13

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia. 

Pencipta Wulan Benitobonita

"A-aku enggak bohong, Mas. E-emang pongonya itu mesum! Ka-kaya mau ngapain gitu. Kalo Mas Karno enggak nembak kakinya, bi-bisa-bisa aku batal kawin bulan depan," ucap seorang pekerja  wanita kepada Labih dengan tergugu. Gadis berusia dua puluh tahun itu membesit hidung dengan tisu saat menceritakan pengalaman traumatis dalam hidupnya.

Kening Angelina berkerut dalam saat mengamati perempuan Dayak yang memang terlihat manis. Setahunya, pongo jantan hanya tertarik dengan betina berbulu atau setidaknya memakai atribut jingga. Namun, karyawati yang sedang duduk di teras mes khusus perempuan itu bukanlah selera orang utan secara umum.

Kulit putih bersih, hidung bangir, tubuh langsing berbalut seragam hitam-hitam, rambut hitam berkilau sepanjang pundak dan diikat dengan karet hitam. Perempuan itu terlalu jelek untuk menaikkan birahi seekor pongo jantan dewasa.

Lima pekerja wanita yang ikut menemani langsung menanggapi dengan riuh, sedangkan Pak Taryo hanya menghela napas dengan ekspresi lelah. Pria itu duduk di kursi rotan bersama para anggota RTW yang sedang mewawancarai para saksi mata.

"Benar itu, Mas. Pongonya aneh! Masa ngejar-ngejar Mbak Wati yang berdirinya aja jauh dari sarangnya. Lah itu, ada Bu Surti, ditengok aja enggak." Salah satu dari mereka pun menunjuk perempuan yang dimaksud dengan lirikan cepat ke pekerja wanita lainnya yang memiliki ukuran tubuh tiga kali berat badan Angelina.

Bibir merah Bu Surti sontak berdecak kesal. Wanita paruh baya itu memberengut sambil mencerca rekan kerjanya yang tidak tahu diri. "Eh, lu, ya! Tuh, pongo enggak ngejar gue karena gue waktu itu udah pasang jurus silat! Padahal dia tertarik sama gue. Lah, si Wati kaya lidi gitu, yah dialah yang dikejar dibanding enggak dapat betina."

"Mana ada jurus silat! Saya lihat kok kalo Ibu masih nungging waktu si pongo turun dari pohon. Enggak ada dia ke Bu Surti sama sekali."

Adu mulut sontak terjadi di antara mereka. Labih yang sepertinya ikutan pusing dengan penjelasan tidak masuk akal para kaum hawa itu pun berusaha menyelesaikan proses tanya jawab dengan berseru, "Jadi, di mana pongonya sekarang?!"

"Terakhir di G-5, Pak. Sekitar lima kilometer ke utara dari sini. Dia manjat lagi habis kena tembak tiga kali." Kali ini Pak Taryo yang langsung menjawab. "Kami tidak tahu dia masuk lewat mana. Tau-tau udah ada aja sarangnya di situ kemarin."

"Kandang transport sama mobil ngangkut buat si pongo agak telat datangnya. Jadi, kami izin kemah sambil mantau kondisi," ucap Labih menanggapi. 

"Oh, baik, Pak. Kabari saja saya kalau butuh apa-apa. Kita lanjut jalan ke lokasi sekarang?"

Pak Taryo berdiri terlebih dahulu sebelum disusul tim RTW. Angelina tanpa sengaja melihat dua orang gadis berusia dua puluh tahunan yang sedari tadi lebih fokus mencuri pandang ke arah Ramaik dibandingkan ikut bertengkar dengan pekerja perempuan lainnya. 

Dia pun ikut mencuri pandang ke arah Ramaik saat berjalan menuju mobil. Sebuah lengkungan tipis pada bibir Angelina terbentuk ketika mengamati sisi wajah sang Inyiak yang tertimpa cahaya siang. Yah, memang dia enggak jelek sih.

Pria yang dipandangi refleks menoleh. Napas Angelina seketika tertahan ketika tatapan mereka beradu sejenak. Dengkuran panjang terdengar dari pria itu dan membuat langkah Labih dan Pak Taryo langsung terhenti.

"Su-suara apa itu?" tanya Labih dengan punggung menegang. "Apa di sini ada macan kumbang?"

"Enggak kok, setahu saja enggak." Pucat pada wajah Labih menular ke Pak Taryo. Mereka berdua sontak melihat sekeliling dengan waspada.

Dasar bodoh, maki Angelina dalam hati dengan pipi terasa panas. Dia langsung membuang muka dan mempercepat langkah menuju pintu mobil sambil berseru, "Ayo, Pak Labih! Itu hanya suara kucing!"

Dengkusan sebal Ramaik terdengar sebelum Angelina menutup pintu mobil dari dalam. Wanita itu pun cepat-cepat melihat ke arah jendelanya ketika pria yang dia hindari menyusul masuk dan duduk di sebelah dia.

 Selanjutnya dapat dibaca di:

https://karyakarsa.com/Benitobonita/13-kuyang-genma-series-3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro