2 - Walk On Memories

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku langsung berlari menghampiri pria dengan ransel berwarna hitam yang serupa dengan milikku. Ku tinju bahu belakangnya sebagai salam spesial dariku, dan Christian tanpa tedeng aling langsung mengenal siapa yang berani meninju bahu belakangnya.

Christian mendengus saat aku berjalan tepat disampingnya "Kau ini tidak punya bahasa yang lebih manusiawi?"

Kuberikan Christian cengiran terlebarku layaknya seorang idiot lalu mengedikkan bahu.

"Perlu diketahui seorang Do Kyungsoo, bahwa aku bukan Fangirlmu yang butuh cengiran idiotmu dipagi hari." Lantas Chris memalingkan wajahnya dan kita tertawa cukup lebar. Yap, hanya aku dan Chris mungkin yang mengerti berbagai lelucon yang saling kami lontarkan.

.
.
Belum sampai didepan kelas aku menemukan gestur tidak nyaman dari Chris kemudian mengikuti kemana ekor matanya terarah. Didepan kelas kami sudah berdiri seorang gadis yang kusebut dengan Fangirlnya Chris yang punya power luar biasa tak tertandingi dari Fangirls yang sahabat ternistaku ini miliki. Gadis itu berambut panjang dengan tas yang... Yeah itu yang paling tidak bisa aku terima. Dia menduplikat ransel tanda kekerenan, ketampanan, lovable, adorable dari persahabatan kami yang bagai kepompong. Dia mencuri-curi pandang ke dalam kelas kami yang pastinya dia sedang mencari Christian. Dari gelagatnya seperti ingin memberikan sarapan, karena selain tasnya yang mencolok kotak bekal warna baby pink itu juga sangat merusak pandanganku.

"Chris-." Aku tersentak dan membulatkan mata saat tidak menemukan Chris disebelahku. Mungkin dia menghilang dengan jubah Harry Potter nya.

Lantas Fangirl Christian yang kusebut Pinky, melihat atributnya dari atas sampai bawah serba pink, ya kecuali ransel duplikatnya itu. Sebenarnya Pinky bukan gadis jelek ataupun cupu. Malah menurutku dia bisa dibilang duplikat Ariana Grande dengan rambut hazelnut keriting gantung. Oke, aku tidak mengatakan itu dalam artian romantis aku hanya menilainya secara keseluruhan.

"Aku tidak bersama Chris pagi ini." Aku menjawab sekenanya ketika dia hampir buka mulut.

Pinky menyipitkan matanya lantas melirik jam dipergelangan tangannya. Lalu menghembuskan napas keras "Berdasarkan survey dan analisaku seharusnya Kak Christian sampai didepan kelas bersamamu jam tujuh lewat sepuluh atau delapan menit, selalu ke perpustakaan di hari Rabu atau Kamis saat jam istirahat kedua, selalu pulang pulang sekitar pukul lima lewat dua puluh satu atau dua puluh lima menit di hari Jumat karena ekskul." Lalu memiringkan wajahnya "Kenapa hanya ada Do Kyungsoo-"

Aku hampir meninggalkan Pinky bersama ocehannya yang tidak mutu, kalau saja Fangirl Christian itu tidak membentangkan tangannya didepanku. Kini gantian aku yang menghembuskan napas keras "Minggir." Kataku dengan tatapan tajam kearahnya.

"Kau harus memberitahu dimana Kak Chris sekarang!" Tuntutnya
Aku mengangkat sebelah alis. Pantas saja, Chris langsung kabur. Gadis itu seperti maniak yang jelas saja bukan tipe Christian. Aku pun berbalik menghindarinya. Namun dia berlari melewatiku dan membentangkan tangannya lagi untuk menghalangiku.

"Kau itu benar-benar heartless ya, Not the same with my guardian angel and I wonder why you could be his best friend?" Tanyanya dengan lantang dan matanya melototiku.

Wah, ternyata selain maniak dia juga kurang ajar. Ini semua salah Chris yang jadi idola seantero sekolah dan sering merepotkanku dengan urusan Fangirl gilanya karena aku yang terkenal sebagai sahabat karibnya.

"Don't you dare." Aku memberikan penekanan keras di setiap kata.

"Kau itu berbanding terbalik dengan Kak Chris ya yang memiliki pembawaan hangat sehangat mentari dipagi hari dengan kejeniusan otak setara Einstein yang bisa memperlakukan gadis like a queen. Dan kau! Kau-"

Aku baru saja melangkah pergi begitu saja dan sebuah tangan menahan pergelangan tanganku yang langsung aku ubah dengan gerakan memiting. Dan ternyata itu masih si Pinky. Dan aku mulai jengah.

Dia mengerang kesakitan "I said don't you dare, right? Seharusnya kau memperbaiki kewarasanmu sebelum punya tekad mimpi bersanding sebagai pacarnya Chris. Kau tahu? Kau bukan tipenya sama sekali." Lantas aku melepaskan pitinganku lalu melenggang pergi. Kurasa Pinky sudah jera.

Belum tiga langkah aku berbalik lagi dan masih menemukan Pinky disana. "Oh ya satu lagi dari sekian banyak Fangirlnya Chris cuma kau yang berani menduplikat ransel kami. Kusarankan jangan kau pakai lagi, atau besok kau ingin melihat serpihan abunya."

Si Pinky pun hanya mencebikkan bibirnya.

Aku dan Chris? Nama kita saja sudah berbeda. Jelas karakter kita juga berbeda, dua orang yang kembar identik pun punya karakter yang berbeda. Otak si Pinky mungkin konslet karena sering membayangkan hal yang sering dibayangkan semua Fangirl terhadap pujaannya.

Oke, lupakan soal si Pinky. Aku tidak perlu mempedulikannya.

Park Christian Jimin adalah sahabat karibku sejak kecil. Kami satu sekolah sejak Taman Kanak-kanak sampai sekarang ini. Dan anehnya selalu satu kelas. Dari Naruto kecil sampai jadi hokage dan menikah dengan Hinata, kami sudah bersahabat. Christian idola seantero sekolah dengan sikap manisnya yang membuat perempuan tidak mungkin tidak jatuh hati bahkan jatuh cinta pada Chris. Dan sebagai sahabat karib terdekatnya aku sering kali jadi korban pertanyaan "Dimana Chris?" "Apa makanan favoritenya?" "Siapa nama ibunya?" "Kapan tanggal lahirnya?" "Siapa nama dokter yang membantu persalinan ibunya saat melahirkan Chris?" -Well, pertanyaan terakhir mungkin agak gila- Oleh sejumlah Fangirlnya yang tentu saja akan ku acuhkan atau mereka aku jadikan pemuas kejahilanku.

Karena apa? Aku rasa seorang gadis tidak perlu bersikap seperti itu sampai ekstrimnya membawakan kantung belanja mamanya Chris atau mentraktir Kookie dikantin supaya dapat menarik perhatian Chris. Come on, laki-laki akan jatuh sampai bertekuk lutut dengan sendirinya ketika semesta menyampaikan takdir. Dan tentunya aku akan lebih bersikap normal kepada gadis atau perempuan yang bersikap normal juga padaku.

Christian tersenyum lebar saat aku memasuki kelas lantas mendudukkan diri dibelakangnya.

"Hentikan senyuman freakmu itu aku bukan Fangirlmu yang akan bilang." Aku menirukan suara perempuan "Omegoooosh Kak Chris! The best damn smile!!!" Lalu membuka botol minumku dan menenggak isinya.

Chris menatapku dengan jijik "Jangan bersikap sarkasme, kau pikir aku tidak pernah diposisi yang sama denganmu seperti tadi saat menghadapi Fangirl ganasmu?."

Aku mengangkat sebelah alis tidak terima dengan apa yang sahabat karib nistaku ucapkan. "Tidak seganas si Pinky tadi. Kau tahu? Dia menghafalkan jadwal hidupmu kurasa."

Mendengar itu Chris langsung bergidik ngeri.

***

31 Juli 2002

Bel pulang sekolah yang berdering merupakan suara favorite semua murid sekolah. Termasuk bocah ingusan bernama Do Kyungsoo yang punya nama panggilan Dio dari Kakak perempuannya. Lorong sekolah terasa amat panjang bagi kaki kecilnya untuk berlari. Alih-alih berlari, anak laki-laki dengan ransel kebesaran dipunggungnya bergambar tokoh Killua Zaoldyeck dari anime Hunter x hunter lebih memilih berjalan santai sambil bersenandung ria. Langkahnya terhenti sebelum sampai diparkiran sepeda kala menemukan bocah laki-laki seumurannya, yang tentu saja satu kelas dengannya bahkan sekaligus tetangganya dan teman sepermainannya tengah mencari sesuatu disekitar halaman sekolah.

"Apa yang kau cari?" Kyungsoo turut menilik semak-semak di halaman sekolah.

"Sepatuku." Bocah laki-laki yang kerap disapa Chris itu menunjukan sebelah kakinya yang hanya beralas kaus kaki.

Kyungsoo nyengir lebar dan hampir tertawa tatkala melihat teman sepermainannya "Chris ayo kita pulang."

Christian tampak berpikir sejenak "Aku tidak bisa pulang dengan sebelah sepatu Kyung, terlihat konyol." Kemudian dia menunduk "Tapi aku sulit menemukan sepatuku dan bang Hobie masih lama pulangnya."

Lantas Kyungsoo melepas kedua sepatunya "Aku temani kau pulang tanpa sepatu." Cengiran bentuk hati terpampang di wajahnya.

Lalu mereka sama-sama tertawa dan menuju halaman sekolah tempat terparkirnya sepeda Kyungsoo. Christian biasanya berangkat sekolah bersama kakaknya berboncengan sepeda maka ia tidak pernah membawa sepeda ke sekolah. Terkadang Kyungsoo iri pada Christian yang memiliki kakak dan adik laki-laki berbeda dengannya yang hanya memiliki kakak perempuan bawel yang kerap menjadi teman duel di rumah bahkan dimanapun, ia merasa hidup Christian jauh lebih keren daripadanya.

Tiga menit kemudian Kyungsoo sudah berada dibalik kemudi sepedanya sementara Chris berdiri dibelakang mencengkram pelan kedua pundak Kyungsoo. Lantas kedua bocah laki-laki itu menembus gerbang sekolah dasar dan pulang beralaskan kaus kaki putih yang sudah dekil.

"Kyung, ini bukan jalan pulang." Ucap Chris saat menyadari bahwa Kyungsoo membelokkan sepedanya ke arah kanan yang bukan jalan ke rumah mereka.

"Kita ke tempat rahasia Chris, ini hanya kau dan aku." Sahutnya dari balik bahu.

Mereka sampai di sebuah lapangan penuh Padang ilalang yang memiliki tekanan angin yang berhembus kencang menerpa poni mereka. Christian takjub melihat lapangan itu dan terjadi High five diantara mereka.

"Ini bisa jadi tempat bermain layang-layang yang keren!" Chris menoleh pada Kyungsoo yang tengah nyengir lebar.

"Ini rahasia kita Chris."

Kedua bocah itu merasa bahwa hanya mereka yang mengetahui lapangan itu, yang sebenarnya sebuah lapangan tidak dapat dijadikan sebuah tempat rahasia.
Bocah laki-laki yang disapa Chris itu mengacungkan jari kelingkingnya "Ayo kita jadi sahabat."

Kyungsoo membulatkan kedua matanya "Apa itu sahabat?" Tapi menurut untuk mengaitkan jari kelingkingnya.

"Sahabat itu lebih dekat dari teman kata Bang Hobie."

Meski Kyungsoo tidak mengerti ia tetap mengangguk penuh antusias dan merasa bahwa sahabat adalah hal baru yang nampak keren baginya. Dan sesederhana itulah persahabatan mereka terikrarkan. Setelahnya mereka berbagi semua rahasia yang lebih dari sekadar lapangan yang ditumbuhi Padang ilalang.

***

Kulirik jam dipergelangan tanganku. Jam mata pelajaran terakhir sudah dimulai. Lantas kupenjamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. In Hale. Ex Hale. In Hale. Ex-

Telingaku menangkap suara sepatu pantofel memasuki ruang kelas. "Selamat sore, silahkan buka bab empat dan kumpulkan tugas kalian."

Tepat ketika aku membuka mata, aku menemukan Christian yang memandangku. Pandangannya menyiratkan sebuah pertanyaan tegas seperti 'Kau tidak akan mati ditempat kan?'

Lantas aku membuka halaman bab empat yang diperintahkan oleh Guru Bahasa Asing kami. Sementara Chris masih saja di posisinya. Kunyuk satu itu memang sahabat karib terbaikku. Chris mungkin bukan seorang dukun, tapi dia tahu manakala aku sedang menahan diriku sendiri saat ini.

Life must go on, Chris yang mengatakannya padaku dan itu yang membuatku tidak membolos pelajaran Bahasa Asing hari ini. Demi cita-citaku yang juga cita-cita mendiang ayahku. Demi Bunda yang mungkin saat ini sedang pusing dengan keuangan butiknya. Demi kakak Perempuanku yang merantau di Jepang. Aku berusaha seperti Adolf Hitler yang tidak punya hati mulai dari hari ini sampai lulus nanti tiap mata pelajaran ini.

Jika aku sejenius Chris yang langgeng diperingkat pertama, mungkin aku akan mengulang kesalahan dua bulan kemarin yaitu bolos kelas bahasa asing. Sayangnya aku adalah Do Kyungsoo yang harus mati-matian bertahan ditiga besar dengan seluruh kemampuanku sampai tewas.

Kini Guru Bahasa Asing kami yang kerap disapa-, tunggu aku harus memanggilnya apa sekarang? Baby Boo? My Stella? Atau panggilan yang umum dipanggil murid SMA ini yaitu Miss Stella? Sekarang ia tengah mengabsen nama kami.

Ia berhenti sejenak yang aku tahu urutan itu selanjutnya namaku. Gadis berumur 24 tahun itu -maksudku istri orang- menghela napas panjang lalu memanggil namaku "Do-"

Langsung ku angkat tanganku sebelum ia menyelesaikan namaku "Hadir.."

Stella mengangkat kepalanya dari buku absen dan pandangan kami terkunci. Beberapa detik seisi kelas ini seakan cuma angin bulan Desember yang dingin. Mata hazel, bibir kecil, rambut brunette, dan parfumnya itu semua adalah favoriteku. Ah, sudah berapa lama aku tidak melihat My Stella?

Cuma Chris yang tahu aku punya hubungan dengan Guru Bahasa Asing di kelas kami itu. Sekolah adalah penjara bagiku, sekuat jiwa dan raga aku menahan diri untuk tidak menonjok bahkan memutilasi Guru laki-laki atau beberapa murid yang aku perkogi menggoda Stella di Sekolah. Karena hanya diluar sekolah dan tentu saja tanpa seragam SMA, aku bisa menggenggam tangan Stella erat, merangkulnya bahkan memeluknya. Memberi ultimatum bahwa Stella adalah gadisku. Tanpa harus pusing memikirkan kenyataan bahwa Stella guru dan aku muridnya.

Hidup ini berat man, ketika Gurumu adalah mantan pacarmu juga. Sepertinya Chris benar, detik ini juga aku mati ditempat.

First love yang akhirnya jadi fake love, begitulah realitanya.

***

Sefruit kisah dari author Aradi151

Btw, Kaka kelas gue sewaktu SMA ada yg pernah pacaran sama guru bahasa Jepang gue wkwk dan ketika mereka putus itu satu sekolahan baru tau kalo mereka pacaran dan itu merupakan gosip yang gurih2 nyooooy. Dan tau gak apalagi? Gue juga punya koleksi anime yang ceritanya serupa judulnya the garden of words haha. Tapi jelas gue ga akan menjadikan itu konflik.

***

AN :

Terima kasih yang masih setia membaca part ke-2 dari cerita ini.

Ah iya, ini cerita dibuat kolaborasi dengan author Aradi151 jadi, kurang lebihnya memang sama..

Jangan lupa, kritik dan saran kalian untuk keberlangsungan cerita ini.. Serta bantu koreksi typo atau kesalahan dalam penulisannya ya. Karena feedback dari kalian adalah salah satu yang membuat kami menjadi lebih baik dalam menulis.

Jakarta, 01 Januari 2019
Bianne205

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro