16. Suspend

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tidur Leila nggak tenang, makan pun gelisah, pikirannya melanglang buana. Berulang kali ia mencoba untuk fokus, mencoba untuk menarik kesadarannya kembali dan mengingat bahwa hal itu hanya ada di pikirannya saja. Tapi semakin Leila berusaha melupakannya, hal itu semakin menempel di ingatannya.

"Gue nggak bisa kayak gini nih," gumam Leila sebelum menaruh kepalanya di atas meja.

"Lo kenapa Le?"

Leila geleng-geleng kepala. Hal ini makin sulit bagi Leila karena ia nggak punya seorang pun untuk dijadikan tempat berkeluh kesah masalah ini. Rizka jelas bukan tempat yang tepat, yang ada Leila akan dicengin habis-habisan. Leila nggak mungkin cerita sama teman sekelasnya yang lain atau teman-temannya di tim rahasia PN.

Pulpen ditangannya ia ketukkan dalam ritme yang teratur ke kepalanya. Berharap hal itu bisa mengeluarkan segala pikiran aneh yang menghantuinya 24 jam ini.

"Lo lagi mikirin Arya?"

Tanpa mengangkat kepalanya dari meja, Leila mengangguk. Matanya terbuka menatap rok hitam panjangnya.

"Kenapa? Lo mulai kepikiran omongan gue?" tanya Rizka lagi. Leila tau, Rizka masih sibuk mencatat tanpa menoleh ke arahnya.

Leila benci mengakui, tapi itu lah kenyatannya. Semalaman Leila memikirkan Arya, memikirkan kenapa ia bisa kembali jatuh pada mata itu, kenapa dengan mudahnya ia terperangkap pada sikap manis cowok itu, kenapa semua usahanya untuk mengindari Arya selama ini terasa sia-sia karena kurang dari sepuluh hari cowok itu berhasil bikin jantung Leila berdetak nggak normal.

Leila nggak bodoh. Ia tau pasti perasaan itu, perasaan yang akrab dengannya dua tahun lalu. Sialnya Arya masih jadi penyebab Leila merasakan perasaan itu lagi. Leila nggak bisa melupakan senyuman Arya di koridor depan aula kemarin, tatapan teduhnya yang jarang sekali terlihat dan bagaimana cowok itu mengatakan Leila adalah tempatnya untuk pulang.

"Gue bentar lagi gila, Riz," ujar Leila setelah cukup lama terdiam.

"Jilat ludah sendiri nggak pa-pa kok. Kan udah pernah," bisik Rizka tepat di telinga Leila.

Leila kontan menegakkan punggung, menatap Rizka yang tersenyum lebar penuh kepalsuan.

Bel istirahat berbunyi bersamaan dengan Leila yang menendang kaki Rizka di bawah meja. Cewek di sebelahnya itu malah tertawa, sambil menaikkan kakinya yang ditendang Leila ke atas bangkunya.

"Denial kan lo sama perasaan lo sendiri. Bilangnya benci tapi masih suka!" ledek Rizka makin menjadi.

"Nggak! Apaan sih!?"

Rizka tertawa meledek. "Iya, iya, nggak suka tapi cinta!"

Satu pukulan mendarat di lengan Rizka. Cewek di sebelah Leila itu mengusap lengan, masih dengan sisa tawa di wajahnya.

"Udah sana bilang, keburu dia kecantol sama yang lain lagi," ujar Rizka menaruh semua peralatan belajarnya ke dalam laci dan mengganti kotak bekal berwarna hijau di atas meja.

Leila mendengus. "Harusnya lo ngomong gitu di depan kaca. Sadar diri, jomblo."

Rizka melirik sinis pada Leila, gerakan tangannya berhenti mengaduk nasi dan sambal goreng kentang buatan mamanya itu. "Lo mulai diskriminatif status nih sekarang?"

"Lo mulai duluan," jawab Leila enteng sambil mengedikkan bahu.

Mata Leila tiba-tiba berkilat jahil saat cowok yang duduk di bangku seberang berdiri dan menenteng ponsel.

"Eh, Lang!"

Leila terpaksa menelan kalimat yang sudah menggantung di ujung lidah karena Rizka langsung membekap mulutnya begitu ia menyebut nama itu.

Cowok tinggi yang punya pandangan datar itu menaikkan alisnya ke arah Leila yang bikin Rizka mengambil alih untuk menjawab, sedangkan Leila membiarkan teman sebangkunya membekap mulutnya tanpa perlawanan.

"Nggak. Nggak jadi. Leila iseng doang."

Cowok itu, Galang, cuma mengangguk dan tanpa mengucapkan satu katapun berjalan meninggalkan kelas. Rizka langsung melotot ke arah Leila.

"Lo ngapain sih?!"

Leila menyingkirkan tangan Leila dari wajahnya dan tersenyum lebar. "Jangan songong sama gue makanya!"

Rizka merengut dan menjitak kepala Leila. "Lo songong!"

Leila mendelik nggak terima, tangannya sudah terayun untuk balik menjitak Rizka saat suara lantang Nanda mengalihkan perhatiannya.

"AKUN PNHITS KE SUSPEND!"

Seperti ada batu besar yang menghantam dada Leila. Keributan cewek-cewek di kelasnya tentang akun PNHits makin membuat Leila kelimpungan. Ponselnya di laci bergetar, Leila buru-buru menyambarnya begitu nama Bella muncul di layar.

"Udah tau, Kak?"

Suara Bella di ujung telepon terdengar panik. Leila tanpa sadar mengangguk, ia berdiri meninggalkan bangkunya, tidak menghiraukan panggilan Rizka dan berjalan cepat ke luar kelas.

"Barusan temen gue bilang. Terus gimana, Bel?"

"Nggak tau. Gue kaget banget, Kak. Kak Lily belum ngabarin apa pun. Gue lagi sama Friska di bawah."

"Gue ke sana deh."

Leila melepaskan ponsel dari telinganya dan tersentak kaget, Arya muncul di depannya dengan wajah penasaran.

"Lo udah tau?" tanya cowok itu di tengah tangga.

Kepala Leila mengangguk. "Udah. Lo tau dari mana?" kaki Leila melangkah mendekati Arya.

"Di kantin rame banget. Gue nggak ketemu Lily dari tadi pagi," tutur Arya yang membuat dahi Leila berkerut samar.

"Emang janjian?"

Leila menyesali pertanyaan yang barusan keluar dari mulutnya. Apalagi nada suaranya yang terkesan ... cemburu.

"Nggak. Gue biasa ketemu di kantin."

Leila melangkahkan kaki menuruni tangga tanpa membalas kalimat Arya. Ia tau cowok itu mengekorinya tapi demi kebaikannya, ia nggak akan capek-capek menoleh. Sejak tadi pagi ia berusaha menjaga jarak dari Arya, ia nggak mendebat cowok itu seperti biasa, ia mengurangi intensitas interaksi mereka. Bayangan senyum dan tatapan Arya masih menghantuinya sampai detik ini.

Sepanjang menuruni tangga sampai koridor, topik akun PNHits yang ter-suspend jadi perbincangan. Leila menguatkan dirinya untuk nggak panik. Walaupun ia nggak pernah mengurus akun itu, tapi baginya dan seluruh tim rahasia PN akun itu adalah akun paling penting, akun yang jadi alasan keberadaan tim mereka.

Kaki Leila berbelok ke koridor depan aula. Hampir saja ia menghentikan langkah di depan ruang OSIS saat beberapa cewek yang berdiri di depan ruangan itu tertawa mengejek akun PNHits.

"Nothing last forever. Gue bilang apa, tinggal tunggu waktu aja tuh akun gosip tumbang."

"Kemaren katanya pada mau report. Eh udah suspend duluan."

"Siapa yang mau report?"

"Banyak lah. Pada dendam aibnya dibongkar."

Suara cewek-cewek itu mendadak samar saat tangannya ditarik Arya untuk terus berjalan cepat melewati ruang OSIS.

"Nggak usah didengerin," ujar Arya di dekat telinga Leila yang berhasil membuatnya berjingkat.

"Apaan sih!" sentak Leila.

Arya melepaskan tangannya dari pergelangan Leila. Cowok itu tersenyum lebar. "Gue yakin lo panik. Tapi, gue seneng lo masih bisa galak."

Leila menggeleng menatap Arya dengan sorot aneh. Bisa-bisanya cowok ini senyum lebar setelah bikin Leila jungkir balik semalaman, apalagi di saat-saat genting seperti ini.

"Nggak jelas!" maki Leila sebelum kemudian berjalan meninggalkan Arya yang tertawa di depan ruang radio.

Kedua mata Leila melebar, di ujung koridor ia melihat Lily. Ia mempercepat langkahnya, hampir seperti berlari menyongsong Lily yang berhenti di depan pintu aula.

"Kak!"

"Hai, Le!"

Leila benar-benar mengagumi Lily di saat-saat seperti ini. Lily masih terlihat sama, masih anggun dan ceria, nggak kelihatan panik sama sekali. Padahal Leila tau pasti, betapa seriusnya Lily jika berurusan dengan akun PNHits.

"Gimana kak?" tanya Leila terengah.

"Apanya?"

"Penemu Harta."

Senyum Lily mengembang dengan cantiknya. Leila nggak akan lupa kode rahasia itu. Sejak awal tim rahasia PN selalu menggunakan kata 'Penemu Harta' untuk menyebut akun PNHits dan 'Kotak Harta' untuk akun DraftPN.

"Masuk, yuk. Kita bahas di dalem. Yang lain udah gue kabarin."

Leila mengangguk. Suara langkah kaki berhenti di sampingnya dan ia menoleh. Arya menatap Lily dengan pandangan yang sulit diartikan, seperti tatapan iba atau simpati. Tatapan yang sama saat cowok itu mendengarkan ceritanya minggu kemarin di kafe es krim.

"Kemana aja lo? Nggak absen ke kantin," ujar Arya tanpa menyebut nama Lily tapi cewek itu langsung tersenyum.

"Sibuk. Emang lo gabut mulu," balas Lily dengan nada bercanda.

Arya mendecak, cowok itu mendekat ke arah Lily. Menepuk puncak kepalanya beberapa kali. "Istirahat kalo capek. Nggak usah maksain."

"Iya, bawel banget!"

Leila menatap adegan di depannya yang persis drama Korea itu dengan setumpuk kecurigaan dalam kepala, juga perasaan aneh dalam dirinya. Seperti ingin memukul Arya dan menjauhkan Lily dari cowok itu. Apa ini tandanya ia cemburu?

"Dilihatin pacar lo tuh! Dasar buaya!"

Arya menoleh, menatap Leila dengan senyuman lebar. "Nggak. Dia nggak cemburuan kok. Ya kan, Le?"

Leila mengangguk terlalu cepat. Ia mengangguk untuk pertanyaan Arya, juga untuk hatinya yang memastikan sekali lagi kalau ia nggak mungkin cemburu pada kedekatan Arya dan Lily.

"Iya. Santai aja. Nggak peduli juga," balas Leila berusaha terdengar galak seperti biasanya.

Arya menganggapinya dengan tawa. "I love you!"

Leila berlagak muntah dan langsung meraih handle pintu ruang aula. Samar-samar ia mendengar suara Arya yang menyuruh Lily menemui cowok itu di kantin.

Leila menendang angin di depannya dan mengarahkan kepalan tinjunya ke udara. Sambil membayangkan Arya yang jadi samsaknya.

Dasar cowok kadal!

•×•


"Pilihannya cuma dua."

Ruangan aula itu hening. Suara-suara ramai di luar sana nggak mempengaruhi atmosfer ketegangan antara enam orang di dalam ruangan besar itu.

"Nunggu sampe balik lagi atau pake back-up akun."

Helaan napas terdengar dari Bella. "Sayang banget kalo harus pindah."

Lily mengangguk. "Banget. Gue sama Astrid udah berusaha dari semalem. Berulang kali ada notif mau reset password."

Mata Leila menatap Astrid yang cuma diam. Dilihat dari penampilannya, cewek itu pasti susah tidur semalam dan paginya pun nggak tenang. Puncaknya siang ini, akun yang mereka rawat dan jaga menghilang begitu saja.

"Appointment paid promote nggak ada lagi kan yang nyangkut?"

Bella mengangguk. "Udah move ke akun Line semua."

"Yang ngecek DM terakhir siapa?"

Dea, cewek berambut pendek mengangkat tangan. "Abis posting foto Angga tadi pagi, gue cek DM dan yang penting-penting gue taruh di grup, gue cross cek siang ini." 

Lily kembali mengangguk. "Kalo sampe besok pagi nggak balik. Posting foto sama paid promote di akun back-up."

"Serius kak? Engagement-nya nggak nyampe setengahnya Penemu Harta." Friska angkat suara. Bisa dibilang yang selalu memantau akun PNHits adalah Friska, cewek itu melaporkan tiap pergerakan engagement.

"Nggak pa-pa, Fris. Mau gimana lagi. Kasihan yang udah paid promote-nya, seenggaknya kita ngasih kewajiban kita. Itu juga kalau nggak banyak yang cancel," jelas Lily.

Leila mengangguk. Kejadian ini mungkin akan berimbas besar pada fitur paid promote akun PNHits. Bella yang mengurusnya pasti akan sibuk.

"Abis ini gue akan ngecek Kotak Harta. Bikin back-upnya juga kalo memungkinkan," lanjut Lily.

Helaan napas terdengar dari beberapa orang di samping Leila. Ia tau, ini pasti berat untuk mereka. Selama ini, akun itu mereka rawat dengan baik, mereka jaga dan akun itu yang membentuk mereka jadi satu tim. Kebanggaan tersendiri bagi mereka jika akun itu ramai dibahas.

"Kotak Harta aman kan, Le? Nggak kebuka satu pun?" Lily menatap ke arah Leila.

Sejak awal ia bergabung dengan tim rahasia PN, ia satu-satunya yang dipercaya memegang DraftPN. Anggota lain selalu punya akses masuk, tapi cuma Leila yang punya kewenangan untuk posting Draft dan selama di bawah kendali Leila, nggak ada satu masalah yang timbul. Leila cukup bangga dengan itu.

Leila mengangguk dan menjawab dengan percaya diri.  "Aman."

Lily mengangguk dengan senyum lebar. "Good."

•×•

DraftPN

Dari : sebut aja kenanga
Untuk : kalian
Pesan : lo pada penasaran nggak sih, akun PNHits kesuspend? Terus kalian ada yang tau adminnya nggak?

•×•


Makasih yaaaa udah baca, vote dan komen ❤️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro