tak ingin melihat wajah pria-pria berengsek ini. Nikmatilah! Aku tak peduli lagi! Sekitar dua menit berlalu dan aku tidak merasakan pergerakan dari pria ini. Hanya sebuah beban berat di atasku dan embusan napas teratur. Ada apa?

Aku kembali membuka mata dan menatap nanar pria yang menampilkan senyum tipis. Ia menyingkirkan tubuh besar itu dari atasku dan memberikan tank top yang tadi dilempar entah ke mana.

"Maaf." Aku hanya mengangguk sebagai jawaban dan langsung menghambur ke pelukannya. Inilah kehangatan yang kubutuhkan. "Jangan menangis, Aretha. Kita berhasil berkat keberanian kalian."

"Aku ... takut."

"Tidak perlu takut, aku bersamamu." Ia mengelus rambutku seperti yang sering dilakukan mama. Setelah sepuluh tahun, baru kali ini aku merasakannya lagi. Terima kasih.

Ia mengajakku berdiri dan berkumpul dengan yang lainnya. Serra pun sudah mengenakan kembali pakaiannya. Ini hari yang berat dan merupakan awal dari semuanya. Perjuangan kami masih panjang.

"Ayo kita masuk sebelum mereka bangun," ajak Ray.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro