17. Panik

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

N. Arya
Dari : Arya gantenk
Untuk : pacar ku, Leila
Pesan :
buah semangka, buah pepaya
buahnya manis banyak yang suka
Seperti aku, Leila I love you!

Leila mendengus menatap pesan di Draft PN dari Arya. Cowok itu rupanya menyerah karena berulang kali mengirimkan chat padanya tapi nggak Leila balas. Bukan sekali dua kali Arya melakukan ini, kalau ia sengaja nggak membaca chat dari cowok itu dalam jangka waktu yang lama, Arya akan mengirimkan draft untuknya. Cowok itu selalu tau dimana harus mencarinya.

Satu hal yang Leila sadari. Ia mulai terbiasa dengan keberadaan Arya. Leila nggak ngomel tiap lihat cowok itu nongkrong depan kelasnya, Leila nggak ngamuk-ngamuk tiap Arya kepagian muncul di rumahnya, Leila nggak keberatan membalas chat Arya yang isinya gombalan nggak penting dan basa basi yang lebih sering jadi ajang perdebatan receh di antara mereka. Hal itu yang Leila takutkan selama ini.

Semuanya berawal dari rasa terbiasa, kemudian nyaman lalu perasaan lebih dalam itu muncul. Leila takut. Leila takut kejatuhannya kali ini akan berakhir seperti sebelumnya. Debaran jantungnya yang mulai nggak normal tiap dekat cowok itu dan bayangan senyuman Arya bertengger di otaknya tiap saat seolah mengejeknya, menunggunya untuk menyuarakan perasaannya dengan lantang.

Arya bahkan mulai mempengaruhinya. Leila jadi kecanduan susu strawberry karena hampir tiap pagi cowok itu selalu memberinya susu kotak rasa strawberry, yang harus ia minum diam-diam sebelum Rizka mengetahuinya. Leila mulai lebih sering menahan senyum tiap Arya bertingkah absurd di depannya. Arya bahkan membuat Leila merubah pandangannya tentang pernyataan cinta.

aniranip
Menurut lo gitu min?
Gue takut Septian jadi ilfeel

Obrolannya dengan Arya beberapa hari lalu di koridor depan tentang mengungkapkan perasaan, membuatnya berpikir ulang. Selama ini ia menganggap perasaan harus dipendam, seenggaknya sampai menemukan titik terang kalau perasaannya berbalas. Tapi, Arya bilang, kalau cinta harus diungkapkan, sebelum terlambat, sebelum semuanya berujung penyesalan.

Malam setelah itu, satu chat di DraftPN membuat pikiran Leila berubah. Chat itu dari sender pesan untuk Septian dan lagi-lagi mengirimkan pesan untuk Septian. Leila merasa harus memberi motivasi lebih, selain karena ia merasa gemas melihat seseorang memendam perasaan begitu dalam bahkan memperhatikan hal serinci itu tentang seseorang yang bahkan nggak pernah tau keberadaannya.

Pisahkan tentang idol Korea atau artis manapun yang para fansnya hapal semua hal tentang sang artis, walaupun si artis nggak pernah tau keberadaan sang fans secara individual. Itu beda kasus. Lagian perasaan antara artis dan fans itu mutual menurut Leila. Beda kasus juga dengan Rizka yang menyukai Galang, Leila berkeyakinan tuh cowok pasti tau kalau Rizka suka, cuma memilih untuk diam dan pura-pura nggak tau.

Leila memberanikan diri memberi motivasi pada akun yang sudah berganti nama itu, dari Park Jinyoung menjadi aniranip. Leila tau hangul yang sebelumnya jadi display name pengirim draft untuk Septian dibaca Park Jinyoung karena ia bertanya pada Farah yang udah fasih hangul, dari cewek itu juga Leila tau kalau keyboard ponselnya punya fitur Google translate yang bisa otomatis ditulis dalam hangul. Leila nggak pernah merasa sekudet itu seumur hidupnya.

DraftPN
Septian bukan tipe cowok kayak gitu kok
Lagian kalo gak diungkapin, gimana Septian bakal tau perasaan lo
Ngungkapin emang nggak gampang
Tapi akan lebih susah kalau lo cuma bisa nyesel karena nggak sempet ngungkapin perasaan lo


Leila menekan ikon pesawat kertas di ponselnya, sedetik kemudian pesannya terkirim bersamaan dengan pintu kamarnya yang terbuka.

"Ada Arya di depan."

Dahi Leila kontan berkerut. "Ngapain?"

Ayahnya mengedikkan bahu. "Nggak tau. Tanya aja sendiri. Ayah mau tiduran di kamar."

Seperti biasa pintu kamarnya nggak ditutup. Leila mendecak kesal. Ia bangkit dari kursi putarnya dan meraih crewneck warna hitam dari lemari lalu berjalan keluar kamar menenteng ponsel.

Arya duduk di kursi teras, matanya menatap kosong pada pagar rumah. Dahi Leila berkerut tipis. Merasa aneh dengan aura Arya malam ini.

"Ngapain?" tanyanya sok galak dan duduk di samping Arya. Leila harap nada suaranya nggak aneh, karena debaran jantungnya mulai menggila sejak ia mendengar nama Arya disebut ayahnya tadi.

"Gue sedih."

Jawaban Arya itu memperdalam kerutan di dahi Leila. "Bisa sedih juga lo?"

"Bisa lah!" Cengiran khas Arya muncul, di detik itu Leila kembali mengenali Arya. "Gue kan manusia."

"Kenapa? Diomelin nyokap?" tebak Leila asal sambil menyandarkan punggungnya pada kursi.

"Kok tau?!" Arya menatapnya dengan ekspresi terkejut, seolah-olah Leila adalah cenayang.

Leila mendecak. "Makanya jadi anak nurut sama nyokap. Orang belajar lo malah ngayap. Abis nongkrong kan lo?!"

Lagi-lagi Arya memasang ekspresi terkejut. "Lo anak indigo ya, Le?!"

"Apaan sih!"

"Kok lo bisa tau?! Padahal gue nggak bilang, gue juga nggak update instastory."

Nggak susah menebak kegiatan Arya, cowok itu dari jaman SMP hobinya nongkrong, Leila hapal semua tongkrongan Arya waktu itu karena saking seringnya ia mencari Arya yang hobi menghilang tanpa kabar.

"Terus lo ngapain ke sini? Diomelin tuh pulang, ini malah kabur. Kebiasaan," cerca Leila.

Arya melebarkan senyumnya. "Pengen lihat lo dulu bentar."

Leila melempar tatapan aneh walaupun jantungnya yang sempat normal tadi kini kembali berdebar. Entah karena faktor pencahayaan yang nggak terlalu terang atau suasana yang cerah malam ini, Arya terlihat lebih tampan walaupun penampilannya acak-acakan. Rambutnya jatuh menutupi dahi, wajahnya sedikit kusut dan kaos hitam polos yang dipakainya malah makin membuat Arya mempesona di mata Leila.

NGGAK MUNGKIN GUE BILANG ARYA GANTENG BARUSAN?!!!!

Leila geleng-geleng kepala. Matanya menatap ke arah lain, mencoba melupakan pikiran gilanya barusan.

"Beli es krim yuk."

"Sekarang?"

"Ya sekarang lah, masa besok. Kalo besok kita beli nasi uduk aja gimana? Nasi uduk di deket tongkrongan gue enak, Le. Ada semur jengkolnya," cerocos Arya panjang lebar tanpa menyadari Leila yang berusaha menahan kedua sudut bibirnya yang berkedut.

"Gue ambil dompet dulu." Leila langsung bangkit, ngacir ke dalam rumah.

•×•


Akun Instagram PNHits belum kembali. Masih ter-suspend dan tim rahasia PN pasrah dengan memposting di akun backup mereka, seperti perintah Lily kemarin.

Leila merasa berat hati melihat Astrid dan teman-temannya yang lain masih berwajah kusut. Hal itu akan lebih berat karena mereka harus menutupinya dari orang lain, mengarang cerita perihal kegusaran mereka yang sangat ketara. Leila menepuk pelan pundak Astrid saat berpapasan di tangga.

"Udah, jangan terlalu tegang gitu. Kak Lily aja santai."

Astrid mendecak. "Santai apaan. Gara-gara tuh orang gue begadang sampe jam dua malem, dua hari ini."

Leila nggak kaget. Lily emang begitu, hanya saja cewek itu sangat pintar berakting.

"Duluan ya, gue mau tidur bentar di kelas. Sepuluh menit dapet lah," ujar Astrid menguap lalu mempercepat langkah ke kelasnya di lantai dua. 

Leila menatap punggung Astrid dengan iba. Mungkin dari semua tim rahasia PN cuma Leila yang nggak punya kepentingan dengan akun itu karena ia cuma memegang kendali DraftPN. Leila nggak tau rasanya, tapi mungkin jika nanti ia berpisah dengan DraftPN, ia akan sama frustasinya.

"Kirain udah di kelas."

Satu suara mengejutkan di belakang Leila membuatnya terhuyung ke samping. Matanya mendelik melihat Arya yang menatapnya bingung.

"Nggak usah ngagetin!"

Arya mengedikkan bahu lalu menaiki tangga tanpa menunggu Leila. Membiarkan cewek itu kesal karena diabaikan.

"Arya!"

"Iya sayang?"

Leila membeku di depan Arya. Sederet kata makian yang sudah menggantung di ujung lidahnya terpaksa ia telan kembali. Leila benci situasi ini!

"Ish! Benci gue sama lo!" maki Leila setelah fokusnya kembali dan kemudian melangkah cepat ke arah kelasnya.

Tangan Leila menyentuh pipinya yang memanas. Jantungnya berdebar nggak karuan. Sialan! Sejak kapan ia begitu lemah dengan tatapan mata Arya!?!

Tasnya ditarik ke belakang begitu kaki kanannya menginjak lantai kelas. Leila hendak menatap sang pelaku tapi tubuhnya dipaksa menghadap depan, dengan kedua tangan pelaku di bahunya.

"Mumpung gue nggak lupa."

Suara Arya. Leila kembali berontak tapi lagi-lagi, Arya menghalang dengan mengikuti gerak punggungnya. "Apaan sih?!"

Leila merasa cowok itu memasukkan sesuatu di bagian samping tasnya. Arya menarik tangannya dari bahunya dan itu kesempatan Leila untuk menghadap cowok itu. Tapi, nyatanya Arya sudah keburu kabur ke kelasnya di ujung koridor. Leila cuma bisa menatap tas hitam Arya yang menjauh.

"Nggak jelas!"

Leila meraba bagian samping tasnya dan menemukan sekotak susu strawberry. Sudut bibirnya bergerak naik, membentuk senyuman yang buru-buru ia hilangkan saat matanya bertemu dengan mata Rizka.

"Susu strawberry lagi?" tanya Rizka begitu ia sampai di bangkunya.

Leila mengangguk. Tangannya bergerak menaruh kembali susu itu ke tempat semula.

"Udah kayak posyandu aja lo, dapet jatah susu."

"Sirik aja lo. Minta sana sama Galang," balas Leila sadis.

Nggak butuh waktu lama, cowok yang barusan disebut muncul di pintu kelas. Galang menaikkan kedua alisnya karena Leila nggak melepaskan tatapannya pada cowok itu.

"Lo suka apa, Lang?"

Leila merasakan Rizka mencubit pahanya tapi ia nggak peduli. Ia selalu suka menggoda teman sebangkunya seperti ini.

Dahi Galang berkerut lalu cowok itu menggeleng. "Nggak suka apa-apa."

"Nggak suka cewek?"

Galang duduk di bangkunya, dengan kepala menoleh ke arah mereka. "Gue suka Sakura."

"Sakura I*ZONE?!" tanya Rizka dengan suara naik satu oktaf, menyebutkan nama girlgrup korea.

Leila menahan tawanya. "Nggak mungkin lah!"

"Kenapa emang? Dia cakep, gue aja suka," balas Rizka polos.

"Haruno Sakura," suara Galang mengalihkan perhatian Rizka.

Rizka menatap Leila saat Galang sudah beralih pada ponselnya. "Siapa, Le?"

Leila mengedikkan bahu. "Searching lah."

Sejurus kemudian Rizka menyambar ponselnya dan mengetikkan nama itu di search bar. Leila geleng-geleng kepala.

Leila membuka tasnya, mengeluarkan beberapa buku yang akan diajar di jam pertama. Keningnya berkerut melihat buku besar di meja Rizka. Tangannya beralih lagi ke tasnya, mencari keberadaan buku wajib di pelajaran Bu Debby itu.

Jantung Leila serasa melorot ke kaki. Buku besar itu nggak ada di tasnya, Leila beralih ke laci dan nihil. Nggak ada buku bersampul warna biru itu di sana.

"Sakura ternyata temennya Naruto."

"Riz."

"Apaan?"

"Gue nggak bawa buku besar."

Mata Rizka kontan mendelik. Rasa gusar makin menyelimuti Leila saat bel masuk terdengar. Juga suara Rizka yang sama paniknya.

"Sumpah?! Kok bisa sih?! Coba cek dulu!"

Rizka mengambil alih tas Leila, sedangkan Leila mengeluarkan semua isi lacinya ke atas meja. Kelasnya makin ramai, gerombolan Willy muncul di ambang pintu.

"Buset dah! Mau jualan apa gimana?" seloroh Willy saat melewati meja Rizka.

"Diem lo!" sentak Rizka.

"Mau pamer tugas lo ya? Dasar anak ambis!"

Rizka dan Leila tidak mengacuhkan Willy, fokus mencari keberadaan buku besar itu.

"Ada tugas, Le. Hari ini diperiksa," ujar Rizka mengembalikan tas Leila di bangkunya.

Bahu Leila terkulai lemas. Tangannya gemetar meraih buku kecil catatan tugasnya. Di sana tertera dengan jelas hari ini ada tugas dari bu Debby, Leila juga menandainya dengan centang yang artinya sudah ia kerjakan. Tapi, dimana keberadaan buku itu!?

"Coba lo tanya Arya! Semalem lo sama dia kan?!"

Ingatan seolah ditarik oleh kalimat Rizka. Leila memutar kembali ingatannya semalam dan ia ingat sesuatu.

"Ketinggalan di meja makan," ujarnya lemas. Tadi pagi ia buru-buru merapikan meja belajarnya yang nggak sempat ia rapikan gara-gara Arya yang tiba-tiba datang. Leila ingat ia menenteng buku besar itu ke meja makan sekalian sarapan. Ia lupa memasukkannya dalam tas.

"Aduh! Gimana dong!?"

Ketukan nyaring sepatu khas milik bu Debby terdengar memasuki kelas. Buru-buru Leila membereskan kekacauan di mejanya dan memasukkan semua barangnya kembali ke laci.

Leila menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Tangannya meremas kuat rok hitam yang dipakainya.

Di titik ini Leila nggak bisa menyalahkan siapapun. Semua ini terjadi karena dirinya sendiri, karena keteledorannya. Leila nggak akrab dengan situasi ini, ia bingung bagaimana harus bersikap, haruskah ia bilang pada bu Debby secara empat mata atau dari tempat duduknya.

Darahnya terasa mengalir deras, jantungnya berdegup kencang dan tangannya gemetar. Bu Debby sudah memerintahkan mereka untuk mengumpulkan tugas di buku besar, kelasnya yang tadi hening kembali ramai dengan teriakan untuk mengumpulkan tugas di meja paling depan.

"Le."

"Gue bilang Bu Debby," bisik Leila pelan. Ia berdiri dari bangkunya dan melangkah menuju meja guru.

Leila harap satu kesalahannya ini nggak menghapus semua kerja kerasnya selama ini. Leila harap keteledorannya ini nggak akan berimbas pada nilainya. Leila harap ini akan jadi kesalahan pertama dan terakhirnya selama SMA. Leila nggak mau prestasi sempurnanya tercoreng karena ini.

•×•

DraftPN

Dari : gue yang sebel banget
Untuk : temen sekelas gue yang ambis
Pesan : bisa nggak sih lo nggak caper? Nggak usah ngingetin guru kalo ada tugas? Mau pamer kalo lo udah ngerjain duluan? Makan tuh nilai lo, mampus nggak punya temen!

•×•

Makasih banyak ya buat yang udah baca ini, vote dan komen!
Makasih banyakkkkk!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro