4. Unblock

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Leila nggak bisa nggak panik waktu lihat Arya senyum lebar banget ke Kak Lily. Bukannya cemburu, Leila tau Arya emang playboy cap kadal, Leila juga nggak peduli kalau mereka berdua dekat ataupun punya hubungan khusus. Yang jadi masalah buat Leila adalah karena Arya tau rahasianya tentang tim rahasia PN dan Leila masih ingat cowok itu menyebutkan nama Kak Lily di daftar ancamannya!

Ini nggak bisa dibiarin! Arya sialan!

Leila menahan langkahnya saat menangkap bayangan Kak Lily yang meninggalkan Arya di depan lemari pendingin. Ia buru-buru bersembunyi di antara beberapa orang yang berjajar di dekat meja paling ujung kantin.

Setelah memastikan Kak Lily udah keluar dari kantin. Leila melangkah panjang-panjang ke arah Arya yang sibuk mengaduk minumannya dalam cup karton dengan sedotan.

"Maksud lo apa?!"

Arya terlihat nggak terkejut, cowok itu menatapnya acuh dan melangkah mengabaikan keberadaannya. Buru-buru Leila menjajari langkah cowok itu untuk keluar kantin.

"Arya!"

"Apa, sayang?"

Leila memukul punggung cowok itu dengan telapak tangannya cukup keras yang membuat Arya mengaduh setelahnya.

"Sakit, Le, sumpah!"

Leila menggeleng kepala nggak peduli. "Lo ngomong apa aja sama kak Lily?" tanyanya setelah keluar kantin dan langsung menyeret cowok itu untuk ke koridor depan lab yang lumayan sepi.

"Oh, cewek tadi itu namanya Lily. Yang temen lo itu juga?"

Leila berani sumpah, wajah Arya minta ditabok banget waktu ngomong itu barusan.

"Nggak usah pura-pura nggak tau!"

Arya terkekeh. "Gue kenal dia. Gue kira Lily yang lain, ternyata itu juga."

Leila menyipitkan mata sangsi yang bikin Arya langsung mendecak. "Tanya aja sana kalo nggak percaya."

"Mantan gebetan? Ck." Leila berdecih.
"Kok kak Lily mau aja sama lo."

"Lo juga, jadi mantan malah."

Wajah Leila langsung pias. Sialan Arya!

"Lo yakin nggak ngomong aneh-aneh tentang itu?!" tanya Leila mengalihkan pembicaraan.

Arya mengangguk yakin. "Sumpah!"

"Oke." Leila mengangguk singkat sebelum melangkah hendak meninggalkan Arya tapi cowok itu menahannya.

"Jadi gimana?"

"Apanya?" Leila pura-pura lupa.

"Nggak usah pura-pura lupa. Gue tau banget lo pasti semaleman mikirin itu."

Leila mendecak. "Cih. Lo nggak sepenting itu buat dipikirin."

"Lo baru ngaku kalo lo mikirin gue. Padahal yang gue maksud tentang rahasia lo." Arya melebarkan senyum bangganya. 

Wajah Leila memerah. Kenapa sekarang ia jadi mudah terjebak oleh kata-kata Arya!

"Apaan sih!"

Lagi-lagi Arya menarik tangannya saat ia hendak kembali ke kelas. "Apa lagi?! Modus lo pegang-pegang!"

"Unblock kontak gue," ujar Arya menatapnya lekat.

Leila menggeleng dengan ekspresi jengah. "Dih, emang gue ngeblock lo? Punya kontak lo aja nggak."

Arya mencondongkan tubuhnya untuk menjajari tinggi Leila. Kini keduanya berhadapan dengan wajah yang hanya berjarak sejengkal.

"Leila, bohong itu dosa," kata Arya sebelum kemudian Leila mendorong kepala cowok itu menjauh dengan tangannya.

"Iya! Gue unblock. Puas?" Leila merogoh ponselnya di saku rok.

"Accept dan followback Instagram gue sekalian."

"Kok lo ngelunjak?!" Leila mendelik nggak terima. Emang dasar Arya, dikasih hati minta jantung!

Arya melipat tangannya di depan dada, berlagak berpikir. "Gue ngasih tau Lily gimana ya? Gue bilang anak buahnya pengkhianat atau-."

"Iya! Iya!" seru Leila menghentikan ancaman Arya. Posisinya sekarang benar-benar di bawah Arya, cowok itu bisa mengancamnya kapan saja apalagi Arya kenal kak Lily.

Sebenarnya kalau bukan kak Lily, mungkin Leila akan membiarkannya dan memilih jalur tutup mulut dari satu orang ke yang lainnya. Tapi ini kak Lily. Seseorang yang memilihnya jadi anggota tim rahasia PN di lapangan saat ia masih kelas 10, yang karenanya Leila punya pengalaman yang nggak semua teman-temannya bisa rasakan. Jadi admin akun titip pesan paling populer di sekolahnya, punya kesempatan ngintip isi dm akun Instagram PNHits yang dijuluki lambe turah-nya SMA Persada Nusantara, dan privilege untuk tau duluan gosip besar apa yang akan dilempar ke laman akun Instagram PNHits.

Leila nggak bisa mengecewakan kak Lily, terlebih cewek anggun berambut panjang itu selalu membantunya jika ia kesusahan di beberapa mata pelajaran. Salah satu yang Leila ingat, Kak Lily yang membantunya untuk meminta ujian tambahan pada guru paling galak karena di hari itu ia berhalangan hadir. Kepercayaan yang diberikan padanya sangat besar, Leila nggak mau membayangkan tatapan kecewa itu dari Kak Lily.

"Nih! Puas?!" Leila menunjukkan layar ponselnya pada Arya yang kemudian mengangguk dengan senyum puas.

"Oke!"

"Ish!" maki Leila sebelum kemudian berbalik dan kali ini Arya nggak menahannya, tapi cowok gila itu kembali berteriak yang bikin Leila melesatkan tatapan tajam.

"I LOVE YOUUUUUUUUUU!"

•×•

Rizka lagi-lagi mencolek lengan Leila yang langsung dibalas dengan tatapan sebal.

"Diem, Riz!"

"Le, jangan marah dong, please. Gue minta maaf."

"Udah terlanjur," pungkas Leila masih enggan menatap Rizka. Ia masih kesal sama teman sebangkunya ini, jika dirunut awal mula bencana tuduhan pengirim pesan untuk Septian adalah dari Rizka. Kalau aja Rizka nggak menuduhnya, pasti sekarang keadaannya berbeda.

"Le, maaf. Maafin gue."

Leila menghela napas panjang. Mendengar Rizka memohon dengan nada menyedihkan seperti itu bikin Leila risih. Ditatapnya teman sebangkunya itu yang masih memasang wajah melas.

"Gue maafin. Jadi mending lo diem dan nggak usah bahas itu lagi. Gue pusing."

Rizka mengangguk. "Gue siap bantuin kalo lo butuh sesuatu."

"Bantuin gue bilang ke Willy kalo yang ngirim pesen itu bukan gue."

Rizka mendecak. "Gimana caranya?"

Leila mengedikkan bahu, memilih melanjutkan aktivitas mencatatnya dengan menyandarkan wajah di atas meja. Saat ini rasanya ia sedang berperang di dua pertempuran yang berbeda, sendirian. Kesal dan capek. Mau marah juga percuma. Leila merindukan hari-harinya sebelum semua bencana ini datang di hidupnya.

Seseorang berdiri di samping meja Leila yang membuatnya langsung mendongak. Ia hampir tersedak ludahnya sendiri saat tau Septian yang berdiri di samping mejanya. Cowok itu sedikit menunduk untuk menatapnya yang masih di posisi yang sama.

"Le, besok kata Bu Retno, lo disuruh ambil buku di meja dia pas pelajarannya."

Leila bukannya nggak menyadari tatapan berbeda dari mata Septian. Rasanya cara cowok itu menatapnya berbeda dengan sebelum-sebelumnya atau ia baru menyadarinya sekarang?

"Iya, besok gue ambil. Ingetin aja ya. Takut gue lupa," balasnya setelah menegakkan punggung dan Septian sudah berdiri tegak.

Septian mengangguk, tubuhnya sudah berputar untuk kembali ke kursinya yang berada di belakang Leila tapi langkahnya berhenti dan matanya menatap ke sekeliling. Leila mengikut arah pandang Septian dan mendecak.

"Gue baru ngeh, lo berdua emang udah PDKT kayaknya."

Suara Willy memecah keheningan kelasnya yang kosong siang menuju sore itu. Seluruh isi kelas menatap Leila dan Septian bergantian lalu mengangguk seolah setuju dengan asumsi Willy.

Leila ingin melempar Willy dengan botol minum miliknya tapi diurungkannya. Otaknya yang masih menyisakan sedikit logika untuk berpikir di situasi seperti ini menyuruhnya untuk memanfaatkan keadaan.

"Gini ya teman-teman ku semua," ujar Leila dengan nada sarkas yang lantang.

"Yang ngirim pesen buat Septian di Draft PN itu bukan gue!"

Tatapan mata ragu dari seisi kelas menyambutnya ketika ia selesai mengatakan hal itu. Leila menghela napas sebelum kemudian mengambil ponselnya di laci meja.

"Nih ya! Chat gue ke Draft PN tuh udah lama banget, cuma basa-basi tentang ekskul." Leila menunjukkan layar ponsel pada teman-temannya yang duduk di barisan seberangnya, termasuk pada Septian yang masih berdiri di dekatnya juga pada Willy.

"Le, ada yang namanya fitur hapus chat di situ."

Jawaban Willy itu bikin ketenangan Leila langsung terobrak-abrik. "Gue emang nggak ngirim pesen buat Septian! Sumpah! Demi Tuhan Yang Maha Esa!" ujar Leila dengan nada frustasi.

"Sumpah! Gue nggak bohong! Kalo nggak percaya gue berani sumpah pocong beneran!" imbuh Leila menggebu-gebu. Jengkel rasanya kalau nggak ada satu pun yang percaya sama omongannya.

"Masih aja sumpah pocong, Le!"

"Sumpah pocong beneran ada emang?"

"Ada tau! Lihat dah di YouTube!"

"Serem nggak?"

"Nggak sih, creepy aja."

Leila geleng-geleng kepala mendengar percakapan beberapa temannya yang malah jadi bahas sumpah pocong.

"Gue percaya kok, Le." Kalimat itu meluncur dari mulut Septian, yang membuat Leila merasa lega luar biasa. Seenggaknya orang yang bersangkutan nggak percaya sama tuduhan itu.

Leila tersenyum lebar. "Makasih, Sep."

Bunyi bel pulang berdering bersamaan dengan ucapan Willy yang lagi-lagi membuat Leila mendidih.

"Gue juga percaya, bentar lagi kalian jadian. Ihiw!"

Belum sempat Leila melemparkan benda di mejanya ke arah cowok itu, Willy keburu kabur keluar kelas bersama ranselnya.

"Nggak usah didengerin, Le, Willy emang mulutnya kayak emak-emak," kata Septian yang sedang mengemasi barang-barangnya ke dalam ransel.

Leila mengangguk lesu, menjatuhkan kepalanya di atas buku tulis miliknya di meja.

"Sabar, Le, sabar."

Kalimat Rizka itu cuma dibalas gumaman Leila. Satu persatu temannya keluar kelas, termasuk Septian yang sempat-sempatnya menunduk menatapnya untuk mengatakan akan bicara pada Willy.

Lalu beberapa teman cewek di kelasnya bergantian menghampiri. Mengatakan sederet kalimat konyol yang cuma Leila balas dengan tawa sarkas atau pun cubitan di lengan.

"Lo sama Septian cocok kok, Le."

"Gue dari lama mikir kalian cocok, eh ternyata ada momennya."

"Septian ganteng kok, Le. Nggak kalah sama Gong Yoo."

"Le, kalo lo jadian sama Septian traktir gue ya."

"Seneng nggak, Le? Septian kan baik banget."

"Lo jangan galak-galak gitu, Le. Kasihan Septian."

Leila cuma pengen cepet-cepet pulang dan tidur dengan tenang. Berharap semua ini mimpi belaka.

•×•

Draft PN

Dari : sebut aja mawar
Untuk : kamu yang baca
Pesan : ada yang tau caranya daftar ke Hogwarts gak? Bisa SNM/SBM atau ada jalur simak Hogwarts juga? Gue muak hidup di dunia muggle

•×•

Seneng pas nulis cerita Leila-Arya wkwkwkwkkwk

Semoga nggak berhenti tengah jalan, aaminn aamiin aamiin!

Terimakasih buat yang udah  baca, vote dan komen!
Terimakasih!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro