CHAPTER ONE: MY WORLD

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Rasakan ini mayat jelek," kata Pisco, dia sedang menembak kepala zombie.

"Huh, sepertinya aku sudah membunuh 50 zombie dan 50 vampir."

Saat itu Pisco berada di dalam gudang tua. Sekarang Pisco bekerja menjadi pembasmi zombie maupun vampir, sebetulnya dia hanya ingin membunuh para makhluk-makhluk itu untuk membersihkan kota ini. Sekarang yang hidup di kota itu kemungkinan 10% manusia yang tidak terinfeksi. Di kota ini ada wilayah kecil yang bernama Jite, di sana tidak terdapat Virus T maupun PTY, jadi warga yang tidak terkena infeksi dan selamat diungsikan ke wilayah sana. Letak wilayah itu sangat jauh dari kota Biter, dan sekarang Pisco ada di kota Biter.

"Baiklah, aku sudah menggunakan sepuluh peluru handgun, dua peluru shotgun dan satu tebasan pedang," katanya.

Pisco menggunakan jaket jins dan celana jins, hidung sedang, kulit putih kecoklatan, mata berwarna biru, rambut hitam dan pendek, memiliki senjata handgun di pinggannya, shotgun di punggungnya dan pedang di punggungnya.

"Hmm, tidak ada apa-apa. Baiklah ke tempat selanjutnya," kata Pisco setelah memeriksa gudang itu.

Lalu Pisco keluar dari gudang itu, saat di tengah perjalanan dia mendengar suara tembakan. Saat Pisco mencoba mencari suara itu, ternyata suara itu berasal dari sebuah gang. Sampai di sana dia melihat seorang pria bersenjata dikelilingi oleh lima zombie dan dua yang sudah mati. Tanpa berpikir panjang Pisco membantu pria itu, Pisco menembak kepala dua zombie dengan empat peluru, dua zombie ditebas oleh pedangnya, dan satu lagi ditembak oleh pria itu.

"Siapa kau?" katanya mengarahkan pistolnya ke arah Pisco.

"Sudah ditolong bukannya terima kasih, malah diancam begini," kata Pisco dengan santai.

"Apakah kau anggota Grild?"

"Apa itu Grild?"

"Mereka adalah sekelompok perampok makanan. Mereka merampok makanan ke orang yang mereka temui. Dan sepertinya kau bukan anggota mereka. Kau tidak memiliki bendera Gid?"

"Tentu saja tidak punya, aku saja baru tahu ada kelompok Grild."

"Baiklah, maaf aku memerlakukan kamu seperti ini. Terima kasih, namaku Piu."

"Pisco."

"Lalu ada perlu apa kau ada di sini? Kau tidak pergi ke wilayah Jite?"

"Tidak, di sinilah tempat tinggalku. Kalau kau?"

"Aku sedang ada misi untuk mengembalikan seorang wanita ke wilayah Jite. Dia bernama Uni Tels, ini fotonya," katanya menyerahkan sebuah foto.

Dilihat foto itu bergambar seorang wanita sedang duduk di bangku sekolah. Dia berpakaian seragam sekolah dengan mata biru, hidung sedang, berambut biru gelap sebahu, berkulit putih.

"Siapa dia?" tanya Pisco.

"Dia adalah anak dari seorang ilmuwan bernama professor Tonki."

"Professor gila yang sudah membuat Virus ini."

"Ya benar."

"Lalu kau ada perlu apa dengan anaknya?"

"Hmm... aku kurang tahu. Aku diperintahkan kemari untuk menjemput dia. Aku ini polisi dari daerah Minma."

"Oh begitu, lalu kau akan kemana?"

"Ke laboratorium professor Tonki, di sana anaknya tinggal untuk bertahan hidup."

"Boleh aku ikut?"

"Kenapa kau ingin ikut?"

"Ya aku ini tidak punya kerjaan lain, selain membunuh makhluk-makhluk jelek ini. Jadi lebih baik aku membunuh mereka dengan tujuan menyelamatkan orang."

"Baiklah, kau boleh ikut."

Pakaian Piu, dia menggunakan baju polisi berlengan panjang berwarna biru, celana hitam, rambut hitam pendek, kulit putih, mata hitam, dan hidung mancung.

Mereka pun pergi menuju laboratorium professor Tonki. Di perjalanan, mereka bertemu dengan zombie dan mereka berhasil mengalahkan mereka sampai di depan gerbang laboratorium.

"Hmm, ternyata ditutup ya," ucap Pisco.

"Iya benar," ucap Piu.

"Lalu apakah kau punya ide?"

"Ya mungkin kita bisa melewati gerbang ini," katanya mencoba mencari celah ataupun pintu yang bisa di gunakan. "Apakah kau punya ide?" lanjutnya, karena tidak berhasil juga menemukan apa yang diinginkan.

"Kau lompati gerbang itu," ucap Pisco.

"Bagaimana caranya?"

"Ya, ayo naik!" kata Pisco, dia memegang kedua tangannya untuk membantu Piu naik gerbang.

"Ide bagus," katanya, lalu dia menaiki kaki kanan ke tangan Pisco dan kaki kirinya ke pundak kanannya.

Setelah Piu berhasil melewati gerbang itu dan masuk ke sana. Dia membukakan gerbang itu.

"Berhasil," ucap Piu.

"Bagus, ayo!" kata Pisco.

Lalu mereka berjalan menuju laboratorium, sudah di dalam mereka bertemu dengan zombie yang sedang tidur berdiri.

"Wah, ada zombie," kata Piu dengan suara kecil.

"Tenang biar ku urus dia," kata Pisco, dia membungkuk dan berjalan sambil setengah bungkuk. Dia menghampiri zombie itu dan ke belakang zombie itu, setelah di belakang Pisco mencekik zombie itu. Saat dicekik, zombie itu mencoba melawannya. Namun karena cekikan Pisco sangat kuat, zombie itu tidak bisa melawan dan mati.

"Apa dia benar-benar mati?" tanya Piu dengan suara pelan.

"Ya tentu saja sudah mati."

"Kupikir zombie hanya bisa mati dengan ditembak."

"Ya kau tahu dari film-film, tapi kalau zombie ini hanya manusia yang gila daging dan kalau vampir hanya manusia yang haus darah. Jadi mereka itu adalah manusia, namun mereka semua sudah gila."

"Kau tahu banyak ya."

"Tentu saja, sebagai pembasmi mereka, aku harus mengetahui kelemahan maupu fakta mereka."

Mereka berjalan dengan pelan-pelan sambil membasmi mereka dengan cekikan dari belakang. Sampailah mereka di bagian depan ruangan pembedahan, di depan ruangan pembedahan sangat luas, ada kursi dan ada beberapa zombie aneh. Mereka semua berpenampilan zombie yang bagian tubuh mereka terlihat tulangnya.

"Mereka zombie yang aneh," kata Piu.

"Mereka kuberi nama Jikot," kata Pisco.

"Kenapa mereka terlihat seperti manusia tulang berdaging?"

"Ya sudah kubilang bahwa zombie itu gila dengan daging. Mereka itu sangat gila sampai memakan daging mereka sendiri, dan hati-hati dengan yang satu ini. Mereka sangat lincah."

Setelah itu mereka tiba-tiba bangun dan menyerang mereka berdua. Pisco menembak kaki zombie itu. Mereka berjumlah dua, yang satu lagi diurus oleh Piu. Zombie yang sudah ditembak oleh Pisco itu jatuh dan selanjutnya Pisco menembak kepala dia, satu lagi sudah mati tertembak oleh Piu.

"Kau baik-baik saja?" kata Pisco.

"Ya, mereka sangat menyusahkan," katanya.

Lalu mereka memasuki ruangan bedah. Di dalam, mereka melihat ruangan itu kosong dengan beberapa celah yang cukup besar di langit-langit, luas dan tidak mirip seperti ruangan bedah, melainkan gudang. Di sana berdirilah makhluk besar. Ya, dia zombie yang besar dan perutnya besar.

"Huh, ternyata bertemu lagi dengan Big," kata Pisco.

"Dia apa?" tanya Piu.

"Dia zombie yang sudah lama terinfeksi dan banyak makan daging mayat. Hati-hati, dia memiliki cairan berbau yang dapat memancing zombie lain mendekati cairan itu," kata Pisco.

Zombie itu melihat mereka dan berusaha mengeluarkan cairan berbau, namun Pisco menghentikannya dengan tembakan shotgun.

"Piu, tembak wajah dia saat dia ingin mengeluarkan cairan itu!" kata Pisco menghindari serangan Big yang sangat ganas.

"Baik, aku mengerti."

Piu menembak perutnya dan kurang mempan, Big menyerang Piu. Pisco menembak perutnya dengan handgun. Senjata Piu adalah machinegun, lalu saat Big bersiap menembakkan cairan itu. "Piu, tembak kepalanya!" ucap Pisco, "Suara apa itu?" lalu terdengar suara erangan, dan ternyata itu suara Jikot dan zombie. Mereka berjumlah satu-satu, mereka menyerang Pisco.

"Sial, Pisco awas!" kata Piu.

"Jangan memperdulikanku, tembak kepala Big!" katanya sambil menghindari serangan mereka berdua.

Setelah itu Piu menembak kepalanya dengan semua peluru yang tersisa, namun. "Berhasil, dia sudah mati," katanya.

"Sial, Piu kita harus lari!" kata Pisco setelah menebas kepala mereka berdua.

"Kenapa? Dia sudah mati?" kata Piu sambil berlari menuju pintu yang ada di depan.

"Memang, tapi kau lihat. Dia berhasil mengeluarkan cairan bau itu, saat kau menembak kepalanya dia sudah mengumpulkan cairan itu di dalam mulutnya. Jadi saat kau menembak kepalanya, tanpa kau sadari kau sudah membuat lubang di kepalanya, yang dapat menyebabkan cairan dalam mulutnya keluar," mereka sudah sampai di pintu itu. "Sial! Pintu ini dikunci."

"Kau dengar itu?" kata Piu.

"Ya, itu suara langkah para zombie yang terpancing oleh bau cairan itu. Ayo! Kita dobrak pintu ini sebelum mereka melihat kita. Kalau mereka tidak melihat kita, mereka hanya menghampiri cairan itu dan tidak akan mengejar kita," ucap Pisco sambil mencoba mendobrak pintu itu bersama-sama.

Setelah cukup lama mereka mencoba mendobrak pintu itu, akhirnya mereka berhasil. Namun suara langkah itu semakin dekat, secara cepat Piu berlari menuju pintu tempat mereka masuk ke ruangan itu. Dia menahan pintu itu.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Pisco.

"Aku akan menahan pintu ini, cepat pergi! Kau ikuti saja lorong itu, lalu kau akan menemukan pintu bertuliskan Tonki. Ini! Gunakan kunci ini untuk membuka pintu itu," katanya melemparkan sebuah kunci.

"Aku tidak akan meninggalkan kamu. Lagi pula masih ada waktu, mereka belum sampai di pintu itu. Kita masih bisa meloloskan diri."

"Pisco, lihat ini," katanya melipat lengan baju kanannya, dan menunjukkan luka gigitan.

"Kapan?" tanya Pisco.

"Tadi saat menghadapi Jikot, kuserahkan sisanya kepadamu. 'DUKK'," katanya menahan pintu itu, karena para zombie berusaha masuk.

"Tapi..."

"Kau sudah berjanji mau menyelamatkan orang kan 'DUKK'. Kau teman yang baik, 'DUKK'. Aku percayakan kepadamu misiku ini, 'DUKK'," katanya, suara hantaman pintu itu mulai mengeras.

"Baiklah, selamat tinggal sobat," kata Pisco meninggalkan Piu.

Pisco berlari mengikuti lorong itu, saat di tengah jalan dia mendengar suara ledakan yang cukup keras.

"Terima kasih Piu, aku akan menepati janjiku. Aku janji!" katanya menggenggam kunci pemberian dari Piu.

Dia melanjutkan larinya, menuju ruangan yang dimaksud oleh Piu. Lalu sampailah dia.

"Tunggu saja sobat, aku akan menyelesaikan misimu," katanya.

Lalu Pisco memasukan kunci itu ke lubang kunci dan memutarkan kunci itu. TREK.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro