File 2.4.10 - Case Closed But is Weird

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

DETECTiVE Watson

"HAHAHA! Aku terlalu meremehkan kalian, Detektif Madoka! Tak kusangka kalian telah mengirim mata-mata untuk mengawasi kami. Cerdik sekali. Tapi, kalian akan tamat di sini! Jangan harap kalian bisa lolos."

Alis Michelle bertaut. Huh, mata-mata apa? Kapan dan siapa yang menempatkan mata-mata? Mereka bahkan baru tahu tentang penebangan pohon ilegal lewat koran yang kebetulan mengaitkan Enda.

"Dan kamu...!" Pria itu menoleh ke Gatelas yang terduduk lemas. "Terima kasih, tapi kerja sama kita selesai. Lihatlah! Karena ulahmu, seorang anak muda akan mati!"

"Kumohon! Aku tidak kenal anak itu! Tolong jangan sakiti dia! Aku... aku telah melakukan semua yang kalian inginkan!"

"Kamu telah melanggar kesepakatan dan harus menanggung konsekuensinya. Fufufu! Bagaimana ya reaksi orangtua anak itu saat tahu penyebab anak mereka mati karena seorang janda hina sepertimu? Fufufu! Aku tidak sabar menantikannya—"

"Woi!" Aiden memotong celoteh pria itu. "Berhentilah berdialog seperti antagonis. Yang kamu katakan itu takkan terjadi."

Dia menyeringai. "Masih mau menggertak, heh? Kamu ingin temanmu mati??"

Aiden abai, justru menanyakan hal lain. "Kenapa kamu menggunduli hutan, hah? Kamu pikir hutan itu milik nenek moyangmu?! Apa kamu tidak tahu akibat dari perbuatan kalian itu?! Longsor! Penduduk yang tinggal di pegunungan menjadi imbasnya!"

"Alam bukan tambang finansialmu!" imbuh Hellen. "Carilah pekerjaan yang bermutu!"

"Apa peduliku? Tidak ada yang lebih penting daripada mendapatkan uang dengan mudah! Di dunia yang kejam ini kita harus memakai segala macam akal untuk kelangsungan hidup!"

Pria ini sudah sinting! Tidak hanya menebang ilegal, dia juga menjual belikannya ke Dark Store dengan harga tinggi, menipu para pelanggannya dengan mengatakan kayu-kayu itu berasal dari hutan pribadinya.

"Apa kamu sadar apa yang kamu lakukan?" kata Michelle. "Kamu melanggar pasal 83 tentang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan. Tidak hanya itu, kamu juga menyandera dan mengancam seseorang. Menyerahlah sebelum hukumanmu bertambah."

"Seharusnya itu kalimatku! Apa kalian tidak peduli pada teman kalian, hah?!"

Jeremy menghela napas. Menggunakan setengah tenaga, dia menyiku perut pria itu membuatnya melenguh sakit. Begitu terlepas, Jeremy memutar tangannya ke belakang. Dengan mudah keadaan berbalik.

Kenapa anak ini kuat sekali?!

"Kamu pikir aku akan diam saja membiarkan diriku disandera, hm? Kamu kurang membaca informasi tentang klub detektif Madoka," ucap Jeremy seakan membaca pikirannya.

"LEPASKAN AKU, BRENGSEK!"

Aiden menghampiri Michelle yang bergegas 'menghentikan' penjualan kayu-kayu yang ditebang liar dan melacak semua pembeli di Dark Store. "Bagaimana? Butuh waktu?"

"Ya. Paling tidak sepuluh menit."

Baiklah. Aiden pun menghubungi Ingil.

Sebelumnya, Michelle telah membuat rencana dengan membagi kelompok. Dextra bersama Ingil. Aiden, Hellen, Michelle, dan Jeremy satu tim. Tugas Dextra mencari serta meminimalisir hutan yang kemungkinan akan diincar oleh dua penebang yang rupanya penyusup negara luar yang dicari-cari, lalu Ingil akan menyergap teman dari pria itu.

Benar. Ingat duo pendatang dari Brazil yang belum ditangkap? Ternyata mereka terjun ke dunia bawah yaitu perdagangan online gelap.

Ada dua hal yang membuat Michelle bingung. Sejauh ini, mereka berdua sangat pandai menyembunyikan keberadaan. Apa yang menyebabkan mereka tiba-tiba terdeteksi? Michelle ragu mereka membuat kesalahan.

Itu pertama. Yang kedua, perkataan pria tadi, tentang mata-mata. Apa karena si 'mata-mata' misterius inikah gerak-gerik mereka terbaca? Tetapi kenapa mereka langsung berpikir bahwa klub detektif Madoka yang mengirim mata-mata?

"Ah, Petugas Ingil! Bagaimana partnernya?"

[Sudah tertangkap, Aiden. Temanmu yang bernama Michelle jitu juga, heh! Bagaimana dia tahu kalau Enda ada bersamanya? Dextra juga hebat, mampu menebak hutan yang mereka pilih. Dengan ini, satu masalah polisi berhasil dibereskan! Terima kasih, Madoka!]

Aiden menoleh ke Michelle yang masih bersikutat dengan komputer.

Dia benar-benar mirip dengan Watson.

.

.

Ini mungkin Case Closed paling hampa yang pernah klub detektif Madoka kerjakan, kecuali Ingil. Dia kemungkinan akan dapat promosi berkat ikut campurnya menangkap si penebang hutan liar, menolong Enda, mengungkap para pembeli di Dark Store.

Enda dan Gatelas mengucapkan terima kasih. Aiden menjawabnya dengan monoton, "Sudah tugas kami menjadi detektif."

Walau kasus ini secara kasar telah selesai, entah kenapa ada banyak yang mengganjal dan beberapa hal aneh lainnya.

Apakah ada yang terlewat? Michelle berkali-kali berpikir ulang dari awal sampai akhir, tapi nihil. Dia tak menemukan apa pun.

Jadi, perasaan 'tidak nyaman' apa ini?

"Yah, setidaknya kasus ini selesai dengan cepat oleh kita. Ayo kembali ke sekolah!  Sekarang pukul empat sore. Festivalnya masih berlangsung," usul Jeremy.

"Memikirkan festival mengingatkanku besok pentas drama kita diselenggarakan."

Bagus Hellen. Gadis itu mematahkan semangat teman-temannya. Padahal mereka sudah sempat teralihkan. Drama sialan itu!

Michelle memasukkan tangan ke saku rok. "Yang semangat kalian." Dia sama Dextra  enak, tidak terpilih. Yang satu murid baru, satu lagi adik kelas. Jadi penonton di kursi.

"Tapi bagaimana dengan posisi Dan? Dia kan masih belum ketemu sampai sekarang!"

"Aku yakin Guru Galak itu punya solusi. Dia tak bisa memaksakan situasi yang tidak menguntungkan," ucap Michelle lugas.

Entah kenapa Dextra hening seribu bahasa sambil menggenggam tabletnya.

*

"Ada apa, Dex?"

Bukan karena apa. Sejak mereka di dalam taksi, Aiden perhatikan, Dextra lebih banyak diam. Dia tidak menyimak guyonan Jeremy dan kurang responsif pada panggilan Hellen. Raut wajahnya terlihat khawatir.

Dextra tersenyum simpul. Ada beberapa privasi yang dia pikirkan, bukan hal penting. Bukan hanya Michelle seorang yang merasa janggal meski kasusnya sudah selesai.

Setibanya di gerbang sekolah, Grim dan Erika berdiri menunggu mereka di sana. Sepertinya urusan yang mereka bilang tempo lalu sudah diselesaikan. Tepat sehari sebelum drama musikal Sleeping Beauty dilaksanakan.

"Betapa hebatnya. Dua hari kami tinggalkan, kalian bertemu dua kasus merepotkan. Fitnah terhadap wali kelas, lalu penebangan pohon yang sedang booming di Moufrobi."

Hellen mengernyit. Beritanya sudah bocor? Bukankah kasus Akinlana ditutup Lucius?

"Jadi kali ini pemimpinnya bukan Watson. Siapa itu J? Dan..." Grim menatap Michelle penuh selidik. "Siapa gadis ini?"

"Sebentar, dari mana kamu tahu tentang J?" Seharusnya itu menjadi rahasia saksama anggota klub detektif saja. Ditambah, kasus itu baru selesai beberapa menit lalu lho. Tidak mungkin informasinya sudah bocor.

"Apa maksudmu?" Grim dan Erika saling tatap, memperlihatkan ponsel mereka. "Itu sudah diterbitkan di artikel. Banyak warga yang berterima kasih pada kalian dan separuh pujiannya J yang menerimanya."

Aiden, Hellen, dan Jeremy membacanya.

Ya. J pantas mendapatkan sanjungan karena jika bukan dia, klub detektif Madoka tidak akan tahu-menahu soal masalah ini. Tapi cara dia 'memberitahu' kasusnya dengan menaruh Enda ke dalam bahaya, itu adalah hal salah.

Michelle mengulum bibir. Ada yang tidak beres. Siapa si J ini sebenarnya?

Masih bergumul di dalam pikirannya, Dextra mengepalkan tangan, mengendap pergi dari sana. Entah hendak menuju ke mana. (*)





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro