1 - Begin

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hai, perkenalkan. Namaku Park Christian Jimin, anak ke dua dari tiga bersaudara. Kakak laki-laki bernama Park Jung Hoseok dan adik laki-laki bernama Park Jeon Jungkook. Iya, mamaku menjadi primadona karena semua keluarga intinya laki-laki. Aku masih duduk di sekolah menengah atas kelas tiga. Kookie - nama panggilan adikku, juga bersekolah di SMA yang sama denganku. Kakakku, sedang menempuh pendidikan di sebuah universitas negeri jurusan seni tari. Seingatku dia baru semester dua, atau entahlah aku tidak yakin. Aku memiliki papa yang sibuk, tetapi tetap menomor satukan keluarga. Dia tidak pernah absen datang bersama mama ketika pengambilan rapotku dan Kookie. Lebih kepada bagi tugas sih, mama biasanya akan mengambil rapot Kookie dan papa mengambil rapotku. Dahulu ketika kami bertiga masih duduk di SMA yang sama, mama justru menyempatkan diri mengikuti rapat orang tua, baru setelahnya papa pergi ke kelas bang Hobie dan mama ke kelasku dan Kookie.

Aku juga memiliki teman dekat sejak kecil, namanya Do Kyungsoo. Saking dekatnya, kami bahkan selalu sekelas jika bersekolah, aneh bukan? Padahal semasa SMP dan SMA ada banyak kelas, tetapi ternyata Kyungsoo selalu sekelas denganku.

"Kyung, kau akan melanjutkan kuliah dimana?" tanyaku.

"Sepertinya di tempat yang sama dengan keluarga besarku. Pergi ke China untuk berkuliah." jawabnya sembari menerawang jauh.

"Wah, kita akan berpisah jauh dan pasti lama ya." sahutku.

"Berpisah lama?" tanya Kyungsoo tak mengerti.

"Iya, aku sudah mengikuti pendaftaran di ibukota sana. Wah, kita akan lebih sering berjumpa dalam media sosial saja Kyung." jawabku.

"Hahaha, harusnya kau ikut aku saja Chris." sahut Kyungsoo.

Keluarga besar Kyungsoo memang kebanyakan tinggal di China dan Hongkong. Dia tinggal disini bersama bundanya yang tinggal menunggu Kyungsoo lulus. Jujur saja aku sedih kehilangan sahabatku, tetapi bukankan kita harus bisa belajar merelakan jika itu untuk kebaikannya?

"Semoga kau tidak lupa ya dengan negara ini." ujarku sembari tertawa.

Kyungsoo juga tertawa, sepertinya kami harus terbiasa berjalan sendiri-sendiri mulai sekarang. Ah Kyungsoo, semoga di negara sana kau berhasil mendapatkan apa yang kau cita-citakan.

.
.
Sepulang sekolah tadi, bang Hobie sudah menghubungiku dan Kookie untuk segera pulang. Dia baru saja tiba. Maklum saja, selama ini dia menempuh pendidikan di kota yang jauh dari tempat kami tinggal. Papa tentu saja sudah akan pulang lebih awal saat tahu salah satu jagoannya pulang. Mama pasti akan masak makanan kesukaannya.

"Chim pulang." seruku saat membuka pintu dan sudah kulihat sepatu Hobie di rak sepatu.

"Hai, adik Hobie yang tampan sang Angelo." sapa bang Hobie.

Kan, lihat sendiri caranya menyapaku. Katanya aku harusnya dinamai Park Christian Angelo, entah karena alasan apa. Biarkan dia bahagia karena disambut oleh mama. Sedangkan aku memutuskan ke kamar untuk berganti pakaian dan melanjutkan menyapa kakak laki-lakiku yang selalu perfectionis itu nanti.

"Kookie tidak pulang bersamamu Chim?"

"Dia kan sedang ekskul taekwondo. Kau, baru pergi satu tahun dari rumah sudah pelupa. Bagaimana kalau perginya bertahun-tahun dan baru kembali setelah dua puluh tahun lamanya." omelku.

"Apakah kau tidak mengajak Kyungsoo ke rumah? Ah, aku merindukan anak itu daripada dirimu Chim."

Ku lempar bantal sofa ke wajahnya, bukannya merindukan aku yang adiknya malah merindukan anak orang lain. Sialan. Tak lama, Kookie memasuki rumah dengan raut wajah kesal. Sepertinya ada yang iseng dengannya.

"Kau kenapa?" tanyaku.

"Kau, kalau punya teman tolong jangan yang jahil lagi seperti Kyungsoo." sahutnya kesal.

"Hahahaha... Kau rupanya kesal karena Kyungsoo, lalu mana manusia itu?" tanyaku sembari melongok ke belakang sisi Kookie.

"Ku usir dia." jawab Kookie singkat.

"Adiikkkkuuuu... Kenapa kau usir Kyungsoo, kan aku yang menyuruhnya kemari." ujar bang Hobie saat tahu Kookie mengusirnya.

"Dia siapa bang?" tanya Kookie sok polos kepadaku.

"Bocah kurang ajar." teriak bang Hobie.

Dan ya, seperti itulah kami jika berkumpul. Tidak seru jika tidak ada ribut-ributnya. Sedang asyik melihat bang Hobie dan Kookie berkejaran, Kyungsoo muncul di depan pintu yang masih terbuka.

"Apakah aku mengganggu kalian?" tanyanya.

"Tidak, ayo masuk. Mama sudah memasak makan siang untuk kita semua." ajakku sembari merangkul Kyungsoo ke ruang tengah.

"Hai Kyung, wah rasanya tante sudah lama tidak bertemu." ujar mama saat tahu Kyungsoo datang.

"Hehehe, iya tante. Saya juga sedang sibuk persiapan pindah." jawab Kyungsoo.

"Oh kau benar akan pindah bersama ibumu? Aduh, pasti Chim akan kesepian." ujar mama dramatis.

Mama mempersilahkan Kyungsoo bergabung makan siang, kebetulan papa tidak bisa makan siang di rumah karena harus bertemu dengan relasinya.

.
.
Selesai acara makan siang bersama, kami semua duduk di ruang tengah. Kookie seperti biasa akan mengajak Kyungsoo bermain playstation dan aku malah asyik tiduran sembari membaca buku panduan di universitas yang ku tuju.

"Kau itu, sehari saja tidak membuka buku seperti itu tidak bisa? Abangmu sedang ada di rumah." protes bang Hobie.

Aku menutup buku dan beranjak menghampiri mereka. Sepertinya duel Kookie dan Kyungsoo sedang seru sampai bang Hobie menyuruhku berhenti membaca buku panduan kampus.

"Kyung, kau sungguh akan pergi ke China?" tanya bang Hobie.

"Iya bang, keluarga besar sekarang kan memang disana. Ya mau bagaimana lagi, aku mau menolak tetapi seperti ada yang salah jika ku tolak." jawab Kyung.

Kami semua mengangguk paham, memang rumit jika akhirnya kita memilih mengalah demi keluarga. Tetapi ini sudah keputusan yang terbaik. Mama memberikan cemilan kepada kami lalu pamit pergi, entah urusan apa.

.
.
Waktu sudah menunjukan jam lima sore, Kyungsoo pamit pulang. Tidak lama mama dan papa pulang, entah habis kencan dari mana sampai ketiga anaknya dibiarkan bermain sendiri di rumah. Senyum mama merekah, sepertinya habis dapat hadiah dari papa. Hmm...

"Ma, kalau habis kencan sama papa itu bawakan kita oleh-oleh gitu. Jangan hanya senyuman saja." ujar Kookie.

Nah kan, malah si bungsu yang menawar. Aku dan bang Hobie hanya tersenyum samar, sedangkan papa hanya geleng kepala melihat kelakuan anak bungsunya. Lalu kami digiring masuk karena senja telah tiba.

***


Hai hai hai..
Alhamdulillah lancar jaya ya nulisnya.
Semoga kalian suka baca fanfict ini.

Ditunggu kritik, saran kalian. Ah iya, bantu juga kalau ada typo ya.

Terima kasih.

Jakarta, 31 Desember 2018
Bianne205

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro