#MovieReview: Bebas

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Judul: BEBAS
Genre: Coming-Of-Age, General Fiction
Produksi: Miles Films & CJ Entertainment
Sutradara: Riri Riza & Mira Lesmana
Skenario: Gina S. Noer
Tahun: 2019
Pemain: Maizura, Sheryl Sheinafia, Agatha Pricilla, Zulfa Maharani, Baskara Mahendra | Marsha Timothy, Susan Bachtiar, Indy Barends, Widi Mulia, Baim Wong.

BLURB

Vina (Marsha Timothy) seorang Ibu rumah tangga yang hidupnya biasa-biasa saja bertemu kembali dengan sahabat lamanya bernama Kris (Susan Bachtiar) yang sudah dalam kondisi sekarat. Sebelum meninggal, Kris meminta Vina untuk mengumpulkan teman-temannya kembali yaitu Geng BEBAS. Sambil melakukan pencarian, dia bernostalgia akan kehidupan SMAnya 25 tahun lalu.

Tahun 1995, Vina (Maizura) adalah anak baru dari Sumedang. Dia mendapat bully dari teman-teman sekelasnya saat memperkenalkan diri. Dia berkenalan dengan Kris (Sheryl Sheinafia) dan dekat dengan sahabat-sahabatnya yang lain yaitu Jessica (Agatha Pricilla) si jago dandan yang punya cita-cita oplas, Gina (Zulfa Maharani) si galak tukang pukul yang bercita-cita jadi pebisnis sukses seperti Mamanya, Jojo (Baskara Mahendra) satu-satunya member cowok tapi paling banyak omong dan tukang ngumpat sejati, dan terakhir ada Suci (Lutesha) si jutek dan primadona sekolah. Bersama, mereka membentuk Geng BEBAS. Namun, semua berubah saat suatu peristiwa menimpa salah satu dari mereka.

REVIEW

Saya menurunkan ekspektasi saat menunggu film ini, tapi dengan harapan bahwa tidak ada perubahan yang sampai merusak alur cerita dari film aslinya. Masuk ke dalam film, HARAPAN SAYA TERKABUL. Sudah menerka-nerka bahwa tidak ada perubahan besar, saya makin tenang menontonnya.

Semua pola dan alur ceritanya sesuai dengan versi aslinya. Dengan beberapa perbedaan yang disesuaikan dengan situasi di Indonesia. Baru awal aku sudah dibikin ngakak sama tingkahnya Sarah Sechan, lebih menjiwai daripada yg versi Korea haha. Ketika masuk ke masa lalu, pemandangan ala 90an Indonesia benar-benar sesuai ekspektasi saya. Main Gimbot, baca komik sambil dengerin lagu di kaset walkman, seragam anak SMA yang roknya masih selutut dengan baju dimasukin. Gaya rambut alakadarnya, dan satu lagi, riasannya benar-benar sesuai dengan kondisi anak 90an saat itu.

Akting Maizura sebagai Vina memang diacungi jempol. Dia orang Makassar, tapi logat Sundanya bener-bener oke. Untuk Sheryl dan Lutesha, ebuset dapat banget peran Kris si ketua geng dan Suci sang primadona sekolah. Percaya deh, standar kecantikan anak 90an dulu tuh macem artis senior Meriam Bellina, makanya rambutnya Lutesha super keriting gitu. Jadi jangan bilang dia tidak secantik Min Hyo-Rin yah, awas kalyean. Satu lagi akting pemeran pendukung yang mencuri perhatianku, si antagonis Andra (Giorgino Abraham), dia sungguh totalitas banget meranin cowok nyimeng dan teler. Cukup tatapan mata dan dialog yang mengandung pelecehan seksual bikin kesel sekaligus merinding.

Oh, ya, Baskara Mahendra sebagai Jojo YA AMPUN KEREN BANGET. DIA BERHASIL MEMBAWA CIRI KHAS DARI SELURUH REMAKE FILM SUNNY. Hawanya dia tuh kayak Emon dari catatan si Boy versi Om Didi Petet tapi dengan tampilan masih manly. Karakter Jojo ini terunik, bahkan lebih unik dari Jin-Hee. Karakter Jojo ini representasi cowok feminim yang mengulik sisi humanis. Great Job, Miles.

Masuk ke bagian dewasa, lagi-lagi Baim Wong dan Indy Barends sebagai Jessica dan Jojo dewasa tuh bener-bener scene stealer abis, kayak kamu itu udah lama nggak ketemu sahabat cowok tapi sekali ketemu nyerocos tanpa henti. Scene Tante Susan Bachtiar favoritku sih pas adegan berantemnya itu keren abis. Di bagian akhir film, kamu bakal tercengang dengan pemeran Suci dewasa (JANGAN SPOILER DISINI YA SOAL SIAPA DIA OKEH?)

Menonton film ini tuh benar-benar memberi sisi nostalgia sekaligus kenyataan bahwa idealisme masa muda kadang tidak sejalan dengan kenyataan hidup. Ada yang idealismenya berjalan dengan baik tapi ternyata dikasih ujian dari Tuhan, ada yang idealismenya patah tapi dia dikasih hadiah dari Tuhan. Ini, sih, yang selama aku nonton tuh dikasih perasaan kayak roller coaster. Syukurnya masih terasa.

Untuk kekurangannya adalah dari sisi teknis. Ya Tuhan editingnya kasar banget, belum masuk beberapa detik ke scene udah ada lagunya. Terus ada satu scene di mana lagunya tuh bikin dialog pemainnya terganggu banget.

Adegan yang paling kuharapkan di film ini tuh kayak kok gini doang sih? Nggak heboh banget. Tetapi lagi-lagi aku paham, mungkin Miles Films ingin memperhalus agar bisa nyaman ditonton. Scene setelah konflik utama, di aku jatuhnya kayak nggak nyesek tapi malah kok gini doang? Kurang sedih. Walau nggak sampek pukul-pukulan kayak versi aslinya, setidaknya ada scene super nyeseknya deh.

Kekurangan-kekurangan yang kusebutkan tadi syukurlah sudah ditutup dengan alur cerita yang bagus dan akting pemain-pemainnya. Tidak lupa dengan soundtrack"nya yang bikin saya langsung buka aplikasi musik digital dan mendengarkannya. Soundtrack favorit saya sehabis dua OST utama adalah sebagai berikut:



KESIMPULAN

Persahabatan itu abadi walau dimakan waktu. Idealisme masa muda kadang tidak sejalan dengan kenyataan hidup. Kita adalah pemeran utama dalam cerita kita sendiri, karena hidup cuma sebentar jadi harus memanfaatkannya semaksimal mungkin.

Film ini cocok untuk ditonton bagi kalian yang rindu dengan sahabat-sahabat lama. Mengenang bagaimana generasi 90an dahulu dengan trend-trend tertentu.

RATING: 8/10 (recommended)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro