Chapter 27

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jamie berdiri bersandar di mobilnya sembari terus menerus memandang jam di tangannya. Dia merasa khawatir dengan Batari yang tidak kunjung turun. 

"Apa mereka baik-baik saja?" gumam Jamie.

Kemudian tatapan Jamie tertumbuk pada Batari yang melangkah keluar dari gedung perusahaan dengan langkah lunglai. Jamie pun bergegas menghampiri istrinya.

"Apakah kamu sudah bicara dengan Christian, Kucing liarku?" tanya Jamie saat berhenti di depan istrinya.

Perlahan Batari mendongak menatap Jamie. Detik berikutnya wanita itu langsung menangis membuat Jamie menjadi panik.

"Ada apa, Kucing liarku? Apakah ada yang menyakitimu?" Jamie menguspa pipi Batari yang basah karena air mata.

Namun Batari tidak menjawab dan terus menangis. Akhirnya Jamie memeluk istrinya untuk menenangkannya. Dia ingin tahu sebenarnya apa yang terjadi. Tapi dia tidak mau memaksa istrinya. 

Setelah agak tenang Batari melepaskan pelukan suaminya. "Jamie bisakah kamu membawaku pergi dari sini?"

Jamie menganggukkan kepalanya. "Baiklah, kita akan pulang ke rumah."

Batari menggelengkan kepalanya. "Jangan ke rumah, Jamie, kumohon! Aku... aku gak mau bertemu dengan Christian."

Rasa penasaran Jamie semakin tinggi. Dia menduga Batari dan Christian bertengkar hebat. Kemudian pria itu menghela nafas berat.

"Baiklah, kalau begitu kita pergi ke apartemenku saja, oke?"

Batari menganggukkan kepalanya. Kemudian mereka bergegas pergi meninggalkan perusahaan itu. 

***

"Christian berselingkuh?" terkejut Jamie saat mendengar cerita Batari.

Wanita itu menganggukkan kepalanya. "Ya, aku melihatnya memeluk seorang wanita."

"Apa kamu yakin Christian yang memeluknya? Bukan wanita itu yang memeluk Christian?" tanya Jamie.

Batari melayangkan tatapan tajamnya ke arah suaminya. "Jadi kamu gak percaya pada penglihatanku? Kamu pikir mataku bermasalah?"

Jamie menggelengkan kepalanya. "Bukan begitu, Kucing liarku. Tapi kupikir Christian bukanlah orang yang mudah berselingkuh dengan orang lain. Memang banyak wanita yang mendekatinya. Tapi dia selalu dingin dan hanya denganmu dia bisa berubah lembut."

"Tapi aku melihatnya sendiri. Aku melihat Christian memeluk wanita itu. Kalau kamu masih membela kakakmu, aku akan pergi dari sini." Batari berdiri dan hendak pergi.

Tapi Jamie menahan tangan wanita itu dan menariknya duduk kembali. "Maaf, Kucing liarku. AKu gak bela Christian lagi. Aku percaya padamu. Jadi jangan pergi, okey?"

Batari pun menganggukkan kepalanya. Jamie tersenyum melihat istrinya semakin menggemaskan ketika sedang merajuk.

"Apa kamu lapar? Aku bisa membeli sesuatu." Jamie menawarkan.

Batari menggelengkan kepalanya. "Enggak, aku gak lapar. Aku merasa sangat lelah. Aku mau tidur saja."

Jamie menganggukkan kepalanya. "Oke, kalau gitu kita tidur bersama." 

Batari langsung melotot kaget. "Jamie, aku lelah. Aku cuma mau tidur."

Jamie tampak bingung mendengarnya. "Memang kita cuma tidur, Kucing liarku. Aku hanya akan berbaring di sampingmu dan memelukmu. Memang kamu pikir kita mau melakukan apa? Jangan bilang kamu berpikir nakal, Kucing liarku."

Batari menggelengkan kepalanya. "Enggak, aku gak berpikir seperti itu. Aku mau tidur sekarang."

Wanita itu bergegas menuju pintu. Jamie terkekeh melihat istrinya salah tingkah. Dia bergegas mengikuti wanita itu. Namun sebelum Batari meraih gagang pintu, Jamie menahannya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Jamie.

"Ke kamar. Bukannya aku sudah bilang aku mau tidur?" Batari menunjuk ke arah pintu di hadapannya.

"Itu bukan kamar kita. Itu kamar tamu cuma ada kasur kecil. Kamar kita ada di sana." Jamie menunjuk ke arah pintu yang berlawanan arah. 

Kemudian Jamie menarik tangan istrinya menghampiri kamarnya. Jamie membuka pintu kamar dan melangkah masuk.

"Wow! Kamar ini bagus sekali!" puji Batari melihat kamar apartemen mewah itu. Di mana ada sebuah ranjang besar yang menghadap ke arah dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan kota. 

"Akan jauh lebih indah ketika di malam hari. Kamu bisa melihat bintang-bintang dari sini." 

"Memang indah kalau di malam hari. Tapi kalau terang begini, gimana aku bisa tidur?" tanya Batari.

Jamie menyunggingkan senyuman. "Tenang, Kucing liarku. Aku memiliki solusi untuk masalah ini."

Jamie mengambil remot dan menekan salah satu tombol. Kemudian tirai itu bergerak secara otomatis menutup ruangan itu. Mencegah cahaya masuk ke dalam.

"Masalah terselesaikan. Tapi kupikir masih adalah masalah lagi." Ucap Jamie.

Batari memicingkan matanya. "Masalah apalagi?"

"Apa kamu mau tidur dengan pakaian ini?" Jamie menunjuk ke arah gaun selutut berwarna peach yang dikenakan Batari.

"Ah, kamu benar. Tapi aku tidak membawa pakaian." Batari menghela nafas berat. 

"Tenang, aku juga punya solusi untuk masalah ini." 

Jamie berjalan menghampiri pintu yang menghubungkan kamarnya dengan ruang wardrobe. Dia mengambil salah satu kemeja putih yang sudah dilipat rapi kemudian dia keluar menghampiri istrinya.

"Pakailah ini!" Jamie menyodorkan kemeja itu.

Batari melongo melihat kemeja putih bersih itu. "Aku pakai itu?"

Jamie menganggukkan kepalanya. "Ya, daripada mengenakan gaun itu kamu akan merasa tidak nyaman saat tidur. Karena itu bukankah jauh lebih baik mengenakan kemeja ini."

Batari menatap kemeja itu. Ucapan Jamie memang benar. Tidak nyaman tidur mengenakan gaun. Tapi membayangkan dirinya hanya mengenakan kemeja itu saja membuat wanita itu merona merah karena malu.

"Baiklah, aku pakai ini. Tapi awas kalau tanganmu nakal. Aku merasa lelah hari ini," ancam Batari.

Alih-alih takut, Jamie justru terkekeh mendengar ancaman itu. "Percaya padaku, Kucing liarku. Aku pasti akan mengamankan tamganku."

Akhirnya Batari mengambil kemeja itu dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah itu Jamie mengambil smartphone nya dan langsung menghubungi kakaknya. Sayangnya sejak mereka bertengkar, Christian tidak mau mengangkat panggilan darinya.

"Kekanak-kanakan!" geram Jamie.

Akhirnya dia pun mengirimkan pesan pada kakaknya.

Jamie
Sampai kapan kamu bakal marah?

Jamie menunggu kakaknya membalas pesannya. Tapi sayangnya pesan darinya hanya dibaca saja tanpa ada tanda ditanggapi oleh Christian. Jamie kembali mengirim pesan.

Jamie
Kamu marah padaku dan juga pada Kucing liar. Sekarang Kucing liar benar-benar marah padamu. Aku tidak percaya, tapi aku perlu tahu yang sebenarnya, Kak. Apakah kamu berselingkuh dari Kucing liar?

Jamie menunggu reaksi kakaknya. Tiba-tiba saja ponsel Jamie berdering. Bibirnya tersenyum melihat nama kakaknya.

"Akhirnya dia bereaksi juga."

Jamie pun melangkah keluar dari kamar agar Batari tidak mendengar percakapan mereka.

"Sialan kamu Jamie! Apa maksudmu menuduhku berselingkuh dari Batari?" omel Christian.

Jamie menggelengkan kepalanya. "Bukan aku yang menuduhnya, Kak. Batari yang mengatakannya padaku."

"Batari? Kenapa dia menuduhku seperti itu? Apa hanya karena dia masih marah padaku?" tanya Christian.

"Aku pikir tidak. Tadi setelah aku menjemputnya dari rumah sakit, dia memintaku untuk diantarkan ke kantormu. Dia ingin bertemu denganmu sendirian. Tapi waktu dia kembali, Kucing liar kita langsung menangis. Dia bercerita kalau dia melihatmu memeluk wanita lain. Apa itu benar, Kak?" tanya Jamie.

***

Maaf kalau cerita ini sudah lama tidak diupdate. Quin mengalami depresi berat sehingga kesulitan menulis. Kalau kalian bisa merasakan perbedaan cara penulisan di chapter ini dibandingkan chapter sebelumnya, Quin mau minta maaf. Quin masih perlu belajar menulis lagi. Karena depresi mempengaruhi kemampuan kepenulisan Quin. Karena itu mohon dukungannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro